Friday, May 18, 2007

Semua Orang Tau

Mood : riang gembira
Cuaca: cerah
Snack : cakue goreng dari pasar atom pemberian Se Liep
Song : Everybody knows dari Leonard Cohen
Genre : Bass
Tanggal : 12 Mei 2007

Dedikasi : Se Liep di Balikpapan, teman SMA ku di taon 1986/1987-1988/1989

Tadi sore aku cangkrukan ama teman-temanku dari Frateran dulu, hehehe. Cerita awalnya sih tahun 2005 bulan mei, aku ketemu secara tidak sengaja ama teman lamaku Se Liep yang kini berganti nama menjadi Fery dan telah sukses mengelola usaha bizniz sepeda di Balikpapan yang membuat semua orang di Balikpapan menjadi mobil. Kami bertemu di Gereja Santa Perawan Maria di jalan Kepanjen Surabaya (singkatnya gereja Kepanjen) setelah aku bersilahturahmi ama Frater (biarawan) kepala sekolah SMA Frateran yang relativ baru.

Jadi waktu itu aku sempat buat foto-foto setelah kong kali kong ama satpamnya dan rencana juga buat beberapa foto-foto di Gereja Kepanjen itu. Nah waktu membuat foto di sekitar gua Maria, tiba-tiba ada seorang lelaki (yang bukan buaya darat) memandang aku dengan penuh perhatian, bola matanya membesar (tapi tidak melotot lho), akupun demikian, terus tanyanya dengan hati-hati

“Petrus ya?“, sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.

Akupun tersenyum hepi, sambil menyambut uluran tangannya, walau hati gundah karena aku telah melupakan dengan tidak sengaja nama orang yang telah baek hati mengingat namaku dalam benaknya itu. Maklumlah dulu sewaktu aku masi sekolah di SMA Frateran dan kemudian kuliah si Sekolah Tinggi Teknik Surabaya alias STTS, aku termasuk dikenal banyak orang, gak sombong nich hanya karena aku relativ endut dan mungkin juga karena aku dulunya aktiv dalam banyak kegiatan kesiswaan seperti OSIS (organisasi siswa intra sekolah) dkk dan dulunya juga sempat dicalonkan menjadi pengurus di senat mahasiswa STTS walau kutolak karena dikala itu, kira-kira 17 taon silam, keberangkatanku ke Jerman sudah diambang pintu. Tapi aku ini pada dasarnya memang orang yang pelupa akan nama orang laen, payah ya. Aku punya memori yang bagus untuk gambar tapi sangat jelek untuk nama orang. Jadi cuma ingat wajah doank. Tapi kalo nomer telefon aku bisa hafal diluar kelapa, hehehe...Cerita singkatnya, aku pernah dengar dari teman baekku yang waktu itu kuliah di UK Petra jurusan Surabaya-Malang, eh salah jurusan teknik sipil, Yaly Agung, pernah cerita kalo namaku dikenal sampe di UK Petra sebagai orang yang (...kusensor deh kerena rada sungkan ketik disini...) tapi sombong karena pelupa, walah, gawat, abis dijunjung tinggi kok malah dibanting ya? Sadis amat, aku khan sekedar manusia biasa yang bisa lupa juga, tul? Baek sengaja maupun tidak. Hehehe...

Dalam suasana yang sedikit membuat aku rada kikuk itu, aku sempat panjatkan jopa-japu yang ternyata manjur. Si dia meraih dompetnya dan kukira dia mau kasi aku sedekahan, akupun nyengir kuda, hehehe. Tapi untunglah dia ternyata dengan bangganya hanya menyodorkan menyodorkan kartu namanya yang di desain dengan apiknya. Waktu kubaca namanya dia sana, yang tertulis Fery, sebuah nama yang jujur aja saat itu terdengar asing bagiku, hehehe, tapi nama cainis di bawahnya terkesan familiar. Waktu kusimak lebih lanjut, ternyata dibawahnya lagi tidak ada keterangan jabatan atau apa gitu yang bisa dibanggakan olehnya, berarti dia ini yang punya! Hehehe...

Ternyata si Se Liep inipun masi lajang, wah sama dunk! Akhirnya kamipun bertukar cerita dan bukan hanya bertukar business card, di dalamnya tentu saja termasuk nomer telefon dan email sekalian, biar komplet kamipun dengan ganjen nya bergaya untuk difoto berdua, hahaha…yah, a moment to remember kata Amis (orang Amrik). Tapi itu ternyata memang suatu awal dari reuni dengan anak-anak seangkatanku, maklumlah kami pasti masi punya sejuta kenangan semasa SMA, terutama tentang guru-guru kami...Bertemu kembali secara tidak sengaja setelah berpisah selama 17 taon memang luar binasa, bayangkan saja. Yang paling mengesankan bagiku adalah dikenal kembali olehnya, bahkan diingat dengan nama. Di sini aku sangat ingin mengucapkan rasa terima kasihku yang dalam pada Se Liep yang lagi terdampar di Balikpapan.

Akupun ada kenangan yang tak terlupakan bersama Se Liep ini. Ceritanya kami dulu sekelas sewaktu di kelas III A1.4 SMAK Frateran. Terus waktu perpisahan, kami sekelas memilih berlibur ke Bali. Di sana pada malam kedua kami menyewa tujuh mobil (maklum sekelas kami genap 42 orang, relativ masi ideal untuk sebuah kelas di negara dengan penduduk yang bejibun gini, kalo di jerman biasa satu kelas cuma diisi oleh 20an orang) dan meluncur dan berdiskoria di sebuah diskotek yang konon kabarnya nge-top di kota Denpasar. Sepulangnya dari berhura-hura di sana, hari sudah larut malam, sekitar jam satu pagi banyak dari kami yang sudah capek (mengingat perjalanan jauh dan aktivitas-aktivitas kami yang laen sepanjang hari itu). Aku ga tau napa kok milih ikutan menumpang di mobil Suzuki Carry (tapi bukan yang tipe pick-up dan juga bukan tipe box lho, masa orang sekeren kami dimasukkan dalam mobil box, mana tahan) yang dikemudikan oleh teman kami Mulyadi, yang baru dapat SIM (surat ijin mengemudi bukan surat ijin mencium lho) dan lagi melancarkan setir mobil. Aku ingat teman-temanku yang tergabung dalam Reco-Clan: Yulianto, Agung dan Stefanus sempat memperingatan aku untuk tidak naek ke mobil itu. Aku dulupun masuk dalam Reco-Clan yang ini karena kita relativ tidak kurus-kurus seperti Reco, hehehe. Semacam firasat mungkin ya...Cuaca cerah sih malam itu, walau sebelonnya baru turun hujan. Siapa yang nyangka, tuh mobil Carry akhirnya selip, berputar pada titik beratnya dan nyaris terbalik. Si Se Liep beruntung karena dia nindihin aku sampe gepeng waktu tuh mobil terbalik, hehehe, karena kami duduk di deretan kedua dan aku disebelah kirinya. Namanya juga orang-orang baek yang ada di dalam mobil, jadi walaupun tuh mobil sempat terbalik dan nabrak pohon, jadi kami semua selamat tak terluka cuma benjut saja, hahaha...kenangan tuh...masi sangat banyak kenangan masa lalu, nantilah kutulis di sini semuanya, hehehe...

Memang sih kemudian, delapan bulan kemudian, aku masih bisa bertemu dengan Rudi, teman SMA yang laen. Awalnya juga dikenalin ama si Se Liep yang masi setia berkunjung ke Surabaya karena teman kita si Sengki menikah. Lucunya si Rudi ini yang juga jebolan dari SMAK Frateran dan melanjutkan studi teknik elektro di Ubaya (Universitas Surabaya) dan berakhir karirnya menjadi pengeksport sarang burung walet, hehehe...apa gunanya kuliah teknik elektro yang terkenal sangat susah itu kalo akhirnya jualan sarang burung yang harganya selangit itu, hehehe...ah, ga penting lah kuliah apa, yang penting pada akhirnya kantongnya tebal, setuju? Hahaha...

Juga ada kabar tentang Buby teman dekatku semasa kelas I atau II SMA, itu waktu aku masi sering keluar malam-malam, kumpul-kumpul bersama teman-teman yang laen, mejeng di plaza-plaza gitu (tapi bukan dugem lho, sori aja bukan hobi kami). Pergi ke pesta kalo ada yang dengan suka rela ngadain pesta ulang taon 17an nya. Jaman-jaman itu memang banyak pesta 17an maklum usia segitu khan dialami anak2 SMA. Dan tentu saja pengalaman selalu menjadi sopir pribadi yang disebabkan karena punya banyak teman cewe disekolah, karena mereka pada minta diantar-jemputin. Atau mungkin juga kebalik, karena punya mobil, maka jadi bisa dijadikan sopir yang bisa dimanfaatin, sehingga punya banyak teman cewe, hehehe. Tapi benernya selama aku sekolah, kebanyakan teman-teman cewe ku yang selalu berasal dari keluarga lebih kaya dari rata-rata cowo nya. Laen kali kukupas di sini deh lebih lanjut disini, hehehe...

Aku juga jadi teringat sama teman dekatku waktu di kelas I SMA dulu, namanya Suryamintani. Pertama dia dan aku masuk dalam 3 besar di kelas (kenangan indah tuh, hehehe), trus kedua rumahnya dekat rumahku waktu itu, jadi kami memang sering berangkat pesta bareng, sampai-sampai banyak yang mengira aku suka Surya, begitu panggilan akrabnya. Kabar terakhir yang aku dapat di taon 2003 dari temanku Belina yang sekelas di A2 (ilmu-ilmu biologi) sama si Surya ini, kalo si Surya ketemu sama calon suaminya waktu Surya ambil kuliah Master nya di Australia. Mereka akhirnya menikah dan tinggal di Bangkok, Thailand karena suami Surya itu orang Thailand.

Ceritanya singkatnya, siang dan sore itu aku berencana ketemuan ama si Se Liep yang lagi bersilahturahmi ke Surabaya di foodcourt nya mal ITC yang terkenal paling lengkap untuk jenis makanannya di Surabaya ini. Bole dibilang, kalo hampir semua makanan yang ada di kota ini dapat ditemukan di foodcourt ITC itu. Teman terbaekku si Naga Laut, kerja di sana juga. Setelah ngerumpi beberapa saat ama si Se Liep, akhirnya kuputuskan untuk ikut dengannya ke gereja kenangan kita sewaktu masi remaja, gereja Kepanjen. Wah dah lama nich aku tidak ke gereja, harus kuakui aku ini sangat jarang ke gereja kalo tidak di ajak teman, terutama sejak aku pisah dari mantanku yang pertama, Marlina, puluhan taon yang silam.

Nah waktu di gereja Kepanjen itulah aku bertemu dengan si Sengki ini, yang ngakunya jebolan Frateran juga, hehehe. Yah, harus kuakui, aku dulu tidak pernah kenal benar sama si Sengki ini. Pantas aja namanya terasa asing di telingaku. Tapi tidak masalah, anak Frateran ya anak Frateran, titik. Jadi ya harus diakui sebagai sesama kolega, apalagi Sengki ini jebolan ITS (Institut Sepuluh November Surabaya) dari teknik elektro juga. Wah kami semua kolega nich ceritanya, anak-anak elektro, hahaha. Sengki juga baek dan ramah, bisa becanda juga denganku, walau aku mestinya tergolong kenalan barunya yang mestinya sudah dikenal lama, hehehe. Maklumlah, SMAK Frateran dikala itu mempunyai murid sekitar 1200 orang, dari jumlah itu aku paling maksimum kenal 80%nya saja. Sengki sendiri ngakunya anak nakal semasa remaja tapi pendiam (bingung gak, diam kok nakal?). Tapi dari pengamatanku, rata-rata anak-anak elektro tergolong pendiam (termasuk aku lho, walau tidak banyak orang yang percaya), mungkin juga karena dibenak anak-anak elektro biasanya terbayang bilangan-bilangan komplex yang memang komplex, grafik-grafik ruwet yang hanya dimengerti anak-anak elektro dan juga sejuta istilah-istilah teknik beserta singkatan-singkatannya yang bisa membuat bingung orang-orang awam tapi tidak orang elektro, hehehe...Misalnya kata dalam bahasa Indonesia “riset“ yang diambil dari bahasa Inggris “research“ yang bisa diartikan penelitian/penelusuran, tapi anak elektro pasti mikirnya “riset“ adalah tombol tertentu yang harus dipencet/diklick untuk mengembalikan sesuatu ke posisi semula, alias kata “riset“ yang diambil dari bahasa Inggris “reset“, hehehe...

Setelah dari gereja kami putuskan untuk kongkow (duduk sambil ngobrol-ngobrol) di foodcourt nya TP (Plaza Tunjungan) sambil menikmati santapan sederhana disana. Banyak guyonan (becanda) ala Frateran yang telah lama kulupakan, berhasil kami bangkitkan kembali. Bole kubilang hari itu kami merasa puas dan hepi sekali. Kapan lagi bisa cangkrukan seperti itu dengan sesama cowo dan meninggalkan sang istri kesepian sendiri di rumah? Hahaha... Sengki sempat juga sih ditelefon oleh istrinya yang tercinta dan yang lagi istirahat di rumah jadi tidak bisa ikutan kami jalan-jalan, wah betapa pucatnya dia waktu harus bersusah payah memberikan alasan jitu di telefon tentang keberadaannya di TP. Bagusnya si Sengki ini orang yang jujur juga terhadap istrinya, hehehe, langka lho, dijaman para cowo (dan juga cewe nya) pada tidak jujur terhadap pasangannya dan menyeleweng adalah hobi biasa...

Benernya aku juga termasuk orang yang suka humor, apalagi kalo sudah tergelitik oleh lingkungan yang pada dasarnya juga udah bertabiat iseng. Misalkan waktu terima komuni (hosti korban perjamuan di gereja), Sengki ngajak menerima hosti itu dengan komentar singkat, “yuk, gratis kok“. Segala kenangan masa lalu terbangkitkan hanya karena kata-kata iseng itu, maklum semasa remaja siapa sih yang tidak menciptakan komentar-komentar segar seperti itu? Tapi bagusnya, semuanya hanya untuk bertujuan humor dan tidak ada maksud untuk melecehkan siapapun atau apapun. Maka tidak heran kalo pas Sengki bilang kalo harus isi bensin dulu, aku juga bisa nyeletuk, “oh kasian kamu haus ya ?“ yang langsung ditanggapin oleh Se Liep dengan tawa lebar seperti Donal Bebek itu, hehehe...

Asik mendengarkan cerita teman-temanku itu dan perjuangannya dalam mencari pekerjaan yang sesuai, mencari pasangan hidup, perkembangan-perkembangan dan karir yang telah mereka titi. Semua memang sulit untuk diterka sewaktu masi SMA dulu. Tidak ada orang yang tau nantinya siapa akan menjadi apa atau punya kedudukan apa, seperti apa suami/istri mereka nantinya atau lebih jauh lagi kita tidak pernah mengira kalo ada salah satu dari kami yang memutuskan untuk mengambil jalan singkat untuk menghadap pada sang pencipta. Ada juga cerita tentang penderitaan dan perjuangan hidup teman kita yang kehilangan orang tuanya atau yang akhirnya harus hidup dengan menanggung orang tuanya yang telah tua renta. Memang ada yang sukses dan ada yang kurang sukses, tapi semua jalan kita memang sudah diatur demikian...kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di hari esok dan apa yang akan kita alami, tapi pasrah aja. Memang ada juga yang disebut dengan dejavu, itu lho, kalo kita mengalami sesuatu dan kita berfikir kalo kejadian itu sebenernya sudah pernah kita alami sebelonnya, entah dalam angan-angan kita maupun itu telah terjadi dikala kita bermimpi. Ah semuanya tidak penting, yang penting kita hidup untuk hari ini aja deh...ngapain pusing...

Lebih gila lagi, aku baru tau kalo teman-temanku itu biarpun masi muda-muda, tapi rambutnya sudah dicat itam, karena kebanyakan rambut putihnya. Banyak pikiran mungkin ya? Aku sendiri juga punya satu dua helai rambut putih, tapi kok belon separah mereka-mereka itu ya. Mantanku yang pertama, Marlina, dulu sering cabutin rambut putihku dengan harapan tidak tumbuh banyak, tidak tau lagi apa ada manfaatnya. Mantanku yang kedua, Emylia, juga bilang aku punya rambut putih dan dulu juga beberapa kali cabutin. Kok ide mereka sama ya? Tapi mungkin juga, faktor keturunan atau juga dari faktor makanan. Ah, lebih baek alami aja daripada harus di cat. Pemenang American Idol taon 2006 juga berambut putih dan nampak sexi, hehehe. Teman-temanku sih mengomentari kalo idupku pasti hepi terus makanya aku tidak punya banyak rambut putih. Hehehe…iya, ya, aku tau, hidup sesusah apapun harus dinikmati dengan tegar, untuk apa kita bersedih hati terus menerus. Memang orang kaya menjadi kaya yang miskin tetap miskin jadi sesuai dengan slogan salah satu produk rokok di Indonesia, enjoy aja…

Cerita tentang suka duka seperti ini kadang yang membawaku kembali kepada realitas yang ada, dimana belas kasih itu di kalangan masyarakat telah digeserkan oleh perasaan egoistis yang mementingkan diri sendiri (dan keluarganya). Memang realitas di Indonesia ini ya seperti ini, maklum banyak yang mengeluh hidup ini susah. Tapi memang idup ini tidak adil, teringat aku waktu membaca surat pembaca di sebuah koran beberapa bulan yang lalu yang mengulas tentang seorang penumpang taxi yang dikecewakan oleh iklan yang menjanjikan bisa naek taxi kemana aja dengan gratis andai dia mendapat bagian taxi bertulisan khusus, tapi kenyataannya aja dia menemukan satu taxi bertulisan khusus itu tapi dilarang naek oleh sopirnya dengan alasan sudah dipesan orang. Padahal menurut pengamatannya tuh taxi kosong terus. Dia pun sempat protes pada kolega sopir taxi itu, dan dijawab dengan santainya kalo itu memang strategi bisnis. Dijaman sekarang orang buang air kecil aja (apalagi besar, hehehe) mesti harus bayar Rp. 500,00 hehehe. Kalau mau gratisan ya harus mencari pohon rindang, hehehe. Wah, aku jadi teringat juga cerita tentang Taswin, salah satu teman SMA ku dulu, waktu melancong ke luar negeri dan mengeluh karena harus membayar satu Euro (kira-kira Rp. 13.000,00 lah, tergantung kurs) hanya untuk sekedar melepaskan kepuasannya di kamar kecil (baca: kencing, hehehe). Tapi sebagai orang yang memang telah belasan taon idup dan bekerjanya di Eropa, aku harus mengakui kalo satu Euro tidaklah mahal, dibandingkan dengan pendapatan orang-orang di sana, hehehe. Standard sih sebenarnya hanya 50 cent. Patut direnungkan juga sih...kapan-kapan...mungkin ada untungnya membuka bisnis WC umum.

Ngobrolin tentang orang kaya yang menjadi semakin kaya dan orang miskin yang tetap miskin dan semua ketidak-adilan di dunia ini, aku jadi teringat sama satu tembang dari penyanyi basis (nada bass) dari Canada yang terkenal Leonard Cohen yang judulnya Everybody Knows aja deh. Kuakui kalo liriknya memang sangat puitis dalam bahasa Inggrisnya tapi artinya dalam bahasa Indonesia mungkin rada-rada tidak biasa bagi kita, maklum kalo suatu tembang dibuat puitis, biasanya banyak kata-kata akhirnya yang dipaksa untuk disesuaikan. Leonard Cohen ini juga terkenal dengan lagu-lagunya seperti “Suzanne”, “If It Be Your Will” dan ”So Long, Marianne”. Di Indonesia lagu-lagu superb (anggun) seperti ini mungkin tidak dikenal, karena tidak/jarang diputar di radio-radio. Jadi lebih baek dimengerti artinya aja deh. Percayalah padaku, melodinya lagu ini sih oke banget…

Everybody knows (semua orang tau)

Everybody knows that the dice are loaded (semua orang tau kalo dadu-dadu itu dimanipulasi)
Everybody rolls with their fingers crossed (semua orang suka angkat sumpah palsu)
Everybody knows that the war is over (semua orang tau kalo perang sudah usai)
Everybody knows the good guys lost (semua orang tau kalo orang baek kalah)

Everybody knows the fight was fixed (semua orang tau kalo perang sudah direncanakan)
The poor stay poor, the rich get rich (yang miskin tetap miskin, yang kaya menjadi kaya)
That's how it goes (begitulah jalannya)
Everybody knows (semua tau)

Everybody knows that the boat is leaking (semua orang tau kalo kapalnya bocor)
Everybody knows that the captain lied (semua orang tau kalo kapten menipu)
Everybody got this broken feeling (semua orang patah hati)
Like their father or their dog just died (seperti kehilangan ayahnya atau anjingnya yang baru mati)

Everybody talking to their pockets (semua orang membicarakan hartanya)
Everybody wants a box of chocolates (semua orang ingin satu kotak coklat)
And a long stem rose (dan sekuntum bunga mawar panjang)
Everybody knows (semua orang tau)

Everybody knows that you love me baby (semua orang tau kalo kamu mencintaiku, sayang)
Everybody knows that you really do (semua orang tau apa yang benar-benar kamu lakukan)
Everybody knows that you've been faithful (semua orang tau kamu selalu setia)
Ah give or take a night or two (oh, beri atau ambil satu malam atau dua)

Everybody knows you've been discreet (semua orang tau kalo kamu telah jaga mulut)
But there were so many people you just had to meet (tapi ada banyak orang yang baru kamu temui)
Without your clothes (tanpa bajumu)
And everybody knows (dan semua orang tau)

Everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)

Everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)

And everybody knows that it's now or never (dan semua orang tau sekarang atau tidak sama sekali)
Everybody knows that it's me or you (semua orang tau kalo itu aku atau kamu)
And everybody knows that you live forever (semua orang tau kamu akan hidup selamanya)
Ah when you've done a line or two (semua orang tau kamu baru melakukannya)

Everybody knows the deal is rotten (semua orang tau kalo perjanjiannya busuk)
Old Black Joe's still pickin' cotton (si tua bangka joe masih setia menenun katun)
For your ribbons and bows (untuk pita atau busur)
And everybody knows (dan semua orang tau)

And everybody knows that the Plague is coming (dan semua orang tau kalo wabah mendekat)
Everybody knows that it's moving fast (semua orang tau kalo itu berlangsung cepat)
Everybody knows that the naked man and woman (semua orang tau kalo pria dan wanita yang telanjang)
Are just a shining artifact of the past (adalah sisa yang bersinar dari masa lampau)

Everybody knows the scene is dead (semua orang tau kalo adegannya usai)
But there's gonna be a meter on your bed (tapi hanya berjarak semeter dari ranjangmu)
That will disclose (maka akan tersingkap)
What everybody knows (apa yang semua orang tau)

And everybody knows that you're in trouble (dan semua orang tau kamu bermasalah)
Everybody knows what you've been through (semua orang tau kalo kamu telah lolos)
From the bloody cross on top of Calvary (dari pertikaian berdarah di atas pelana kuda)
To the beach of Malibu (sampai ke pantai Malilbu)

Everybody knows it's coming apart (semua orang tau itu akan datang terpisah )
Take one last look at this Sacred Heart (liatlah hati suci ini untuk terakhir kalinya)
Before it blows (sebelon itu sirna)
And everybody knows (dan semua orang tau)

Everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)

Oh everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)
Everybody knows (semua orang tau)