Sejak awal taon 2006 aku tinggal di kampung ku ini, dan sejak taon itu, aku tak pernah dengar ada berita kriminal di sini. Dengar nya hanya dua kali kejadian jambret dalam, 10 terakhir, namun akhir-akhir ini udah ada setidaknya lima kejadian kriminal di jalan depan rumahku ini. Napa ya?
Yang ku tau itu, sekitar sebulan yang lalu, aku kebetulan keluar rumah pukul dua pagi dan kemudian berjalan dengan santai ke pos satpam RT ku yang terletak di sebelah kanan rumahku. Dari kejauhan kuliat sesosok lelaki rada endut di kegelapaan yang kukenali bukan sebagai salah satu dari tiga satpam RT ku. Maklum dia kan berdiri di bawah lampu jalan yang nyalanya semaunya, alias kadang nyala kadang mati dan pada saat itu lampunya sedang ogah bekerja sama.
Setelah rada dekat, kusapa dia dengan ucapan selamat malam. Dan kemudian kukenali dia sebagai pak RW ku. Kami lama ngobrol dengannya, aku tanya kemana satpam yang jaga di pos ku itu, dia bilang, sedang diperintahkan untuk keliling.
Untuk diketaui saja, aku berada di RT 3 dan di kiri ku itu RT 4 dan sebelah di kanan adalah RT 2. sedangkan deret rumah di belakang rumahku udah termasuk kelurahan sebelah. Nah pak RW endut itu berasal dari RT 2. Nah iya, dia kan dulunya mantan lurah dan pernah menjabat camat juga, gimana mau tidak besar perutnya.
Pembicaraan kami kemudian terpotong dengan kemunculan satpam ku yang datang dengan bersepeda setelah melakukan kegiatan patroli rutin nya, ya disamping cari belut di selokan seperti biasa.
Bertiga kami membicarakan soal keamanan di wilayah RW ku itu. Dengan nada dibuat seakan berwibawa dia mengatakan bahwa dia menyatakan jalan depan rumahku itu rawan. Rawan? Rawan dari Hongkong? Begitu tanyaku, nah iyalah, kan sejak bertaon-taon tak ada kejadian yang berarti di jalan itu, darimana pula dia berani bilang jalan itu rawan.
Melihat pernyataannya kutanggapi dengan nada dingin dan dengan nada tak percaya, keliatan dia mulai naik pitam. Dan dia kemudian tanya apa aku tau kalo tetangga ku kehilangan burung nya barusan ini, maksudku tentunya burung hias yang ditaruh dalam sangkar, bukan yang laen, hahaha…
Sekali lagi dengan muka menyeringai aku ketawain dia, mana ada maling mau curi burung? Begitu sanggahku dan satpamku pun tersenyum. Nah makin emosilah si pak RW rupanya, dia lalu menjelaskan dengan nada menyalahkan aku karena aku tak percaya kalo ada maling yang curi burung berharga. Dan juga dia mulai menyalahkan satpam-satpam ku dan satpam RT sebelah karena tidak awas.
Tentunya aku tidak terima bila satpam ku disalahkan dan tentunya logika ku terasa di remehkan. Aku pun lalu adu argumentasi dengan nya: “bila aku seorang maling, tentunya aku tidak cukup idiot untuk mencuri burung, (karena aku tentunya tak tau burung mahal itu ditinjau dari mananya), tapi dalam pandanganku, seorang maling yang belon sinting, pasti akan masuk ke dalam rumah dan mencari uang tunai atau barang-barang kecil seperti hape, perhiasan dll dan tentunya bukan sesuatu yang hidup apalagi yang bisa bersuara.”.
Jengkel deh jadinya si pak RW sementara satpam ku nyengir kuda sambil memamerkan sederet gigi nya yang sepertinya rada menguning karena kebanyakan menyedot rokok merek ‘tingwe’ alias kelinting dewe (gulung sendiri). Lalu dia bilang, dia sedang menunggu kedatangan polisi setiap menit nya. Aku pun dengan tenang tetap berdiri di sana, dan melempar senyum dan mengangkat alis mataku pada satpam ku.
Polisi? Dia bilang? Ah paling juga pak Win, polisi kamtibmas di tempatku, aku kenal dia baek, hahaha. Mau apa dia dengan pak pol? Lagian pak pol nya juga udah tau pasti cerita tentang burung yang hilang itu. Dan kurasa dia tak percaya dan lagian pak pol tidak muncul tiap malam. Begitu pikirku. Tak lama menunggu akhirnya dia rupanya jadi tak enak sendiri dan pamitan jalan ke pos RT 2, karena aku dan satpam ku akhirnya ngobrol sendiri.
Begitulah malam itu berakhir, dan beberapa hari kemudian sepulang nya aku belanja di sebuah super market di dekat rumahku, aku sempat disapa oleh pak Ri satpam dari RT 4. Dan sebagai orang yang super ramah dan membumi, aku pun menyempatkan ngobrol dengannya. RT 4 itu adalah wilayah dimana terletak rumah yang katanya kemalingan burung itu. Ketika kutanya masalah burung itu, pak Ri pun menjelaskan duduk perkaranya padaku dan mengadu bahwa, pak RW juga menyalahkan semua satpam dari RT 4 itu, karena burung itu hilang.
Setelah dijelaskan duduk persoalannya dengan lebih jelas, ternyata si empunya rumah yang katanya kemalingan itu ternyata adalah adek dari pak RW, pantas saja dibelain mati-matian, dan semua satpam di RT 3 dan 4 tentunya sebel karena mereka dipersalahkan.
Rumah mewah itu mempunyai pagar yang tingginya sekitar dua meter dan selalu berada dalam keadaan tertutup menurut pantauan satpam RT 4, dan burung itu konon kabarnya tinggal dalam sangkarnya dan diletakkan di lantai dua. Menurut laporan yang ada, burung itu hilang pada siang hari.
Hmm.. semua kok sepertinya cerita mengada-ngada ya? Ya udahlah, biarlah si pak RW itu sendiri dengan pendapatnya, maklum orang kalo udah uzur biasanya otak nya juga udah tidak beres. Sambil berdendang riang, aku pun mengayunkan kaki kembali pulang ke rumah..
Burung si pak RW,
Tinggal dalam sarang
Suatu hari hilang
Semua pada ketawa
Tekdung tekdung tekdung ha ha ha
Tekdung tekdung tekdung ha ha ha
Tekdung tekdung tekdung ha ha ha
Saturday, February 20, 2010
Thursday, February 18, 2010
Berapa jumlah gedung WTC yang runtuh?
Iseng-iseng aku jadi ingat kisah kuno dan ingin menulis nya di sini.
Masi teringat dalam benakku, ketika sore itu aku pulang ke rumah, dan di lantai dua gedung apartemen ku aku memergoki pintu apartemen temanku terbuka. Tak ayal aku pun mengetuk pintu dan dia mempersilakan aku masuk dan dengan antusias dia memberiku info yang sangat mengejutkan sambil menunjuk ke arah pesawat televisi nya.
Sejenak aku tertegun ketika kami berdua tiba-tiba melihat sesuatu benda terbang menubruk salah satu menara WTC. “Wow !” seru temanku si Fredy. Aku memandang nya dengan takjub dan sekaligus tidak percaya. “Spielberg ?”, tanyaku padanya sambil menunjukkan jari telunjuk kananku ke TV butut nya. Kupikir itu karya Steven Spielberg lagi, yang memang terkenal dengan movie spektakuler nya tentang akhir jaman. Dia berpaling padaku dan berseru sambil jari kirinya menunjuk ke sudut kiri atas layar tivi nya, “LIVE !”. Akupun melongo.
Wah tak taunya aku dan dia jadi saksi aksi kamikaze dari orang-orang sinting yang bosan hidup dan tak berani harakiri sendirian itu. Kejadian nya relatif spektakuler ketika tak lama kemudian gedung itu runtuh ke dalam. Ya kolaps ke dalam. Ke dalam? Nah di sinilah mulai pertanyaan nya.
Sebuah gedung yang dinyatakan konstruksi statik nya gagal kok kalo ambruk ke dalam ya? Kok bukan ke samping. Pikiran itu sempat mengusikku namun tak lama pikiran itu menetap di benakku dan sudah terlupakan, sampai di taon 2006/2007 muncul berita spektakuler di US sana, bahwa mungkin saja tindakan itu adalah suatu bentuk konspirasi.
Awalnya aku rasa bukan suatu kebetulan, bila tanggal yang di pilih ada 11 September. Karena kebiasaan orang sana menulis kan bulan dulu baru tanggal, jadi di tulis 9/11 biasanya, atau yang bagus lagi bila kita gabung jadi 911 dan seperti yang kita ketaui, 911 adalah nomer emergency nya disana. Koinsiden? Kukira tidak.
Prof. Dr. Steven Earl Jones, seorang profesor fisika dari Brigham Young University yang selama ini terkenal dengan karya nya di bidang muon-catalyzed fusion (fusi dengan katalisasi muon dalam bidang studi fisika partikel yang juga kupelajari jaman dulu) mengumumkan keraguannya bahwa ketiga gedung WTC yang ambruk itu murni karena gagalnya konstruksi statiknya.
Pemikiran Dr. Jones murni hanya tentang kecepatan dan simetri dari ambruk nya gedung WTC tersebut yang mirip dengan apa yang dinamakan ‘explosive demolition’, atau peledakan bangunan bertingkat dengan bantuan dinamit.
Dengan bukti dari hasil uji coba laboratorium dan juga keterangan dari para saksi mata, maka dia menyimpulkan keganjilan nya yang ditulisnya dalam paper dan juga banyak laporan nya di website nya.
Lebih spektakuler lagi, tak lama setelah kontrovesi itu dibeberkan dalam suatu seminar tanggal 22 September 2005, kemudian dia mengumumkan pensiun dini nya pada tanggal 20 Oktober 2006.
Dalam pembicaraanku dengan temanku Se Liep semalam, secara iseng aku bertanya padanya, berapa gedung WTC yang ambruk waktu kejadian di New York itu. Dia menjawab, “dua”.
Aku tertawa dan menukasnya, “ada tiga, WTC nomer 7 yang mungkin tidak diketaui orang dan story paling spektakuler, karena BBC di London sudah memberitakan keruntuhannya sebelon WTC 7 itu runtuh juga, padahal tidak ditubruk pesawat terbang”. Koinsiden? Kukira tidak. WTC nomer 7 itu terbakar kena cipratan api dari WTC nomer 1 selama 7 jam dan di sore hari nya ambruk juga. Jadi total 3 gedung.
Dari penelitian laboratorium yang langsung diambil dari puing-puing WTC itu ditemukan jejak-jejak bahan kimia bahan peledak. Ditambah dengan kenyataan dari keterangan petinggi pemadam kebakaran sana dan dikonfirmasi ulang oleh setiap orang yang ikutan membantu mengevakuasi dan membersihkan ground zero (tempat dimana ke 7 menara WTC itu berdiri), semua mengatakan bahwa pecahan itu semua berupa serbuk dan pecahan terbesar yang ditemukan hanya seukuran setengah dari keyboard normal dari computer.
Lho kok bisa semua runtuh jadi serbuk? Apakah ada bahan peledak yang dipasang disana? Apakah ada dinamit yang biasa dipasang untuk meruntuhkan gedung bertingkat waktu itu disulut?
Pertanyaan yang kemudian nongol, berapa lama tim profesional bekerja untuk memasang dinamit di semua sudut krusial dalam gedung seperti itu sehingga gedung nya dapat di runtuhkan secara aman? Jawabannya adalah tiga minggu. Nah kejadian di New York ini hanya memakan waktu beberapa jam saja, pagi di tubruk dan sore nya ambruk. Gimana bisa terjadi? Apakah di rencanakan?
Sementara itu aku udah rajin menelusuri beberapa website terkait dan juga mencari video di YouTube tentang ini, dan kesimpulanku, itu adalah konspirasi.
Aku jadi teringat pada pernyataan Hermann Göring (Menteri Propaganda dari Nazi semasa perang dunia kedua) di depan pengadilan militer di Nürnberg 1945 yang mengatakan: “suatu bangsa dapat dibujuk untuk mengikuti semua perintah pimpinannya bila dikatakan kalo bangsa mereka sedang diserang dan bersamaan dengan itu menyalahkan pengkritik nya, bahwa yang mengkritik tidak bersikap nasionalis dan tindakan mengkritik itu membahayakan keamanan bangsa mereka. Hal ini dapat diterapkan di semua bangsa”.
Hmm.. bukankah hal itu yang kita dengar berkali-kali setelah WTC ambruk? Negara itu menyatakan mereka sedang diserang dan untuk itu mereka harus melawan balik? Kok ada kesamaan dengan pernyataan si Tuan Göring ya?
Kesalahan kecil dalam kriminologi memang kadang-kadang menarik untuk kita kenal, lebih lanjut akan sangat menarik bukan hanya karena banyaknya korban yang jato di New York namun juga karena banyaknya korban yang jato setelah perang melawan teroris dikumandangkan.
Rupanya ada bau-bau konspirasi yang bersifat demikian dalam kasus di New York ini. Nah ada apa ya? Biarlah aku tak mau membahas lebih jauh biar Dr. Jones aja yang berbicara..
Masi teringat dalam benakku, ketika sore itu aku pulang ke rumah, dan di lantai dua gedung apartemen ku aku memergoki pintu apartemen temanku terbuka. Tak ayal aku pun mengetuk pintu dan dia mempersilakan aku masuk dan dengan antusias dia memberiku info yang sangat mengejutkan sambil menunjuk ke arah pesawat televisi nya.
Sejenak aku tertegun ketika kami berdua tiba-tiba melihat sesuatu benda terbang menubruk salah satu menara WTC. “Wow !” seru temanku si Fredy. Aku memandang nya dengan takjub dan sekaligus tidak percaya. “Spielberg ?”, tanyaku padanya sambil menunjukkan jari telunjuk kananku ke TV butut nya. Kupikir itu karya Steven Spielberg lagi, yang memang terkenal dengan movie spektakuler nya tentang akhir jaman. Dia berpaling padaku dan berseru sambil jari kirinya menunjuk ke sudut kiri atas layar tivi nya, “LIVE !”. Akupun melongo.
Wah tak taunya aku dan dia jadi saksi aksi kamikaze dari orang-orang sinting yang bosan hidup dan tak berani harakiri sendirian itu. Kejadian nya relatif spektakuler ketika tak lama kemudian gedung itu runtuh ke dalam. Ya kolaps ke dalam. Ke dalam? Nah di sinilah mulai pertanyaan nya.
Sebuah gedung yang dinyatakan konstruksi statik nya gagal kok kalo ambruk ke dalam ya? Kok bukan ke samping. Pikiran itu sempat mengusikku namun tak lama pikiran itu menetap di benakku dan sudah terlupakan, sampai di taon 2006/2007 muncul berita spektakuler di US sana, bahwa mungkin saja tindakan itu adalah suatu bentuk konspirasi.
Awalnya aku rasa bukan suatu kebetulan, bila tanggal yang di pilih ada 11 September. Karena kebiasaan orang sana menulis kan bulan dulu baru tanggal, jadi di tulis 9/11 biasanya, atau yang bagus lagi bila kita gabung jadi 911 dan seperti yang kita ketaui, 911 adalah nomer emergency nya disana. Koinsiden? Kukira tidak.
Prof. Dr. Steven Earl Jones, seorang profesor fisika dari Brigham Young University yang selama ini terkenal dengan karya nya di bidang muon-catalyzed fusion (fusi dengan katalisasi muon dalam bidang studi fisika partikel yang juga kupelajari jaman dulu) mengumumkan keraguannya bahwa ketiga gedung WTC yang ambruk itu murni karena gagalnya konstruksi statiknya.
Pemikiran Dr. Jones murni hanya tentang kecepatan dan simetri dari ambruk nya gedung WTC tersebut yang mirip dengan apa yang dinamakan ‘explosive demolition’, atau peledakan bangunan bertingkat dengan bantuan dinamit.
Dengan bukti dari hasil uji coba laboratorium dan juga keterangan dari para saksi mata, maka dia menyimpulkan keganjilan nya yang ditulisnya dalam paper dan juga banyak laporan nya di website nya.
Lebih spektakuler lagi, tak lama setelah kontrovesi itu dibeberkan dalam suatu seminar tanggal 22 September 2005, kemudian dia mengumumkan pensiun dini nya pada tanggal 20 Oktober 2006.
Dalam pembicaraanku dengan temanku Se Liep semalam, secara iseng aku bertanya padanya, berapa gedung WTC yang ambruk waktu kejadian di New York itu. Dia menjawab, “dua”.
Aku tertawa dan menukasnya, “ada tiga, WTC nomer 7 yang mungkin tidak diketaui orang dan story paling spektakuler, karena BBC di London sudah memberitakan keruntuhannya sebelon WTC 7 itu runtuh juga, padahal tidak ditubruk pesawat terbang”. Koinsiden? Kukira tidak. WTC nomer 7 itu terbakar kena cipratan api dari WTC nomer 1 selama 7 jam dan di sore hari nya ambruk juga. Jadi total 3 gedung.
Dari penelitian laboratorium yang langsung diambil dari puing-puing WTC itu ditemukan jejak-jejak bahan kimia bahan peledak. Ditambah dengan kenyataan dari keterangan petinggi pemadam kebakaran sana dan dikonfirmasi ulang oleh setiap orang yang ikutan membantu mengevakuasi dan membersihkan ground zero (tempat dimana ke 7 menara WTC itu berdiri), semua mengatakan bahwa pecahan itu semua berupa serbuk dan pecahan terbesar yang ditemukan hanya seukuran setengah dari keyboard normal dari computer.
Lho kok bisa semua runtuh jadi serbuk? Apakah ada bahan peledak yang dipasang disana? Apakah ada dinamit yang biasa dipasang untuk meruntuhkan gedung bertingkat waktu itu disulut?
Pertanyaan yang kemudian nongol, berapa lama tim profesional bekerja untuk memasang dinamit di semua sudut krusial dalam gedung seperti itu sehingga gedung nya dapat di runtuhkan secara aman? Jawabannya adalah tiga minggu. Nah kejadian di New York ini hanya memakan waktu beberapa jam saja, pagi di tubruk dan sore nya ambruk. Gimana bisa terjadi? Apakah di rencanakan?
Sementara itu aku udah rajin menelusuri beberapa website terkait dan juga mencari video di YouTube tentang ini, dan kesimpulanku, itu adalah konspirasi.
Aku jadi teringat pada pernyataan Hermann Göring (Menteri Propaganda dari Nazi semasa perang dunia kedua) di depan pengadilan militer di Nürnberg 1945 yang mengatakan: “suatu bangsa dapat dibujuk untuk mengikuti semua perintah pimpinannya bila dikatakan kalo bangsa mereka sedang diserang dan bersamaan dengan itu menyalahkan pengkritik nya, bahwa yang mengkritik tidak bersikap nasionalis dan tindakan mengkritik itu membahayakan keamanan bangsa mereka. Hal ini dapat diterapkan di semua bangsa”.
Hmm.. bukankah hal itu yang kita dengar berkali-kali setelah WTC ambruk? Negara itu menyatakan mereka sedang diserang dan untuk itu mereka harus melawan balik? Kok ada kesamaan dengan pernyataan si Tuan Göring ya?
Kesalahan kecil dalam kriminologi memang kadang-kadang menarik untuk kita kenal, lebih lanjut akan sangat menarik bukan hanya karena banyaknya korban yang jato di New York namun juga karena banyaknya korban yang jato setelah perang melawan teroris dikumandangkan.
Rupanya ada bau-bau konspirasi yang bersifat demikian dalam kasus di New York ini. Nah ada apa ya? Biarlah aku tak mau membahas lebih jauh biar Dr. Jones aja yang berbicara..
Subscribe to:
Posts (Atom)