Mood : riang gembira bak sapi baru diperah
Cuaca: cerah
Snack : bonfill, enak lho
Song : In My Place dari Coldplay
Genre : Slow Rock
Tanggal : 5 Mei 2007
Dedikasi : Evy a.k.a Bu Koma
Tadi sore hapeku menyuarakan melodi dari incoming message, itu lho kalo ada es em es masuk. Ternyata teman mantanku Evy yang mengirim. Bunyinya antara laen:
Sekarang aku baru dari dokter kulit Hendro titik kena cacar lagi titik taon 2005 sudah kena lho titik dia bilang gak mungkin dua kali titik salah diagnosa tanda tanya padahal aku dulu sudah ke anaknya dokter ini titik.
Heh? Tepat itu reaksiku, sewaktu aku aku selesai membacanya. Pasalnya temanku Evy ini lagi hamil tua, bulan depan dia diprediksi untuk turun berat badannya alias melahirkan. Wah gimana nich? Masa sudah hamil tua masi tidak tau caranya jaga diri? Kasian tuh bayi di perutnya…Dulu dia ada pilek parah sekali dan sekarang kena cacar...kubalas segera es em es nya secepat jari mengetik...
Kamu kena cacar tanda tanya lagi hamil tua kena cacar tanda tanya wah kok kamu gak jaga diri sih tanda tanya ingat anakmu tuh tanda seru hati-hati titik sakitnya ditunda aja titik cacar kalo gak komplet keluarnya emank isa kena lagi titik
Lalu Evy membalas, rupanya dengan sewotnya...
Mana aku tau kok bisa kena tanda tanya padahal aku gak ketemu orang yang kena cacar minggu ini titik dokter dulu bilang virus yang kambuh herpes titik tapi tadi bilangnya cacar lagi titik ini disuruh cuti titik
Berdasar dari cerita tersebut dan email panjang lebar yang kuketik, maka kuringkas cerita itu untuk materi blog ku malam ini. Singkatnya aku minta supaya cuti aja yang lama, jadi ngendon di rumah sambil nonton DVD dan ngemil keripik pohong seperti Ratna si Naga Laut Ndut, yang juga teman mantanku itu, hehehe, biar ndak bocen kuanjurkan dia baca email-ku yang kutulis panjang lebar dengan suka rela dan dijamin tidak mengandung arti apa-apa selain untuk menghibur dirinya itu, hehehe...Lagian tinggal satu bulanan lagi khan Evy udah singset setelah keluar dari rumah korban laki-laki itu. Hehehe...Cuti kerja satu sampe dua bulan pasti tidak apa-apa. Maklum khan dia udah jadi korban suaminya, makanya sudah tugasnyalah untuk mencukupi semua keinginan Evy baik dengan rela maupun terpaksa, hahaha...
Oya, mungkin juga orang kena cacar air itu secara ndak sengaja dekat dengan orang yang kena cacar air juga, virus cacar itu namanya emang herpes, virus herpes tidak akan lenyap dari badan orang yang pernah terjangkit cacar. Jadi kalo sudah pernah kena satu kali, tapi belon tuntas (kena di sekujur badan), ya masi ada kemungkinan kena lagi. Meli, adekku, dulu juga kenanya cuman sedikit, makanya dia agak takut dekat-dekat ama orang yang baru kena cacar. Kalo ada kabar cacar, pasti dia ngumpet di lemari baju…hehehe…
Setauku, masa inkubasi (perkembang-biakan) virus herpes itu dua minggu. Jadi kalo seseorang sekarang divonis kena cacar, mestinya dia dua minggu sebelonnya dengan suka rela berada dalam jarak kurang dari satu meter (dan minimal selama satu jam) dari pembawa virus (kata buku kedokterannya sih gitu). Pembawa virus itu mungkin lg ngobrol2 santai dengan orang tersebut atau cuma sekedar berdiri didekat orang itu aja. Juga orang yang keliatannya sehat-sehat aja (tidak kena cacar air karena sudah pernah kena) bisa menjadi pembawa virusnya (carrier), jadi mungkin aja virus “loncat” ke tubuh ke tubuh. Loncat? Iya, orang bilang cacar itu juga Windpocken dari bahasa jerman dan belanda nya, wind itu artinya udara jadi virusnya emang jago terbang, ngalah2in Jet Li aja (aktor yang memerankan cerita Huang Fei Hong atau yang dikenal dengan serial nya Once Upon A Time in China, in USA de el el), hahaha, trus virus pendatang baru itu dengan bangga bisa beraliansi dengan virus2 herpes sodara tuanya yang lagi nyante ngendon di tubuh orang yang pernah kena cacar sejak dulu itu. Karena mereka menganut program bersatu mereka teguh (bercerai mereka runtuh), jadinya mereka berhasil ngebor2 tubuhnya dengan sukses dan muncullah gunung-gunung api kecil (cacar itu) hasil gotong royong dan kerja keras mereka-mereka itu, hehehe...
Oya, virus herpes ini ada variant nya yang biasa ditemukan dimulut/bibir, dalam bentuk bintik-bintik merah kecil biasa ditemukan disudut bibir. Tapi kalo orang belon pernah kena cacar tidak akan menderita penyakit ini. Andai kena yang jenis ini (dan biasa kita tidak memperhatikan) kita tidak bole ciuman karena nular, hehehe. Tapi di Indonesia mungkin ciuman dilakukan dalam batas-batas rumah tangga/hubungan intim dua insan yang saling menyayangi, tapi kalo diluar itu ya urusan merekalah, hehehe, apa peduli kita? Tol? Bentol sekali…
Penyakit yang bisa didapat di usia lanjut dari variant (variant itu semacam jenis yang mirip gitulho) virus herpes ini nantinya adalah penyakit yang menyebabkan badan jadi bintik-bintik merah (seperti kena alergi), yang bisa melumpuhkan jaringan syaraf tubuh kita andai bintik-bintik yang membentuk semacam sabuk lebar itu berhasil menutup/bersatu mengelilingi tubuh kita, misal seputar perut. Aku ada kenalan yang papanya meninggal karena virus ini, padahal dah dibawa ke rumah sakit di Jerman, tapi ya tadi telad, karena syaraf dah rusak, hmm...awalnya sih cuma cacar...
Nih aku ada cerita tentang pengalamanku kena cacar dulu, hehehe, sori kalo panjang banget ceritanya karena kalo aku dah dikasi keyboard (tapi yang bentuknya mungil untuk ketik-ketik di program Microsoft bajakan itu, bukan yang untuk menimbulkan bunyi-bunyian lho, hehehe) langsung jari jemariku menari diatasnya, hehehe, sulit bisa berhenti, padahal aku merasa tidak punya bakat sebagai penulis novel picisan lho, hehehe…
Aku dulu taon 2004 kena cacar juga, dapet cuti sepuluh hari kerja dari dokter ku Bohnenkamp waktu masi kerja disana, tapi setelah dia liat kalender dan hari ke sebelas nya jatuh pada hari jumat,maka aku dikasi sebelas hari cuti (gratis satu hari cuti, digaji lho kalo cuti sakit, asik deh), jadi baru masuk kerja di minggu berikutnya,hehehe...Lucky me...
Maklum disana dulu kita tidak kerja di hari sabtu, tabu soalnya, hahaha, maklum kita pegawai negeri sipil tapi honorer karena kerja di universitas negeri, hehehe. Nah setelah tujuh hari, aku dah dinyatakan bukan carrier lagi, tapi jadi gatel semua badanku seingatku dulu itu, jadi bekas cacar air yang mulai mengelupas itu bener-bener melatih aku untuk berdiskoria meniru si monyet di kebon binatang yang lagi menggaruk-garukria badannya yang seumur idupnya tidak pernah berkenalan dengan air segar apalagi sabon itu, hahaha…Oya, bukannya tidak bole mandi hanya saja dianjurkan supaya tidak mandi agar bekas cacarnya (terutama cairannya yang mengandung virus itu) tidak bisa menjalar kemana-mana. Di kasusku itu untungnya badanku tidak bau busuk walau telah tidak mandi selama sepekan, huehuehue…Suer lho, aku tidak pake parfum No Ban An (baca: dua puluh ribuan), yang biasa didapat di kios-kios parfum isi ulang itu lho, hehehe…
Juga karena udara yang panas (waktu itu masi April, musim semi tapi menjelang masuk musim panas, jadi temperatur mulai merangkak memasukin suhu 25°C) membuat badan jadi gerah dan jadi serba ndak enak semua. Mukaku jadi bopeng-bopeng seperti orang jerawatan sampe di ubun-ubun lho (padahal aku sangat jarang jerawatan seumur idupku), tapi ya itu pengalaman yang berharga karena pertama kalinya aku terpaksa menjadi itik buruk rupa…hehehe…
Aku jadi teringat ama suster-suster di dokter langgananku itu, mereka khan kenal aku baek, karena tiap bulan pasti dateng kontrol, hehehe, maklum biaya ngapeli pak dokter, ditanggung seratus persern oleh asuransi kesehatan yang premi nya tidak kira-kira setinggi langit itu (dua puluh empat persen dari gaji kotor kita, bayangkan! Untung aja gaji kita cuma dipangkas dua belas persen karena yang dua belas perses sisanya lagi harus disetorkan dengan tidak suka rela oleh pemberi kita pekerjaan, hehehe, hidup serikat buruh...).
Trus para suster itu pada kompakan ngetawain aku waktu aku bilang aku dateng karena kena cacar air (tanpa sungkan2 dan tanpa dikomandoi lagi dan didepan antrian begitu banyak pasien yang bermimik tidak sabar tapi tetap dengan patuh membawa kartu asuransinya yang seperti kartu kredit itu di tangan mereka sambil menunggu dilayani oleh para suster penerima pasien yang ganjen-ganjen itu, hehehe, namanya juga mereka udah kenal pasien-pasiennya semua, banyak juga yang kenal sejak bertaon taon, hehehe), wah jadi heboh deh, semua pasien pada mandang ke arah aku dan pamer gigi pepsodent nya seeakan-akan aku celebrity, hehehe...
Di Eropa itu biasanya cuman anak-anak kecil yang kena cacar air, menurut statistik yang mestinya bisa dipercaya (kalo kita mau percaya) delapan puluh lima anak kecil disana dah kena cacar air, maklum cacar air khan typical penyakit anak2 di Eropa, yang diimport secara gratis tanpa bea cukai oleh para penjajah-penjajah di jaman dahulu kalanya kemari, hehehe…
Waktu di dalam ruang periksa dokterku, dia juga tersenyum (penuh arti ato mungkin ngeledek aku ya? Gak jelas juga tuh) waktu dia memastikan kalo aku udah tertular virus kena cacar dengan suksesnya, dia cuma bilang dengan santainya tapi (keliatannya dengan sengaja) pasang tampang rada serius dan seperti biasa dihiasi dengan senyum simpul atau lebih tepatnya dia nyengir kuda nil yang tertahan, (bisa bayangin ndak ya kamunya? Pokoknya unforgettable deh) seakan akan dia tidak merasa berdosa (jujur, emank ndak sih, khan bukan dia juga biang keladi penyebar virusnya, hehehe). Ujarnya dengan penuh wibawa seorang dokter kawakan, “yah anda sekarang terpaksa saya vonis untuk hidup santai selama dua minggu di rumah, karantina ya, tidak bole keluar rumah karena nanti bisa bikin wabah di kota!“
Nah lho, nyebelin ndak ya? Hahaha…Tapi dokterku itu emang dari sononya lucu sekali bawaannya...Aku sekarang lagi teringat ama komentar-komentarnya suatu waktu aku datang untuk liat hasil test darahku. Tiap tiga sampe enam bulan aku datang periksa darah, aku gak perlu mikir masalah biayanya karena diganti asuransi seratus persen asal kita kong kali kong dengan dokternya aja, hahaha, jadi gak perlu bayar sendiri extra mahal seperti untuk test di Prodia...
Cerita singkatnya, sore hari itu sepulang dari kantor, aku muncul di prakteknya untuk liat hasil test, terus dia bandingin hasil pemeriksaan laboratorium yang terbaru itu dengan hasil yang sebelonnya dengan cermat dan teliti sebagai mana layaknya seorang akuntan yang lagi menemukan kasus serius. Dengan jelinya dia menemukan kalo kadar lemak dalam darahku melonjak dikiiiiit sekali, hehehe...trus dengan tampang seperti orang kebingungan dia menatap aku dengan curiga, sepertinya dia mencari-cari sesuatu pada diriku yang tidak pada tempatnya gitu, dan boiiing...tiba-tiba dia tunjukkan jarinya yang sebesar sosis bernardi itu (maklum orangnya juga tinggi besar seperti orang-orang Eropa pada umumnya, (makanya tidak heran kalo jari jemarinya juga berukuran jumbo!) ke arah perutku dan berseru puas seperti polisi memergokin baru pencuri lagi nyopet ayam jantan, “Aha, itu perut anda sudah membuncit, anda pasti telah tidak jaga makanan”, ucapnya dengan suara menyalahkan aku, sontak aja akupun terkejut dan duduk tegak dengan muka merah padam, seperti murid yang malu karena ketangkap basah oleh gurunya saat lagi memamah biak di kelas (baca: mengunyah permen karet), hahaha...Mimik mukanya itu lho yang khas banget...tak terlupakan
Kembali ke cerita cacar air yang mengirim aku ke cuti paksaku itu. Benernya saat itu ada beberapa orang Indonesia yang kena cacar air di kotaku, beneran lho, semua sakit serempak kompakan lagi, padahal tidak janjian, aku sendiri dengan tidak rela tertularan penyakit laknat itu dari teman terbaekku (baik dalam suka maupun duka, hehehe) semasa masi di sana, Dhanny, yang juga terjangkit dari anak Indo tetangganya, karena kebetulan mereka satu rumah ama temanku itu semua orang kena cacar air, estafet nich ceritanya penyebarannya, ganas juga tuh virus busuk itu...Oya, Dhanny itu dulu juga serumah ama Novian, teman dan kolega karena sama-sama sarjana elektro dari universitas di kota Aachen itu. Novian ini udah pernah kena cacar, jadi dia dengan curangnya selamat dari derita jadi orang jorok karena tidak bole mandi selama seminggu...Siapa sih yang mau dipaksa bersanding dengan orang yang tidak mandi tiap hari, apalagi yang BeBe nya (bau badan maksudku, lho bukan produk kosmetik itu, hehehe...ini khan bukan acara Empat Mata nya si Tukul Arwana yang sarat dengan pesan-pesan sponsornya itu, hehehe) tidak tertolongkan itu, apalagi dengan orang yang tidak mandi selama seminggu, hahaha...
Cerita singkatnya sih suatu malam, aku kedatangan Dhanny yang rajin berkunjung ke rumahku tiap malam sebagai tamu yang biarpun benernya tak diundang tapi tergolong yang jinak dan tidak merugikan karena keberadaannya hanya untuk sekedar curhat atau numpang dengar lagu-lagu enak dari koleksi MP3 bajakanku ato lagu-lagu dari CD koleksiku yang legal itu dan bukannya membawa pergi beberapa barang yang tidak berlabel miliknya. Hehehe. Nah kira-kira dua minggu sebelon aku cuti paksa, dia juga muncul maen kerumah dengan muka berseri-seri (mungkin karena dipicu oleh virus cacarnya lagi berhepi ria mendapatkan mangsa tambun seperti aku, hahaha...)…
Tepat dua minggu kemudian, waktu hari masi pagi-pagi sekali, sementara aku masih duduk dengan lesunya di atas kursi kantorku dan di depan layar monitor komputerku sambil menikmati teh jasmin hangat kegemaranku… maklum jam masih menunjukkan pukul 10:00 lewat dikit sedangkan mata pandaku masi belon isa melek dengan sempurna karena abis begadang sampe larut malam walau tidak ada tugas ronda dari pak camat setempat, sambil delete puluhan emails dan spams yang dikirim oleh perusahaan- perusahaan semiconductors, optics dan instrumentations yang ngakunya terkemuka di seluruh Eropa dan belahan Amrik bagian utara yang semuanya dengan bangga menawarkan special offers, special prices, limited editions, bonus programs, free web seminars dan trainings, free trial downloads, free documentations to be downloaded ASAP (as soon as possible) et cetera et cetera itu…
Tiba-tiba keheningan di pagi yang cerah itu terpecahkan oleh suara sumbang message alert “niu es em es ting ting tong ting ting tong” dari hape bututku. Disitu dikabari kalo si Dhanny kena cacar. Bunyinya,
Bos koma aku baru dari Bohnenkamp koma aku kena cacar air dan di suruh istirahat dirumah koma hati-hati Bos koma kamu jaga dirimu baek-baek koma panjang umur Bos titik titik titik
Walah, aku kaget setengah mampus, sampe nyaris terguling dari kursi direktur hitamku, aku mungkin juga bisa kena cacar? No way! Impossible! Unbelievable! Mustahil! Seruku dalam hati, tentu saja kagak berani keras-keras takut kolega dari Spanyol Gomez yang meja kerjanya tepat didepanku terganggu konsentrasinya dan terjungkir dari kursinya sewaktu membalik-balik halaman brosur-brosur tak berguna dari perusahaan-perusahaan semiconductors, optics dan instrumentations yang tadi juga sih yang semuanya dengan bangga menawarkan (dan jelas-jelas ingin menjual) produknya dengan special offers, big sale, reduced prices, free catalogs, new products, et cetera et cetera itu… Herannya aku juga udah dapat kiriman paket post yang sama, maklumlah, mereka tidak bisa tau kalo kami berdua seruangan. Di Eropa setiap peneliti tidak bole duduk sendirian, harus bisa bersosialisasi dengan sesama researcher jadi harus punya partner sederajat untuk diskusi di kantornya, hehehe, dari situ ide-ide baru itu didapatkan.
Kenapa aku terkejut? Karena, kira-kira sepuluh bulan sebelonnya aku baru lolos dari bencana wabah cacar air. Ceritanya waktu itu rekan sekantorku tapi dari lain research group Andreas kena cacar air, sehingga menimbulkan rasa panik di kalangan rekan-rekan sekantor kala itu, sampe-sampe direktur akedemis kita kontak ama dokter universitas untuk minta informasi lebih lanjut tentang cara pencegahan (vaksinnya 400 Euro (1 Euro kira-kira sekarang senilai dengan Rp 12.5 ribu di pasar bursa gelap, jadi kurang lebih Rp 5jt harga pas tidak bisa ditawar-tawar lagi seperti kalau kita mau beli kacang panjang kiloan di pasar-pasar tradisional), jadi mending kena cacar aja daripada bokek mendadak) termasuk aku yang jelas2 belon ingin berkenalan dengan virus cacar tapi sialnya sempat ngobrol-ngobrol/berdiskusiria ama Andreas satu dua hari sebelon orang yang bersangkutan itu diistirahatkan secara paksa ama dokternya...
Pemicu panikku itu karena waktu itu aku berencana untuk mudik guna menghadiri pesta nikah adekku dengan Yenny September 2003. Lha kalo aku kena cacar, personil SQ (baca: Singapore Airlines) pasti tidak ngijinkan aku masuk ke pesawatnya walaupun aku sudah check in secara online (lewat internet) dua hari sebelonnya, hehehe, takut nulari orang-orang yang laen (itu aturan maen di Eropa sih, hehehe). Padahal aku baru aja nego ama seat reservation officer nya dari SQ supaya aku bisa dapat tempat duduk khusus yang enak yang biasanya cuma bisa di booking kalo kita pinter-pinter ngoceh atau merayu ticketing officer nya atau berani extra bayar mahal, hehehe, itu lho seat di depan flight attendants nya. Untuk info, kursi yang kudapat itu award dari SQ, hehehe…
Wah malah ngelantur nich kemana-mana, hehehe. Intinya waktu itu aku lolos dari bencana cacar air tapi setaon kemudian akupun terjangkit juga.Nasib lah yao…Yah itu kenangan lamaku waktu kena cacar dan Hal-hal yang berkaitan dengannya, lucu juga sih untuk diceritakan/diingat kembali (asal aja ada yang sudi untuk membacanya karena sangat panjang, hahaha…).
Udah deh kita dengerin lagu In My Place nya Coldplay, sebuah grup musik dari Inggris, tembangnya keren abis lho…yah itung-itung aku khan lagi menulis cerita kenangan waktu aku masi idup di Eropa, jadi maklumlah kalo aku juga suka grup-grup band yang berasal dari Eropa, hehehe...Tapi walaupun bisa dikategorikan sebagai lagu rock tapi lagu ini kuanggap relativ slow dan sedikit melodramatis yang tidak membosankan walau text nya tergolong relativ simple dan primitive dan tidak menceritakan banyak hal. Harus kuakui kalo aku bisa mendengarkannya dan menyanyikannya beberapa kali lho, karena melodinya yang tergolong naik turun itu membuat aku secara magis menjadi mempunyai semangat baru lagi, sumprit aku sendiri juga ga tau kenapa. Apalagi kalo pas lagi jalan-jalan di supermarket Sinar di dekat rumahku itu, berapa kali mereka putarkan lagu-lagu seperti ini, wah aku akhirnya rela berlama-lama sambil berkidung riang dalam hati sementara mataku ini memperhatikan dengan acuh tak acuh harga-harga yang tertera di atas produk-produk produksi lokal itu sambil melamun, in my place in my place, hehehe...Tapi tidak dengan mengangguk-anggukkan kepala seperti orang bego yang lagi nge-flai di diskotek murahan gitu lho, hehehe...so enjoy aja...
In My Place (Di posisiku)
In my place, in my place (Di posisiku, di tempatku)
Were lines that I couldn't change (ada batas-batas yang tak dapat kuhapus)
I was lost, oh, yeah (Aku tersesat, oh ya)
I was lost, I was lost (Aku tersesat, aku tersesat)
Crossed lines I shouldn't have crossed (Tidak seharusnya aku lewati garis pembatas )
I was lost, oh yeah (Aku tersesat, oh, ya)
And yeah, how long must you wait for it? (Berapa lama kamu harus menantinya?)
Yeah, how long must you pay for it? (Ya, berapa lama kamu harus membayarnya?)
Yeah, how long must you wait for it? (Ya, sampai kapankah kamu mesti menunggunya?)
Oh, for it (oh, untuknya)
I was scared, I was scared (Aku takut, aku cemas)
Tired and under prepared (capek dan tidak siap)
But I wait for it (tetapi aku menunggunya)
And if you go, if you go (jikalau kau pergi, jika kau kabur)
Leave me down here on my own (membiarkan diriku sedih sendiri di sini)
And I'll wait for you, yeah (dan aku akan menunggumu)
Yeah, how long must you wait for it? (Berapa lama kamu harus menunggunya?)
Yeah, how long must you pay for it? (Ya, berapa lama kamu harus menebusnya?)
Yeah, how long must you wait for it? (Ya, sampai kapankah kamu mesti menantinya?)
Oh, for it (oh, untuknya)
Sing it please, please, please (tolong, nyanyikanlah, kumohon, kuminta )
Come back and sing to me (kembalilah dan bersenandunglah untukku)
To me, me (untukku, seorang)
Come on and sing it out, now, now (ayo nyanyikanlah sekarang juga)
Come on and sing it out (ayo berkidunglah dengan lantang)
To me, me (untukku seorang)
Come back and sing (kembalilah dan bersenandunglah)
In my place, in my place (di posisiku, di tempatku)
Were lines that I couldn't change (ada batas-batas yang tak dapat kuganti)
And I was lost, oh, yeah (dan aku tersesat, oh, ya)
Oh, yeah (oh, ya)