Saturday, August 7, 2010

Wakeup Call

Awalnya sih mau aku kasi judul ‘Belanja Subuh’, tapi kok rasanya lebih asik bila dikasi judul ‘wakeup call’.

Malam atau tepatnya pagi ini rupanya aku tak bisa tidur dengan enak. Terbangun pagi-pagi walau tidurnya juga larut malam. Jadinya jam setengah lima pagi aku memutuskan untuk berangka belanja dulu di supermarket sebelah.

Seperti biasa cuaca sejuk pagi ini, rupanya angin yang ditiup dari Australia mampir kesini. Maklum di Australia saat ini kan baru memasuki musim semi dan udara disana masi segar. Lirik kanan dan kiri, tak terliat satpam ku yang malas. Ya udahlah, hanya terliat beberapa orang berlalu lalang baru pulang dari sholat subuh di sebuah masjid dekat rumahku.

Akhirnya aku sampai di supermarketnya dan membeli beberapa barang seperti teh instant, tahu kuning, tissue dan juga melinjo. Ya aku tau tau belinjo itu tidak bagus untuk kesehatanku, karena aku ada kecenderungan menderita asam urat nantinya, walau saat ini hasil test darahku masi menunjukkan hasil yang oke. Maksudku, kalo bisa dihindari kenapa musti diderita, simple kan?

So, sewaktu di dalam supermarket, ternyata aku bertemu dengan teman lama yang larinya cepat, berbulu hitam, dan bermoncong kerucut. Siapa dia? Tentu saja teman lama nya Miki Mos. Kaget juga, karena di dalam supermarket itu ada tikusnya.

Aku seperti biasa menyempatkan diri mengobrol dengan orang-orang yang bertugas disana. Mereka bercerita kalo kerugian sebesar 15 milyar yang diderita karena salah satu cabang mereka terbakar habis itu ternyata tidak ditanggung asuransi, karena memang tidak diasuransikan. Wah jadi pingin tau nih, ini kan ada hubungannya dengan hasil produksi Pertamina, tapi rupanya seperti biasa pihak yang harusnya ikutan bertanggung jawab ternyata tidak mau tau menahu.

Maklum kan kita tau, kalo pejabat Pertamina adalah pejabat yang gemar makan gaji buta dan tidak mau tanggung jawab. Betolnya bisa dituntut tuh pihak Pertamina karena ikutan bersalah dalam banyak kasus, dan bahkan bisa dituntut sebagai ikut serta dalam pembunuhan tidak berrencana. Bagiku Pertamina sudah bermaen dengan nyawa manusia nih. Harus dibasmi, tapi salah sendiri pada semua yang menginginkan pemerintah model begini.

Sewaktu aku ngobrol dengan petugas di sana, ternyata mereka tau kalo ada tikusnya, namun sangat sulit di basmi. Iseng aku usulkan agar mereka piara burung hantu saja. Kontan mereka tersenyum dan menimpali, kalo peliara burung hantu dalam supermarket, nanti pegawainya yang lari, hahaha.. nah ya, kalo di Eropa atau Amerika sana, bila ditemukan tikus di dalam sebuah supermarket, pasti supermarketnya ditutup paksa dan pemiliknya dijebloskan dalam penjara, karena dianggap bermaen dengan kesehatan manusia. Tapi ini Indo, negara hukum, dimana semua bole, dan aturan dibuat untuk dilanggar karena yang berlaku di sini seperti biasa adalah ‘Hukum Rimba’, ya negara hukum rimba maksudku.

Yup akhir perjalananku membawaku ke depan computer dan mulai mengunyah belinjo ku. Karena belinjo mengandung penyebab meningkatnya kadar asam urat dalam darah, maka aku bertekat untuk banyak minum air, karena asam urat larut dalam air.

Dari televisi yang kupasang, ternyata diberikan terjadinya gunung meletus di Sulawesi Utara dan tentang beberapa orang yang hilang. Waduh, kasian juga ya. Juga ada berita tentang cuaca buruk di Jakarta sampai mengakibatkan banjir setinggi 50 cm di beberapa tempat dan tentunya juga berdampak pada penundaan pendaratan beberapa pesawat terbang di bandara internasional Soekarno Hatta.

Duh Jakarta rupanya sudah tidak cocok untuk dijadikan ibukota, pindahkan ke Makasar aja, tempat asal pak Jusuf Kalla. Lagian kan Makasar sudah berkembang menjadi kota modern dan penuh dengan hiburannya. Dan wacana tentang usulan pemindahan ibukota ke Makasar sudah terdengar sejak pak Jusuf Kalla menjadi wakil presiden dan tentunya wacana itu aku dukung. Maklum lama penerbangan dari kotaku ke Jakarta dan ke Makasar sama aja, sama-sama satu jam, jadi tak ada efek negatif nya bagiku, hehehe..


Kemudian tentunya di susul oleh iklan favoritku yang mendidik orang men-cat rumahnya bukan dengan kuas atau rol pengecat dinding, tapi dengan teknik lempar kaleng cat ala pelempar cakram. Yup bagus tuh idenya. Tak terasa subuh sudah lewat dan matahari sudah mulai mereka, saat untuk mengirim tulisanku ini ke blog ku.. sampai besok..

Friday, August 6, 2010

Baksos

Tidak, tentunya tidak salah tulis, bukan bakso, makanan dari sedikit daging dan banyak tepung maksudku, tapi baksos atau lebih dikenal dengan bakti sosial.

Tapi sebenarnya ini tak ada hubungannya dengan acara bakti sosial, tapi dalam acara menghibur teman-temanku. Awalnya pagi hari aku mengirim SMS ke teman-temanku yang terdiri atas dua SMS, isinya adalah

‘Bagaimana kalo suatu hari nanti kita adakan baksos – bakti sosial? Suatu hal yang baek kan? Itung-itung beramal pada sesama. Tapi harus rada istimewa dan beda dengan yang laennya’

Tapi SMS itu aku sambung dengan SMS ku yang sengaja aku kirimkan beda satu dua menit dengan SMS yang pertama, dan berisi:

‘Maksudku baksos di tempatku, bantuin aku nge-cat rumah dan bersihkan rumahku untuk menyambut hari lebaran gitu lho. Jangan kuatir kopi, singkong dan roti sumbu tersedia.’

Dan hal ini tentunya mengundang senyum para temanku dan disertai berbagai reaksi yang lucu-lucu yang beberapa diantaranya aku lampirkan disini.

‘Malas ah banyak tikus dan kecoa nya’, tapi SMS ini aku timpali dengan komentar ‘Bebas tikus kok, karena sudah piara burung hantu dan juga bebas kecoa karena piara meong kecil’.

‘Eee kirain beneran, sampe-sampe aku mikir cari tempat, pertama terbayang panti asuhan pak, ternyata di tempat elo. Memang nya papa bear sekarang udah tidak mampu bayar pembokat ya?’

Atau juga jawaban seperti ’aku juga spesialisasi jadi pengecat profesional lho. Jadi mahal kalo diminta ngecat. Kemaren kursus ngecat di Paris dan baksos di Lapindo, tapi kalo renovasi rumah, mending di tempatku saja, ada acara ganti genteng dan ngepel segala, gimana?’

Hahaha, ada-ada saja ini komentar teman-temanku. Aku memang paling suka dengan orang-orang yang kreatif dalam menanggapi masalah di kehidupan ini. Karena hanya dengan berteman dengan orang yang kreatif, maka hidup kita akan jadi semakin berwarna.

Bayangkan saja bila teman-teman kita semua kaku dan tidak kreatif, mungkin juga kita akan bosan bergaul dengan mereka. Karena justru selentingan-selentingan segar yang bisa membuat kita tersenyum itulah yang pasti bisa membantu kita melupakan sejenak atau dua jenak penatnya kehidupan.

Coba saja, bayangkan, kita harus menanggapi bagaimana bila jawaban atas SMS humorku itu berbunyi ‘emangnya elo anak yatim ya, sehingga perlu di infaq?’.

Ya itulah sepercik humor di siang hari yang kulontarkan. Tapi dari humor itu ternyata ada beberapa ide dari teman-temanku untuk mewujudkannya dengan lebih serius. Dan ternyata mereka juga mau menyumbang. Wah wah wah, tak kusangka, ya udah biar mereka urus aja bila mau baksos.

Karena mau mengadakan baksos itu juga banyak persiapannya, cari dulu sasarannya, tanya apa kebutuhannya, dan tentunya mengorganisir pengumpulan duitnya dan juga penyalurannya. Pokoknya ribet deh. Tapi yang harus dihindari adalah pemberian uang tunai. Kenapa? Namanya juga uang manis, takutnya nanti dikorupsi sana sini dan jadi tidak tepat sasaran, namanya juga Indo.

Thursday, August 5, 2010

Nyaris Saja

Iya bisa dibilang ‘nyaris saja’ tuh. Ceritanya itu sejak kira-kira seminggu terakhir aku mendengar ada suara gemelitik keluar dari arah stecker ku yang menghubungkan antara stavolt (stabilisator dari voltage) dengan colokan dari PLN.

Dari stavolt itu aku hubungkan ke sebuah pembagi aliran yang mengarah ke computer dan monitorku dan telah berfungsi sekitar empat taon ini tanpa ada gangguan. Ya tidak 100% tanpa gangguan, tentunya ada masalah sedikit seperti biasa dengan naek turunnya tegangan dari PLN, tapi tepat oleh karena itu stavolt dipasang.

Di samping itu gangguan yang rutin ada adalah pemadaman dari PLN yang selalu dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu atau juga terputusnya aliran listrik yang dikarenakan adanya hubungan arus pendek yang disebabkan oleh salah satu dari orang yang ada di sini.

Nah kali ini rada laen. Awal mulanya aku mendengar bunyi gemelitik itu lirih sekali. Tapi aku yang relatif peka memutuskan untuk mengabaikannya. Ketika empat hari lalu, suara itu terdengar semakin sering, aku mencari sumbernya dan memastikan kalo suara itu berasal dari penghubung antara kabel ke stavolt dan ke stecker PLN.

Tindakan pertamaku, aku test dulu, kenapa itu terjadi dan kapan. Dan hasilnya, bila beban ada atau dengan kata laen computer nyala, pasti suara itu muncul. Ups alarm deh, ada yang salah dengannya. Aku pun mengganti sambungannya untuk tahap pertama dengan yang laen.

Kemudian sejak kemaren aku mencium ada bau seperti barang terbakar. Tidak menyengat hidung, tapi relatif lembut namun tercium. Akhirnya aku mengendus-endus seperti seekor guguk mencari jejak maling. Dan ternyata baru itu berasal dari sambungan yang kucurigai namun telah kuganti baru. Gimana nih, pikirku, ganti atau tidak. Ah besoklah begitu aku putuskan kemaren. Cek sehari lagi, biar pasti.

Nah tadi pagi, waktu aku buka computer, ternyata bau itu masi ada. Dan aku pun mulai mencabut dan mengamati apa yang terjadi. Ternyata dalam waktu singkat aku melihat awal dari terjadinya ku rusakan pada stecker ku yang menghubungkan antara stavolt dan colokan PLN.

Ada sesuatu yang leleh dan mungkin beberapa hari ke depan bisa meleleh lebih parah lagi dan mungkin bisa mengakibatkan kebakaran atau semacamnya. Yow, akhirnya aku memutuskan untuk menggantinya secepat mungkin dan membuang kabel itu, demi keamanan.

Duh andai itu terjadi nya waktu aku pas di luar rumah, bisa gawat tuh, tak terbayangkan. Untungnya aku punya indera pengendus yang relatif bagus sehingga bisa mendeteksi bau yang tidak terlalu menyengat.

Paling tidak, selamat untuk hari ini, namun masi harus aku pantau di kemudian hari, kenapa hal itu bisa terjadi. Tapi aku teringat, dua tiga hari yang lalu, stavolt ku tiba-tiba kehilangan daya dan computerku mati mendadak, walau tidak ada pemadaman dari PLN maupun hubungan arus pendek yang disebabkan oleh salah satu orang di sini. Mungkin juga itu tandanya kalo stavolt yang harus diganti atau tanda kalo computernya udah usang sehingga penyerapan dayanya menjadi tidak beraturan? Entahlah, aku sendiri sih duga kabel di stecker nya mungkin pernah ketarik sehingga kabel perunggu nya bersentuhan langsung dengan plastik dari steckernya. Ya kita liat lagi besok-besok gimana..

Wednesday, August 4, 2010

Ketik Mengetik

Duh hari ini kok kerjanya mengetik terus, untungnya aku bisa mengetik dengan kecepatan yang relatif sulit dikejar orang yang tidak biasa mengetik. Paling tidak hari ini aku harus menulis banyak email

Salah satunya email tentang pemikiran atas sedikit kesalahpahaman yang harus diluruskan di kalangan teman SMP yang baru aja melakukan kumpul-kumpul bersama untuk merayakan acara ulang taonan keroyokan dari tiga temanku.

Ada juga temanku yang minta dibuatkan ringkasan surat keluhannya sehingga pas untuk dimasukkan ke rubrik ‘Pembaca Menulis’ di salah satu surat kabar lokal disini.

Dan dari yang bersifat rutin, tentunya ada waktu untuk menulis apa yang ingin aku tuliskan dalam buku harian online ku. Kadang lucu juga, bila aku baca apa yang dulu pernah kutulis, walau entries yang di taon-taon lalu akhirnya banyak yang aku sensor dan aku tarik kembali dari konsumsi publik. Namun aku harus bilang, aku menikmati kegiatan rutin, sekedar menulis sesuatu dan kemudian mempublikasikannya di blog ku. Dan besok begitu lagi, dan besok lagi dan seterusnya, dan seterusnya.

Menarik sih, bila kita terbiasa untuk mengetik apa yang kita pikirkan, atau apa yang kita alami, pasti kecepatan menulis kita bisa digolongkan sangat lancar, dibandingkan dengan tulisan orang yang mungkin belon terbiasa menulis.

Aku jadi ingat pada almarhum pak Tino Sidin, guru menggambar yang pernah aku fitur di blog ku ini beberapa bulan lalu. Bila pak Tino Sidin punya pedoman ‘menggambar itu mudah’, maka mungkin aku punya pendapat ‘menulis itu mudah’.

Tentu, segala sesuatu bisa dibuat mudah, bila kita mau menulis seperti kita berpikir. Wah aku jadi ingat lagi nih, dari selentingan pak Maarif pendiri Maarif Institut yang waktu diwawancarai di acara Kick Andy menggambarkan bahwa lidahnya pak Jusuf Kalla, mantan wakil Presiden negara ini, kewalahan diberi tugas oleh otaknya yang kalo berpikir luar biasa cepat. Sehingga terkesan kalo pak Jusuf Kalla yang sangat aku kagumi karena ketegasannya itu, selalu bicara dengan terbata-bata.

Memang benar sih, kadang kita bisa berpikir lebih cepat dari apa yang bisa kita tuangkan dalam karya tulis kita. Dan kita tau, bahwa menulis dengan pensil dan kertas bisa jadi lebih lambat daripada mengetik. Hal ini sudah diatasi dengan diciptakan methode menulis cepat ala stenografi atau kemudian diciptakan alat perekam suara.

Namun bila kita perhatikan di ruang persidangan misalkan, di sana ada penitera yang mencatat semua kejadian di ruang sidang itu sebagai notulen persidangan. Dan kita juga tau kalo si panitera itu mengetik di alat ketiknya yang bentuknya tidak seperti mesin tik biasa. Ya itu adalah mesin tik steno.

Namun di jaman modern, dimana segala jenis alat elektronik tersedia untuk membantu kita menuangkan apa yang kita pikirkan atau apa yang kita dengar, maka tinggal kemauan aja dari kita yang dituntut.

Menulis itu selaen mudah, juga menulis itu ikut membuat otak kita berpikir dan bekerja. Sehingga pengapuran akan dapat lebih dikurangi dengan cara menulis. Berbeda dengan membaca, dengan menulis otak kita melakukan usaha multi-tasking atau pekerjaan parallel. Yaitu memikirkan apa yang ingin kita tulis, dan memerintahkan jari jemari kita untuk mulai menekan-nekan tombol keyboard kita, dan tentunya memerintahkan kepada mata kita untuk mengambil alih fungsi kontrol dan fungsi koreksi.

Bukan hanya itu, tanpa disadari, otak kita juga memerintahkan otot di punggung kita untuk menjadi sedikit tegang dan membuat punggung kita menjadi tegak dan hal ini tentunya mengurangi proses pengapuran dan pembungkukan diri.

Tanpa disadari, otak juga memerintahkan hidung kita untuk bernafas teratur. Nah ya, kalo nafasnya tersengal-sengal kan sulit menulisnya, hahaha. Terkadang tanpa kita tau otak kita juga memerintahkan kaki kita untuk mengambil sikap relax, sehingga bisa dibilang seluruh tubuh kita sedang di kontrol oleh otak kita.

Pada dasarnya, menulis dengan cara mengetik itu ternyata bisa menyehatkan diri kita, asal saja tidak terlalu lama. Maka dari itu posisi monitor, posisi keyboard dan posisi duduk kita harus sesuai dengan aturan ergonomi. Ergonomi sendiri adalah ilmu yang mengajarkan kita untuk duduk dengan benar, tidak membungkuk, dan mengatur mata kita untuk tidak menengadah ke atas, namun lebih ke arah bawah. Juga letak penerangan dalam ruangan diperhatikan oleh teknik ergonomi ini, terlebih tentang pantulan cahaya.

Yo, pokoknya mengetik itu mudah deh, asal kita tidak malu-malu menulis apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, atau apa yang baru kita alami. Dan bila semuanya bisa mengalir secara alami, maka tanpa di rasa kita sudah memproduksi berratus-ratus kata tanpa kita sadar atau rencanakan sebelonnya dalam waktu singkat. Tulisan kita mungkin akan berguna sebagai pencatat sejarah hidup kita di kemudian hari.

Aku sendiri berpendapat, mengarang tanpa memiliki rangka karangan, adalah mengarang yang lebih mudah, ketimbang mengarang dengan memperhatikan kerangka karangan yang kita buat atau pikirkan sebelonnya.

Nah siapa yang mau ikutan menulis di blog? Mulailah menulis hari ini, dan pastikan dirimu tidak akan menyesal.

Tuesday, August 3, 2010

Midnight Shopping

Sudah sejak kira-kira dua minggu yang lalu, supermarket yang letaknya sangat berdekatan dengan tempat tinggalku menawarkan jam operasi 24 jam. Tapi baru malam ini aku menyempatkan diri kesana untuk sekedar meliat situasinya.

Kisahnya sebenarnya dimulai dari sakit kepalaku. Rada pening dikit gitu maksudku, entah kenapa. Mungkin karena nyaris kena flu, atau karena apa gitu. Yang jelas aku sudah rada lama tidak jato sakit, syukurlah, jadi mungkin sudah saat nya sakit lagi. Kan kata orang sakit itu pertanda kalo tubuh kita harus istirahat.

Nah, jam dinding yang dibuat dari jaman kumpeni di tempatku sudah berdentang dua belas kali, aku belon juga sempat menulis apa-apa untuk blog ku. Ya udah, kata orang kan kalo jam sudah berdentang dua belas kali, maka Papa Bear bole melakukan apa saja.

Pikir sebentar keluar atau tidak, mikir juga aku, ngapain ke supermarket malem-malem, kalo tidak ada apa-apa dalam daftar belanjaku. Lagian aku dua hari yang lalu sudah kesana untuk beli ini dan itu. Camilan mungkin? Atau apa gitu? Demikian aku menimbang-nimbang apa yang akan kucari disana. Ah test cuaca dulu ah, gimana keadaan udara malam ini, ternyata udara walaupun tidak sejuk, namun cukup segar untuk ukuran negara tropis.

Ah sebodolah, yang penting kesana dulu, mau beli apa pasti nanti bisa dapat sendiri idenya, namanya juga supermarket, putar-putar sana sini, lirik sana sini, pasti nanti tangan akan jail dan meraih apa yang ada.

Maka aku mulai melangkahkan kakiku meninggalkan halaman rumahku. Udara cukup bersahabat, dan angin bertiup sepoi-sepoi mengiringi langkahku ke supermarket itu. Tak terliat satupun satpam kompleks ku yang berjaga. Dasar pemalas semua, maunya makan gaji buta, bukan hanya di tingkat pejabat, tapi di tingkat satpam pun demikian, umpatku dalam hati.

Tujuan pertamaku adalah gerai kecil, ya sebetolnya kios dadakan yang diletakkan di bagian depan dari supermarket itu. Aku sudah mendapatkan gambarannya dari mbak Utik yang kukenal di bagian Alat Tulis. Dan akupun melangkah dengan lamban namun pasti melewati lorong foodcourt yang masi dipenuhi banyak orang, terutama yang duduk sambil merokok dan ngobrol sambil membuat si kolonel ayam goreng menjadi kaya raya.

Ada kuliat beberapa anak muda yang duduk berkencan di sana. Ada empat mahasiswi yang lagi belajar sambil ditemani dengan softdrinks. Ada orang yang lagi pamer blekberi nya ke temannnya, duh norak banget kesannya. Ada juga yang hanya sekedar debat kusir di malam hari.

Beberapa penjaga yang bertugas ku kenal dengan baek, karena memang aku relatif sering mampir kesana. Dan sampailah aku di luar, di bagian kios alat tulis darurat dan bertemu dengan mas Akbar. Walau sebenarnya mas Dono yang kucari.

Setelah bertegur sapa dengan mas Akbar, dia menjelaskan kalo mas Dono kemaren tugasnya dan dia besok kebagian libur baru lusa dia dapat giliran sore. Shift nya itu dibagi atas tiga bagian, mulai dari jam enam pagi sampai jam dua siang, lanjut jam dua siang sampai jam sepuluh malam dan terakhirnya tentunya shift ronda mulai jam sepuluh malam sampai jam enam pagi.

Mas Akbar bercerita kalo yang banyak laku itu pada malam hari biasanya voucher dan pulsa untuk kartu handphone. Nah ya, siapa sih yang membeli pinsil di malam hari? Pak polisi barangkali? Tapi kurasa dengan menjajakan majalah, ada kemungkinan pembeli akan banyak mampir, tapi kuliat hanya majalah mahal sekelas Nat Geo saja yang ditawarkan.

Dia bercerita kalo lebih asik tugas di luar gedung seperti itu, karena mata jadi segar bisa liat para pengunjung, terutama pengunjung cewe malam hari yang datang dengan rok mini nya. Aha rupanya itu hiburan dia satu-satunya, hahaha. Lucu juga.

Sekitar jam tiga pagi, jalan mulai lenggang, begitu laporannya. Jadi di jam-jam itu bertugas di sana jadi sangat membosankan, dan hiburan satu-satunya adalah nyamuk yang menggoda.

Puas ngobrol dengan mas Akbar, akupun berpamitan dengannya untuk masuk kembali ke supermarketnya. Kali ini aku dapat ide, beli roti aja deh, kalo tidak beli keripik tempe. Lagi pingin nih tiba-tiba.

Jadi aku berjalan dengan santai ke dalam supermarket yang hanya dikunjungi oleh 3 orang denganku, disamping kira-kira lima penjaga nya, termasuk dua kasir. Akupun sempat menimbang, apakah kue bolu atau spiku yang akan aku ambil.

Mataku terpaku pada merek spiku ‘Swan Backery’ demikian bacaku. Semoga aja ini bukan produk dari temanku Swan. Hahaha. Ada-ada aja, ah cobalah satu. Ambil yang besar sekalian, siapa tau enak rasanya dan jadi pingin terus. Dan sambil melangkah keluar, aku meraih sekotak kopi instan kesukaannya. Sambil terbayang, pasti deh temanku Lily ngomel lagi, tak bole banyak minum kopi katanya, ntar jadi dungu, demikian ujarnya selalu.

Di kasir pun aku membayar, mustinya aku harus membayar 36 ribu dua ratus perak, tapi karena kalo belanja malam kita dapat potongan harga tiga persen, yaitu seribu seratus perak. Ya lumayanlah, itung-itung bayar ongkos parkir. Ongkos parkir dari Bali? Datang aja jalan kaki, hahaha..

Ya begitulah kisah singkat midnight shopping ku dan aku melangkah pulang dengan riang. Dari kejauhan masi belon terliat batang hidung si satpam pemalas. Sampai aku memasuki halaman rumahku dan mengunci pintu pagar yang terdengar hanya suara jangkrik dan kelelawar yang berterbangan.

Monday, August 2, 2010

Mulai Membaca

Membaca adalah tindakan yang sangat mudah untuk dilakukan oleh kaum yang tidak buta aksara. Namun di usia ku yang sudah menua ini, kegiatan membaca itu sudah menjadi sangat berkurang. Okelah membaca koran sudah pasti aku lakukan, kan kisahnya hanya singkat-singkat saja, tapi membaca novel apalagi membaca novel kriminal itu sungguh menjadi hal yang membosankan.

Aneh juga ya, bila di masa muda aku gemar membaca, namun di masa tuaku, ternyata membaca satu novel karangan Agatha Christie aja kadang membutuhkan waktu berbulan-bulan. Bahkan sampe tidak sadar, aku selalu membaca bab terakhirnya dulu untuk tau siapa pelakunya baru mulai membaca dari awalnya. Hahaha, maka tak heran bila minat membacaku udah luntur.

Usiaku belon ada lima puluh taon, tapi mungkin juga, menulis lebih mengasikkan daripada membaca. Itu buku yang sedang aku baca berjudul ‘Sad Cypress’ atau dalam bahasa Indo nya disebut dengan ‘Mawar Tak Berduri’ yang ditulis oleh Agatha Christie di usianya yang ke lima puluh. Tepatnya di taon 1940 dia menulis dan buku tersebut diterjemahkan untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Indo 46 taon kemudian.

Kisahnya menarik seperti biasa. Kisah dari detektif Belgia Hercule Poirot yang dulu aku sering menonton movie nya dan bahkan sampai taon 2008 BBC masi memproduksi beberapa seri dari movie Agatha Christie tersebut. Sayangnya belon masuk ke Indo.

Sejak aku muda, aku sebenarnya juga tergugah untuk menulis, setelah banyak membaca buku anak-anak karya Enyd Blyton dan kemudian buku Agatha Christie yang pertama yang sempat kubaca semasa di kelas enam SD adalah buku ’Pembunuhan Atas Roger Ackroyd’.

Buku ini ditulis oleh Agatha Christie di usianya yang ke 36 dan merupakan buku pertama yang diterbitkan oleh William Collins dengan detektif yang sama. Walau bukan buku yang pertama dengan kisah detektif Hercule Poirot yang terkenal membujang sampai akhir hayatnya, yang diceritakan dalam kisah ‘Tirai’ yang diterbitkan di taon 1975 beberapa bulan sebelon Agatha Christie wafat pada tanggal 12 Januari 1976.

Buku pertama tentang kisah Hercule Poirot sebenarnya berjudul ‘The Mysterious Affairs at Styles’ yang digambarkan sebagai tempat kedatangan pertama dari Hercule Poirot dari Belgia di akhir perang dunia pertama. Hal ini sama dengan waktu kejadian ketika Agatha Christie menulis kisahnya, yakni di akhir perang dunia pertama.

Yang menariknya, dari mana kisah Hercule Poirot berawal, yaitu di pemondokan Styles, disana pula digambarkan kalo Hercule Poirot meninggal. Ada kesan nostalginya dari karangan Agatha Christie yang mempunyai gelar kebangsawanan ‘Dame Commander of the British Empire’, bernama asli Agatha Miller itu. Nama Christie didapatnya dari suami pertamanya, Kolonel Archibald Christie, seorang penerbang dalam ‘Royal Flying Corps’. Pasangan ini mempunyai seorang putri, Rosalind Hicks dan bercerai pada 1928.

Karena Agatha bekerja sebagai apoteker selama perang dunia kedua, maka tidaklah heran bila banyak karyanya menggambarkan pembunuhan dengan bantuan racun. Seperti yang aku baca dalam karyanya ‘Sad Cypress’ ini.

Pada taon 1930 Agatha menikahi Sir Max Mallowan, seorang ahli arkeologi Inggris, dan perjalanannya dengannya ke Timur Tengah memberinya ide untuk beberapa latar belakang novel-novelnya, seperti ‘Pembunuhan di Sungai Nil’ yang sempat menjadi movie terkenal dengan almarhum Sir Peter Ustinov dan juga ‘Murder on the Orient Express’. Novel-novel lainnya mengambil lokasi di Torquay, Devon, di mana di dilahirkan.

Sandiwara panggungnya ‘The Mousetrap’ memegang rekor sebagai sandiwara dengan masa putar terpanjang di London, sejak dimulai pada 25 November 1952 hingga sekarang ia telah diputar lebih dari 20.000 kali. Sandiwara ini juga sempat di filmkan oleh BBC dengan suksesnya, dimana peran Hercule Poirot diambil alih oleh David Suchet, yang disebut sebagai pemeran terbaek sepanjang masa untuk karakter Hercule Poirot.

Pada 1971 dia dianugerahi gelar ‘Dame Commander of the British Empire’.

Sunday, August 1, 2010

24 Jam

Di dekat rumahku, seperti yang pernah kuceritakan, terdapat satu supermarket. Yaitu supermarket Sinar yang memiliki enam sodara. Yaitu dua supermarket laennya dan empat S-Mart yang merupakan mini market di kotaku

Nah sejak kejadian meledaknya sebuah tabung gas di supermarket sodaranya, maka pihak manajemen nya mulai memindahkan para pegawainya yang sempat demonstrasi karena takut tidak dibayar setelah supermarket tempatnya bekerja terbakar habis.

Dari info yang kudapat, gedung supermarket yang terbakar habis itu sudah mulai dibangun, entah berapa lama nanti baru selesai. Yang jelas seluruh 280 karyawannya dialih tugaskan ke enam toko yang laennya. Dan salah satunya adalah ke supermarket dekat rumahku.

Mungkin juga untuk mensiasati penggunaan karyawan yang lebih efisien, maka supermarket di dekat rumahku mulai pertengahan Juli lalu mulai menawarkan jam pelayanan 24 jam dalam sehari. Tentu saja hal ini aku sambut dengan gembira, karena biasanya jam sepuluh sudah tutup, dan hanya di hari-hari tertentu saja supermarket itu buka 24 jam.

Tapi setelah berjalan kira-kira sebulan, ternyata omzet yang didapat untuk yang giliran malam hari lumayan juga tuh. Dari bagian alat tulisnya saja, pernah dalam satu malam ada pendapatan sampai dengan sepuluh juta rupiah. Rupanya hari ini banyak orang yang sedang membutuhkan pulsa, karena penjualan terbanyak rupanya bersumber dari penjualan pulsa tengah malam.

Tapi yang jelas foodcourt dan supermarket saja yang buka sedangkan bagian alat tulis yang biasanya terletak di lantai atas rupanya dibuatkan cabang kecil di bagian depan dari supermarket itu.

Yang menariknya, bila kita berbelanja tengah malam disana, maka kita bisa mendapatkan potongan 30 persen untuk semua yang ‘fresh’ dan untuk barang supermarket kita dapat potongan harga tiga persen. Walau sebenarnya tidak malah, tapi apa salahnya bila kita coba. Terutama bila malam hari kita lapar dan malas makan camilan atau masak sendiri, kita bisa foodcourt di sana dimana disediakan makanan hangat langsung dari atas kompornya.

Ya semoga saja sih, supermarket dekat rumahku ini bisa menawarkan jam pelayanan yang 24 jam, walau supermarket yang dulu terbakar sudah bisa dibuka kembali. Kan asik bila kita ada toko dekat rumah yang bisa dikunjungi setiap saat. Walau aku sebenarnya udah terbiasa dengan gaya hidup orang Eropa yang menutup pasar swalayan nya pukul setengah tujuh malam dan di taon 2000an ini baru bole buka sampai pukul delapan malam.