Friday, May 18, 2007
Bukankah Kita Sudah Hampir Punya Segalanya
Mood : Merenung dan mengenang mantan
Cuaca: Mendung
Snack : Gak nafsu ngemil nich
Song : Didn’t We Almost Have It All dari Whitney Houston
Genre : Easy Listening
Tanggal : 13 Mei 2007 (revisi dari tulisan sebelonnya)
Dedikasi: Emylia T (Jai Fong), a.k.a Mama Bear
Setiap orang yang penuh cinta akan merasakan kehidupannya seperti bertaburkan bunga-bunga...
Kemanapun mata memandang, kemanapun kaki melangkah, yang ada hanya bunga-bunga cinta…
Jujur aja deh, tiap kali aku mendengar Whitney Houston melantunkan lagu Didn’t We Almost Have It All, tiap kali pula aku ingat ama mantanku yang kedua, Emylia. Dah sangat lama juga sih benernya aku pisah sama dia, tapi kok masi ada aja kenangan yang tersisa ya. Tapi biarlah, lebih baik aku bersedih hati untuk sejenak daripada sedih selamanya…
Mungkin lebih baek kuulas dikit apa saja yang telah terjadi. Ceritanya singkatnya itu, awalnya pada tanggal 15 April 2007 sore aku jalan-jalan ke PTC (Pakuwon Trade Center), sebuah pusat pertokoan yang terletak di sebelah barat kota Surabaya bersama adekku yang terkecil, Meli, untuk ketemuan ama famili adekku yang laen. Asik juga sih tadi, aku ketemu ama adekku Sius dan adek iparku Yenny, dan kedua ponakan kembarku yang lucu-lucu, Annette dan Vivian yang saat ini sudah berusia satu setengah taon. Mereka udah bisa jalan-jalan (relativ) jauh sendiri tanpa minta dipegangi lagi seperti waktu mereka masi kecil-kecil dulu. Oya, andai mereka lagi berminat gitu (lagi mood), mereka juga suka ngomong atau sekedar meniru kata-kata orang-orang disekitarnya yang ngajak mereka ngomong-ngomong, imut sekali.
Waktu itu aku juga ngajak Ratna si Naga Laut, teman dekatku yang juga teman kuliah mantanku, Emylia, untuk ikutan jalan-jalan gabung sama grupku. Aku sendiri ngajak Novian, teman kuliahku dulu waktu masi di Jerman, untuk join selama dia masi menikmati cuti dua minggunya di rumah orang tuanya si Surabaya sebelon dia balik lagi ke Jakarta. Adekku, Meli, nantinya akan berpisah karena dia ada acara sama temannya di sana, dan Sius dan familinya berencana akan borong barang di Hypermart. Jadi memang rencananya awalnya bareng trus pisah disana gitu.
Tidak taunya, Naga Laut menjemput Emylia di rumahnya untuk ikutan ketemu sama grupku. Ini mah, bukan pucuk dicinta ulam tiba. Akupun terkejut waktu aku melihat dia berjalan dari travellator (semacam eskalator yang tidak berbentuk tangga, tapi mendatar dan biasanya kita temukan di supermarket-supermarket dan bandara-bandara besar di luar negeri) ke arah aku dan gerombolanku yang sedang asik menunggu kedatangan Ratna si Naga Laut, di depan salah satu gerai yang mengspesialisasikan diri untuk menawarkan jasa/program menyiksaan diri secara suka rela dengan tujuan sang customer (pelanggan) tidak perlu dengan malu-malu terpaksa mencari-cari di bagian khusus ukuran ekstra besar kalo lagi berminat mencari baju (atau dengan kata laen, program diet khusus cewe, maklumlah biasa cuman cewe aja yang suka berbingungria kalo badannya tiba-tiba jadi gendut secara dramatis, hehehe).
Aku pejamkan mataku satu dua detik. Ketika kubuka mataku lagi, ternyata dia masi benar-benar nyata ada di sana lagi menyapa seluruh anggota familiku yang juga sempat terperanjat dan Novian yang memang tidak tau apa-apa. Maklumlah namanya juga mantanku, otomatis Emylia sudah kenal hampir semua kerabat, sobat dan teman-teman dekatku.
Atas ajakan Ratna si Naga Laut yang hari itu lagi berbaek hati, kami bersantap di sebuah restoran yang mengkhususkan diri di bidang penjagalan dan pembakaran daging binatang-binatang mamalia besar seperti babi dan sapi. Sambil bersenjatakan garpu dan pisau, kami menikmati daging bangkai (baca: steak) yang disajikan lengkap dengan rempah-rempah (baca: saos) dan daun-dauan dari hasil bercocok tanam di kebun sebelah (baca: salad). Tak diduga kalo DJ (disc jokey) restorannya sepertinya tau suasana hati kami berdua yang sedang melow dan tanpa disogok dengan duit receh, diapun dengan rela dan tanpa di-request memutarkan tembang kenangan kami berdua sewaktu perpisahan kami dulu. Itu lho lagu dari grup Samson yang berjudul Kenangan Yang Terindah dan itu membuat kami berdua menjadi teringat masa lalu lagi, teringat akan semuanya yang telah berlalu. Maklum semasa masi bersama dulu, dia dan aku sering maen ke PTC ini, menghabiskan hari-hari kita di sini, jadi lokasi dan situasi benar-benar tidak mendukung usaha kami untuk menjadi ceria saat itu. Supaya lebih bisa dimengerti, aku sertakan nih liriknya di sini
Aku yang lemah tanpamu. Aku yang rentan karena
cinta yang tlah hilang darimu yang mampu menyanjungku.
Selama mata terbuka, sampai jantung tak bergetar.
Selama itupun aku mampu untuk mengenangmu
darimu kutemukan hidupku, bagiku kaulah cinta sejati.
Bagiku engkau bangun cinta sejati.
Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu,
kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku.
Namun takkan mudah bagiku meninggalkan jejak hidupmu
yang telah terukir abadi sebagai kenangan yang terindah
Setelah kami berhasil menguasai diri kami masing-masing, segala pembicaraanpun berjalan menjadi normal kembali walau kadang-kadang aku merasakan suasana gembira menjadi sedikit membeku, tapi untunglah sore yang cerah itu tidak sepenuhnya menjadi rusak. Tapi biar bagaimanapun juga, aku sangat berterima kasih pada Naga Laut, karena biar bagaimanapun juga sore itu akan menjadi salah satu sore terindah di ingatanku dan paling mengenyangkan karena kami bole makan steak tenderloin gratisan karena ditraktir Naga Laut...
Kembali tepat ke empat bulan silam, tanggal 14 Januari 2007 aku sempat pergi ke Jawa Timur Park bersama Emylia dan dua teman kita yang laen, dimana aku akhirnya mengambil keputusan final dalam kasus ini. Kusebut final, karena secara resmi kita sudah tidak berpacaran lagi sejak awal taon lalu, tapi masi berteman dekat. Sewaktu aku membuat foto-foto dari Emylia dengan berbagai latar belakang, aku mendengar lantunan lagu dari grup band Nidji yang berjudul Hapus Aku. Bagian refrain nya yang membuatku akhirnya mau merelakan semuanya dikala itu adalah
Yakinkan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu waktu, hapus aku
Sadarkan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu waktu, hapus aku
Aku teringat lagi, kalo kala itu aku tiba-tiba bisa ikut menyenandungkan bagian itu dengan lirih disampingnya, padahal aku sebelonnya belon pernah mendengar lagu itu sebelonnya. Saat itu, bagian lagu itu seperti sebuah doa bagiku, untuk merelakan Emylia dari pergi hidupku, mengingat usia dia dikala itu menjelang 30 taon. Suatu usia yang kritis untuk cewe di Indonesia ini, menurut pendapat banyak orang lho. Yang aku inginkan hanyalah yang terbaek untuknya. Karena semakin lama aku berteman dengannya tanpa status apapun dan hanya TTM (teman tapi mesra), maka kasian Emylia, nasibnya bisa terkatung-katung, seperti kata Evy temanku dan teman kuliah Emylia dulu. Evy tidak salah dan memang dari awal aku tidak pernah bermaksud memblokir jalan dan hati Emylia untuk mencari penggantiku yang lebih sesuai dengan apa yang dia ingankan.
Seperti pesan yang pernah kukatakan ke Emylia,
aku tidak mau mantanku nantinya mengemis cinta orang laen, hanya karena dia merasa usianya sudah lanjut atau bahkan nantinya ditolak orang. Aku ingin dia sebagai mantanku untuk lebih bangga memandang masa depannya sendiri, walau tanpa aku disampingnya, karena dia orang yang pernah kupilih dan benar-benar layak dan berharga untuk dicintai…
Akupun sadar mencintai dengan tulus berarti harus mau berkorban untuk orang yang dicintainya, maka aku pun rela untuk “menunggu dia” sampai dia mendapatkan penggantiku terlebih dahulu atau paling tidak sampe dia bisa berhasil menggeser aku dari lubuk hatinya yang dalam, agar penggantiku bisa menempatinya dengan layak. Dengan kata laen, semakin cepat dia bisa melupakanku, maka semakin cepat pula dia akan bisa menerima kehadiran orang laen dalam hatinya. Aku ingin Emylia bisa segera merelakan kenangan-kenangan indahnya dan melupakan saat-saat terakhir yang menyedihkan bersamaku dan yang diliputi dengan banyak tetesan air mata itu agar dia bisa secepatnya merasakan hari-hari barunya yang bahagia.
Bagaimana dengan aku sendiri? Aku pernah ingat suatu saat adek angkatku, Cecilia yang biasa kupanggil dengan nama akrab Rong-Rong, pernah bertanya, kenapa si Emyl ini tidak mau pergi dari hatimu juga ya? Di sini aku ingat kata-kata bijak dari Emylia sendiri padaku:
Mungkin aku hanya butuh waktu satu detik untuk melihat kamu, butuh satu menit untuk menyukaimu, satu jam untuk berkenalan denganmu, butuh waktu satu minggu untuk dekat denganmu, butuh waktu satu bulan untuk mengerti kamu dan butuh waktu satu taon untuk menjalin persabatan denganmu, tapi aku membutuhkan waktu seumur hidup untuk melupakanmu...
Aku rasa Rong-Rong pun mengerti, karena dia juga pernah mengalaminya. Tapi biarlah itu tidak membuat kita menjadi putus asa jika kita ingat pada kata-kata bijak dari Ratna si Naga Laut padaku
Kehidupan ini memberikan jawaban-jawabannya dengan tiga cara yang unik pada kita:
Jika dijawab YA dan kehidupan akan memberikan apa saja yang kita inginkan.
Jika dijawab TIDAK, pastilah kehidupan akan memberikan sesuatu yang lebih baek.
Tapi jika dijawab TUNGGU, percayalah, kita akan mendapatkan yang terbaek.
Meskipun dengan berat hati, akhirnya akupun harus merelakan dia pergi dari hidupku, dan berusaha menetralkan (dan tidak membuang) semua perasaan yang masi melekat di hati seperti kata Annie, teman baekku di Banjarmasin
Memang berusaha untuk melupakan suatu kisah kasih tidak semudah orang melepaskan baju, tapi kalo kita tidak berani untuk mencobanya, maka kita tidak akan bisa bisa berganti baju juga.
Sering juga aku teringat pada pesan Adi, adek Emylia, sewaktu aku memberitahukan tentang bubarnya hubunganku awal taon lalu serta meminta maaf padanya atas semua kesalahanku dan memohon maaf karena aku gagal menjaga cecenya, yang telah dipercayakan padaku. Pesan singkatnya itu berbunyi cinta bisa gugur tapi hidup kita akan berjalan terus untuk menunggu sebuah cinta baru yang akan bersemi.
dan Fenny, adek dari iparku Yenny, mengajakku untuk berfikir dengan pesannya dikala itu, sesulit apapun itu, kalo memang berjodo ya berjodo, mungkin aja jalan yang dilalui akan rumit dan ruwet, tapi pada akhirnya kalo memang berjodo ya akan berjodo...
Ada banyak juga kata-kata bijak seperti itu. Aku teringat pada pesan Emylia padaku (dan terus terang juga mantanku yang pertama, Marlina, heran ya kok dua orang yang beda jarak, Marlina di Jerman dan Emylia di Indonesia bisa punya pikiran yang sama ya? Jangan-jangan mereka membaca novel yang sama ya?) dan yang akan aku simpan selalu dalam hatiku...
Suatu saat nanti jika memang terjadi, dan esok hari aku tidak dapat bersamamu lagi. Ketahuilah hadiah yang paling indah yang akan kubawa pergi adalah kenyataan bahwa aku telah pernah mengenalmu...
Mungkin aja ada diantara kita yang pernah mengalami patah hati setelah pernah menjalin kisah kasih bersama orang yang kita kasihi itu, mungkin untuk semuanya itu memang ada alasannya sendiri, karena kita harus ingat bahwa semuanya itu telah diatur dan memang jalannya harus demikian.
Tuhan mempunyai alasan sendiri menempatkan orang-orang supaya dekat dengan kita. Apapun alasanNya untuk menyatukan kita, aku benar-benar senang bahwa Dia telah mengijinkannya dan mengaturnya untukku.
Malam ini tanggal 13 Mei, aku dan Emylia akhirnya ngobrol lagi beberapa jam di telefon, setelah kurang lebih satu bulan yang lalu kami bertemu di PTC. Kami banyak membicarakan semua yang terjadi dalam hidup kita masing-masing di empat bulan terakhir ini. Ya semuanya, seperti berbentuk laporan kegiatan yang sistematis gitu, karena aku terbiasa memakai outlook dan PDA (personal digital assistant) untuk mencatat jadwal kegiatanku. Baek dia maupun aku memang dari dulunya suka ngobrol berlama-lama tiap malam di telefon, seperti kedua sahabat yang berabad-abad tidak berjumpa. Tidak tau juga siapa yang lebih cerewet, tapi katanya sih aku. Banyak perkembangan dalam hidup kita berdua selama empat bulan terakhir ini, banyak pengalaman yang didapat selama ini. Jujur aja, aku sangat bahagia bisa mendengar suara lembutnya lagi di headset telefonku setelah empat bulan tidak ngobrol-ngobrol akrab di telefon. Tapi memang mungkin sudah selayaknya, kalo kesempatan ngobrol berkala seperti ini dilakukan, mengingat aku sudah menganggap Emylia seperti adek angkatku sendiri yang sangat spesial, selama tidak mengganggu hidupnya…Akupun tidak heran sewaktu aku terjemahkan tembang Didn’t We Almost Have It All dari Whitney Houston ini, ternyata dia sependapat denganku, mungkin ini salah satu lagu yang tepat untuk kenangan kita berdua dan yang bisa menggambarkan suasana hati kami dulunya.
Malamnya akupun teringat beberapa taon yang lalu, sewaktu aku dulu ketemuan sama mantanku yang pertama, Marlina, setelah lama sekali tidak bersua, kuingat waktu itu juga suasana yang mirip yang ku alami sewaktu bertemu dengan Emylia lagi. Aku ingat, kalo waktu itu Marlina dan akupun bertemu kembali seperti dua orang yang tidak saling mengenal lagi. Kurasa kita bole-bole aja mengenang masa-masa indah menjadi kenangan yang indah dan melupakan masa-masa susah sehingga tidak membuat seluruh hidup kita menjadi hancur. Tapi kita juga harus ingat untuk:
Jangan pernah menyesali satu haripun dalam hidup kita. Hari-hari baek itu memberi kita kebahagiaan, hari-hari jelek membawa pengalaman bagi kita. Keduanya penting untuk bekal kehidupan kita dan merupakan berkah dari Tuhan.
Di waktu mengenang inipun, aku jadi teringat pada bagian terakhir dari novel Nicholas Sparks yang berjudul A Bend in the Road (Tikungan di jalan) atau dalam bahasa Indonesianya diberi judul Pertemuan Nasib yang kukutip disini:
“Baiklah,” kata Charlie. “Kalau begitu, aku punya sedikit saran untukmu.”
Miles menunggu.
“Kalau kau bilang, semuanya sudah berakhir, ikutilah kata hatimu sendiri, oke?“
Charlie memastikan Miles mendengar keseriusan dalam nada suaranya.
“Apa artinya?“ tanya Miles.
“Kalau sudah berakhir – kalau ini benar-benar sudah berakhir – jangan biarkan semua ini mengacaukan seluruh sisa hidupmu.“
“Aku tidak mengerti maksudmu.“
Charlie menggelengkan kepalanya dan mendesah.
“Ya, kau pasti mengerti,“ jawabnya.
Kadang memang sesuatu yang harus berakhir, memang mungkin telah ditakdirkan untuk berakhir, untuk apa lagi disesali, maksimal hanya untuk dikenang yang baiknya saja. Tapi jangan biarkan kenangan manis (dan pait) itu mengacaukan seluruh hidup kita baek dimasa kini maupun masa depan. Memang kita tidak bole lari dari kenyataan, misal dengan memforsir diri kita untuk bekerja meniti karir ataupun dengan bersenang-senang sejenak, karena itu tidak akan menolong kita. Tapi hendaknya kita bijaksana dan mulai mengatur hidup kita lagi dari awal semasa masalah itu tidak ada...Kurasa lirik lagu Didn’t We Almost Have It All, ini bisa membantu menyadari apa arti cinta itu, sekali kita merasakannya, kita tak mungkin melupakannya.
Andai cinta kita harus gagal, ya mau apa lagi, mulai aja dari awal selama kita masih bisa dan mau membuka mata, diri dan hati kita kepada orang yang lain. Dan mau memberikan kesempatan pada diri kita sendiri dan pada calon kita itu untuk saling mengenal satu sama lain...
Waktu pada akhir pembicaraan kami di telefon tadi itu, Emylia bertanya, apa aku akan pernah mengusir dia dari hatiku, kujawab,
Teman yang baek itu seperti jikalau kita bekerja dengan sebuah computer. Setelah aku tekan ENTER untuk masuk dalam hidupmu, dan klick SAVE untuk menyimpanmu dalam hatiku, maka akupun telah mencoba melakukan FORMAT untuk menghapus masalah-masalahmu. Tapi pada akhirnya aku akan selalu ingat untuk tidak pernah menyentuh tombol DELETE guna menghapus namamu dari ingatanku...
Mungkin juga ada baeknya, mengingat apa yang dulu pernah dikatakan temanku, Yuliana untuk dijadikan pedoman hidup kita semua
Bila engkau menemukan seorang teman yang bijaksana dan cocok untuk hidup denganmu, hendaklah engkau berjalan bersamanya dengan gembira dan penuh kesadaran mengatasi segala bahaya...karena mendalami cinta itu seperti menggali sumur. Di tempat yang dangkal adanya hanya lumpur tapi di tempat yang dalam ada kejernihan...
Untukmu, Emylia a.k.a. Mama Bear, kuharap kamu mendapatkan semua yang terbaek dalam hidupmu. Terima kasih kamu telah mengijinkanku melihat ke dalam dan berdiam di dalam hatimu karena disitu aku telah menemukan arti cinta. Terima kasih banyak untuk semua perhatianmu dan kasihmu padaku. Terima kasih untuk semuanya. Mencintaimu telah membuat hidupku berarti. Jagalah dirimu baek-baek. Semoga kamu hepi-hepi saja dan semoga tercapai semua cita-cita dan cintamu...aku hanya bisa bantu dengan doa dari jauh...dariku Petrus a.k.a. Papa Bear
Didn’t We Almost Have It All (Bukankah Kita Sudah Hampir Punya Segalanya)
Remember when we hold on in the rain. (teringat sewaktu kita bergandengan di tengah hujan)
The nights we almost lost it once again. (hampir saja kita kehilangan malam-malam itu lagi)
We can take the night into tomorrow. (kita dapat membawa malam itu ke hari esok)
Living on feelings. (dengan hidup dalam perasaan)
Touching you I feel it again. (ketika aku menyentuhmu aku merasakannya lagi)
Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
When love was all we had worth giving. (ketika cinta berarti segalanya untuk kita)
The ride with you was worth the fall my friend. (bersamamu dalam suka dan duka itu berarti bagiku)
Loving you makes life worth living. (mencintaimu membuat hidupku berarti)
Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
The nights we held on till the morning. (kita nikmati malam-malam itu hingga menjelang fajar)
You know you'll never love that way again. (kau tau kau takkan pernah menyukai cara itu lagi)
Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
The way you used to touch me felt so fine. (caramu menyentuhku terasa halus)
We kept our hearts together down the line. (kita telah menjaga hati kita bersama dengan hati-hati)
A moment in the soul can last forever. (sesaat bisa berlangsung lama dalam batin)
Comfort and keep us. (menghibur dan menjaga kita)
Help me bring the feeling back again. (membantuku mengembalikan perasaanku lagi)
Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
When love was all we had worth giving. (ketika cinta berarti segalanya untuk kita)
The ride with you was worth the fall my friend. (bersamamu dalam suka dan duka itu berarti bagiku)
Loving you makes life worth living. (mencintaimu membuat hidupku berarti)
Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
The nights we held on till the morning. (Kita nikmati malam-malam itu hingga fajar)
You know you'll never love that way again. (kau tau kau takkan pernah menyukai cara itu lagi)
Didn't we almost have it all (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
Didn't we have the best of times. (Bukankah kita punya waktu yang terbaik)
When love was young and new. (ketika cinta baru mulai bersemi)
Couldn't we reach inside and find. (tidak dapatkah kita meraih kedalam dan menemukan)
The world of me and you. (duniamu dan duniaku)
We'll never lose it again. (janganlah kita kehilangan lagi)
Cause once you know what love is. (karena sekali kamu tau apa itu arti cinta)
You'll never let it end. (kamu takkan membiarkannya berlalu)