Friday, May 18, 2007

Bukankah Kita Sudah Hampir Punya Segalanya


Mood : Merenung dan mengenang mantan
Cuaca: Mendung
Snack : Gak nafsu ngemil nich
Song : Didn’t We Almost Have It All dari Whitney Houston
Genre : Easy Listening
Tanggal : 13 Mei 2007 (revisi dari tulisan sebelonnya)

Dedikasi: Emylia T (Jai Fong), a.k.a Mama Bear

Setiap orang yang penuh cinta akan merasakan kehidupannya seperti bertaburkan bunga-bunga...
Kemanapun mata memandang, kemanapun kaki melangkah, yang ada hanya bunga-bunga cinta…

Jujur aja deh, tiap kali aku mendengar Whitney Houston melantunkan lagu Didn’t We Almost Have It All, tiap kali pula aku ingat ama mantanku yang kedua, Emylia. Dah sangat lama juga sih benernya aku pisah sama dia, tapi kok masi ada aja kenangan yang tersisa ya. Tapi biarlah, lebih baik aku bersedih hati untuk sejenak daripada sedih selamanya…

Mungkin lebih baek kuulas dikit apa saja yang telah terjadi. Ceritanya singkatnya itu, awalnya pada tanggal 15 April 2007 sore aku jalan-jalan ke PTC (Pakuwon Trade Center), sebuah pusat pertokoan yang terletak di sebelah barat kota Surabaya bersama adekku yang terkecil, Meli, untuk ketemuan ama famili adekku yang laen. Asik juga sih tadi, aku ketemu ama adekku Sius dan adek iparku Yenny, dan kedua ponakan kembarku yang lucu-lucu, Annette dan Vivian yang saat ini sudah berusia satu setengah taon. Mereka udah bisa jalan-jalan (relativ) jauh sendiri tanpa minta dipegangi lagi seperti waktu mereka masi kecil-kecil dulu. Oya, andai mereka lagi berminat gitu (lagi mood), mereka juga suka ngomong atau sekedar meniru kata-kata orang-orang disekitarnya yang ngajak mereka ngomong-ngomong, imut sekali.

Waktu itu aku juga ngajak Ratna si Naga Laut, teman dekatku yang juga teman kuliah mantanku, Emylia, untuk ikutan jalan-jalan gabung sama grupku. Aku sendiri ngajak Novian, teman kuliahku dulu waktu masi di Jerman, untuk join selama dia masi menikmati cuti dua minggunya di rumah orang tuanya si Surabaya sebelon dia balik lagi ke Jakarta. Adekku, Meli, nantinya akan berpisah karena dia ada acara sama temannya di sana, dan Sius dan familinya berencana akan borong barang di Hypermart. Jadi memang rencananya awalnya bareng trus pisah disana gitu.

Tidak taunya, Naga Laut menjemput Emylia di rumahnya untuk ikutan ketemu sama grupku. Ini mah, bukan pucuk dicinta ulam tiba. Akupun terkejut waktu aku melihat dia berjalan dari travellator (semacam eskalator yang tidak berbentuk tangga, tapi mendatar dan biasanya kita temukan di supermarket-supermarket dan bandara-bandara besar di luar negeri) ke arah aku dan gerombolanku yang sedang asik menunggu kedatangan Ratna si Naga Laut, di depan salah satu gerai yang mengspesialisasikan diri untuk menawarkan jasa/program menyiksaan diri secara suka rela dengan tujuan sang customer (pelanggan) tidak perlu dengan malu-malu terpaksa mencari-cari di bagian khusus ukuran ekstra besar kalo lagi berminat mencari baju (atau dengan kata laen, program diet khusus cewe, maklumlah biasa cuman cewe aja yang suka berbingungria kalo badannya tiba-tiba jadi gendut secara dramatis, hehehe).

Aku pejamkan mataku satu dua detik. Ketika kubuka mataku lagi, ternyata dia masi benar-benar nyata ada di sana lagi menyapa seluruh anggota familiku yang juga sempat terperanjat dan Novian yang memang tidak tau apa-apa. Maklumlah namanya juga mantanku, otomatis Emylia sudah kenal hampir semua kerabat, sobat dan teman-teman dekatku.

Atas ajakan Ratna si Naga Laut yang hari itu lagi berbaek hati, kami bersantap di sebuah restoran yang mengkhususkan diri di bidang penjagalan dan pembakaran daging binatang-binatang mamalia besar seperti babi dan sapi. Sambil bersenjatakan garpu dan pisau, kami menikmati daging bangkai (baca: steak) yang disajikan lengkap dengan rempah-rempah (baca: saos) dan daun-dauan dari hasil bercocok tanam di kebun sebelah (baca: salad). Tak diduga kalo DJ (disc jokey) restorannya sepertinya tau suasana hati kami berdua yang sedang melow dan tanpa disogok dengan duit receh, diapun dengan rela dan tanpa di-request memutarkan tembang kenangan kami berdua sewaktu perpisahan kami dulu. Itu lho lagu dari grup Samson yang berjudul Kenangan Yang Terindah dan itu membuat kami berdua menjadi teringat masa lalu lagi, teringat akan semuanya yang telah berlalu. Maklum semasa masi bersama dulu, dia dan aku sering maen ke PTC ini, menghabiskan hari-hari kita di sini, jadi lokasi dan situasi benar-benar tidak mendukung usaha kami untuk menjadi ceria saat itu. Supaya lebih bisa dimengerti, aku sertakan nih liriknya di sini

Aku yang lemah tanpamu. Aku yang rentan karena
cinta yang tlah hilang darimu yang mampu menyanjungku.
Selama mata terbuka, sampai jantung tak bergetar.

Selama itupun aku mampu untuk mengenangmu
darimu kutemukan hidupku, bagiku kaulah cinta sejati.
Bagiku engkau bangun cinta sejati.

Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu,
kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku.
Namun takkan mudah bagiku meninggalkan jejak hidupmu
yang telah terukir abadi sebagai kenangan yang terindah

Setelah kami berhasil menguasai diri kami masing-masing, segala pembicaraanpun berjalan menjadi normal kembali walau kadang-kadang aku merasakan suasana gembira menjadi sedikit membeku, tapi untunglah sore yang cerah itu tidak sepenuhnya menjadi rusak. Tapi biar bagaimanapun juga, aku sangat berterima kasih pada Naga Laut, karena biar bagaimanapun juga sore itu akan menjadi salah satu sore terindah di ingatanku dan paling mengenyangkan karena kami bole makan steak tenderloin gratisan karena ditraktir Naga Laut...

Kembali tepat ke empat bulan silam, tanggal 14 Januari 2007 aku sempat pergi ke Jawa Timur Park bersama Emylia dan dua teman kita yang laen, dimana aku akhirnya mengambil keputusan final dalam kasus ini. Kusebut final, karena secara resmi kita sudah tidak berpacaran lagi sejak awal taon lalu, tapi masi berteman dekat. Sewaktu aku membuat foto-foto dari Emylia dengan berbagai latar belakang, aku mendengar lantunan lagu dari grup band Nidji yang berjudul Hapus Aku. Bagian refrain nya yang membuatku akhirnya mau merelakan semuanya dikala itu adalah

Yakinkan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu waktu, hapus aku
Sadarkan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu waktu, hapus aku

Aku teringat lagi, kalo kala itu aku tiba-tiba bisa ikut menyenandungkan bagian itu dengan lirih disampingnya, padahal aku sebelonnya belon pernah mendengar lagu itu sebelonnya. Saat itu, bagian lagu itu seperti sebuah doa bagiku, untuk merelakan Emylia dari pergi hidupku, mengingat usia dia dikala itu menjelang 30 taon. Suatu usia yang kritis untuk cewe di Indonesia ini, menurut pendapat banyak orang lho. Yang aku inginkan hanyalah yang terbaek untuknya. Karena semakin lama aku berteman dengannya tanpa status apapun dan hanya TTM (teman tapi mesra), maka kasian Emylia, nasibnya bisa terkatung-katung, seperti kata Evy temanku dan teman kuliah Emylia dulu. Evy tidak salah dan memang dari awal aku tidak pernah bermaksud memblokir jalan dan hati Emylia untuk mencari penggantiku yang lebih sesuai dengan apa yang dia ingankan.

Seperti pesan yang pernah kukatakan ke Emylia,

aku tidak mau mantanku nantinya mengemis cinta orang laen, hanya karena dia merasa usianya sudah lanjut atau bahkan nantinya ditolak orang. Aku ingin dia sebagai mantanku untuk lebih bangga memandang masa depannya sendiri, walau tanpa aku disampingnya, karena dia orang yang pernah kupilih dan benar-benar layak dan berharga untuk dicintai…

Akupun sadar mencintai dengan tulus berarti harus mau berkorban untuk orang yang dicintainya, maka aku pun rela untuk “menunggu dia” sampai dia mendapatkan penggantiku terlebih dahulu atau paling tidak sampe dia bisa berhasil menggeser aku dari lubuk hatinya yang dalam, agar penggantiku bisa menempatinya dengan layak. Dengan kata laen, semakin cepat dia bisa melupakanku, maka semakin cepat pula dia akan bisa menerima kehadiran orang laen dalam hatinya. Aku ingin Emylia bisa segera merelakan kenangan-kenangan indahnya dan melupakan saat-saat terakhir yang menyedihkan bersamaku dan yang diliputi dengan banyak tetesan air mata itu agar dia bisa secepatnya merasakan hari-hari barunya yang bahagia.

Bagaimana dengan aku sendiri? Aku pernah ingat suatu saat adek angkatku, Cecilia yang biasa kupanggil dengan nama akrab Rong-Rong, pernah bertanya, kenapa si Emyl ini tidak mau pergi dari hatimu juga ya? Di sini aku ingat kata-kata bijak dari Emylia sendiri padaku:

Mungkin aku hanya butuh waktu satu detik untuk melihat kamu, butuh satu menit untuk menyukaimu, satu jam untuk berkenalan denganmu, butuh waktu satu minggu untuk dekat denganmu, butuh waktu satu bulan untuk mengerti kamu dan butuh waktu satu taon untuk menjalin persabatan denganmu, tapi aku membutuhkan waktu seumur hidup untuk melupakanmu...

Aku rasa Rong-Rong pun mengerti, karena dia juga pernah mengalaminya. Tapi biarlah itu tidak membuat kita menjadi putus asa jika kita ingat pada kata-kata bijak dari Ratna si Naga Laut padaku

Kehidupan ini memberikan jawaban-jawabannya dengan tiga cara yang unik pada kita:
Jika dijawab YA dan kehidupan akan memberikan apa saja yang kita inginkan.
Jika dijawab TIDAK, pastilah kehidupan akan memberikan sesuatu yang lebih baek.
Tapi jika dijawab TUNGGU, percayalah, kita akan mendapatkan yang terbaek.

Meskipun dengan berat hati, akhirnya akupun harus merelakan dia pergi dari hidupku, dan berusaha menetralkan (dan tidak membuang) semua perasaan yang masi melekat di hati seperti kata Annie, teman baekku di Banjarmasin

Memang berusaha untuk melupakan suatu kisah kasih tidak semudah orang melepaskan baju, tapi kalo kita tidak berani untuk mencobanya, maka kita tidak akan bisa bisa berganti baju juga.

Sering juga aku teringat pada pesan Adi, adek Emylia, sewaktu aku memberitahukan tentang bubarnya hubunganku awal taon lalu serta meminta maaf padanya atas semua kesalahanku dan memohon maaf karena aku gagal menjaga cecenya, yang telah dipercayakan padaku. Pesan singkatnya itu berbunyi cinta bisa gugur tapi hidup kita akan berjalan terus untuk menunggu sebuah cinta baru yang akan bersemi.

dan Fenny, adek dari iparku Yenny, mengajakku untuk berfikir dengan pesannya dikala itu, sesulit apapun itu, kalo memang berjodo ya berjodo, mungkin aja jalan yang dilalui akan rumit dan ruwet, tapi pada akhirnya kalo memang berjodo ya akan berjodo...

Ada banyak juga kata-kata bijak seperti itu. Aku teringat pada pesan Emylia padaku (dan terus terang juga mantanku yang pertama, Marlina, heran ya kok dua orang yang beda jarak, Marlina di Jerman dan Emylia di Indonesia bisa punya pikiran yang sama ya? Jangan-jangan mereka membaca novel yang sama ya?) dan yang akan aku simpan selalu dalam hatiku...

Suatu saat nanti jika memang terjadi, dan esok hari aku tidak dapat bersamamu lagi. Ketahuilah hadiah yang paling indah yang akan kubawa pergi adalah kenyataan bahwa aku telah pernah mengenalmu...

Mungkin aja ada diantara kita yang pernah mengalami patah hati setelah pernah menjalin kisah kasih bersama orang yang kita kasihi itu, mungkin untuk semuanya itu memang ada alasannya sendiri, karena kita harus ingat bahwa semuanya itu telah diatur dan memang jalannya harus demikian.

Tuhan mempunyai alasan sendiri menempatkan orang-orang supaya dekat dengan kita. Apapun alasanNya untuk menyatukan kita, aku benar-benar senang bahwa Dia telah mengijinkannya dan mengaturnya untukku.

Malam ini tanggal 13 Mei, aku dan Emylia akhirnya ngobrol lagi beberapa jam di telefon, setelah kurang lebih satu bulan yang lalu kami bertemu di PTC. Kami banyak membicarakan semua yang terjadi dalam hidup kita masing-masing di empat bulan terakhir ini. Ya semuanya, seperti berbentuk laporan kegiatan yang sistematis gitu, karena aku terbiasa memakai outlook dan PDA (personal digital assistant) untuk mencatat jadwal kegiatanku. Baek dia maupun aku memang dari dulunya suka ngobrol berlama-lama tiap malam di telefon, seperti kedua sahabat yang berabad-abad tidak berjumpa. Tidak tau juga siapa yang lebih cerewet, tapi katanya sih aku. Banyak perkembangan dalam hidup kita berdua selama empat bulan terakhir ini, banyak pengalaman yang didapat selama ini. Jujur aja, aku sangat bahagia bisa mendengar suara lembutnya lagi di headset telefonku setelah empat bulan tidak ngobrol-ngobrol akrab di telefon. Tapi memang mungkin sudah selayaknya, kalo kesempatan ngobrol berkala seperti ini dilakukan, mengingat aku sudah menganggap Emylia seperti adek angkatku sendiri yang sangat spesial, selama tidak mengganggu hidupnya…Akupun tidak heran sewaktu aku terjemahkan tembang Didn’t We Almost Have It All dari Whitney Houston ini, ternyata dia sependapat denganku, mungkin ini salah satu lagu yang tepat untuk kenangan kita berdua dan yang bisa menggambarkan suasana hati kami dulunya.

Malamnya akupun teringat beberapa taon yang lalu, sewaktu aku dulu ketemuan sama mantanku yang pertama, Marlina, setelah lama sekali tidak bersua, kuingat waktu itu juga suasana yang mirip yang ku alami sewaktu bertemu dengan Emylia lagi. Aku ingat, kalo waktu itu Marlina dan akupun bertemu kembali seperti dua orang yang tidak saling mengenal lagi. Kurasa kita bole-bole aja mengenang masa-masa indah menjadi kenangan yang indah dan melupakan masa-masa susah sehingga tidak membuat seluruh hidup kita menjadi hancur. Tapi kita juga harus ingat untuk:

Jangan pernah menyesali satu haripun dalam hidup kita. Hari-hari baek itu memberi kita kebahagiaan, hari-hari jelek membawa pengalaman bagi kita. Keduanya penting untuk bekal kehidupan kita dan merupakan berkah dari Tuhan.

Di waktu mengenang inipun, aku jadi teringat pada bagian terakhir dari novel Nicholas Sparks yang berjudul A Bend in the Road (Tikungan di jalan) atau dalam bahasa Indonesianya diberi judul Pertemuan Nasib yang kukutip disini:

“Baiklah,” kata Charlie. “Kalau begitu, aku punya sedikit saran untukmu.”
Miles menunggu.
“Kalau kau bilang, semuanya sudah berakhir, ikutilah kata hatimu sendiri, oke?“
Charlie memastikan Miles mendengar keseriusan dalam nada suaranya.
“Apa artinya?“ tanya Miles.
“Kalau sudah berakhir – kalau ini benar-benar sudah berakhir – jangan biarkan semua ini mengacaukan seluruh sisa hidupmu.“
“Aku tidak mengerti maksudmu.“
Charlie menggelengkan kepalanya dan mendesah.
“Ya, kau pasti mengerti,“ jawabnya.

Kadang memang sesuatu yang harus berakhir, memang mungkin telah ditakdirkan untuk berakhir, untuk apa lagi disesali, maksimal hanya untuk dikenang yang baiknya saja. Tapi jangan biarkan kenangan manis (dan pait) itu mengacaukan seluruh hidup kita baek dimasa kini maupun masa depan. Memang kita tidak bole lari dari kenyataan, misal dengan memforsir diri kita untuk bekerja meniti karir ataupun dengan bersenang-senang sejenak, karena itu tidak akan menolong kita. Tapi hendaknya kita bijaksana dan mulai mengatur hidup kita lagi dari awal semasa masalah itu tidak ada...Kurasa lirik lagu Didn’t We Almost Have It All, ini bisa membantu menyadari apa arti cinta itu, sekali kita merasakannya, kita tak mungkin melupakannya.

Andai cinta kita harus gagal, ya mau apa lagi, mulai aja dari awal selama kita masih bisa dan mau membuka mata, diri dan hati kita kepada orang yang lain. Dan mau memberikan kesempatan pada diri kita sendiri dan pada calon kita itu untuk saling mengenal satu sama lain...

Waktu pada akhir pembicaraan kami di telefon tadi itu, Emylia bertanya, apa aku akan pernah mengusir dia dari hatiku, kujawab,

Teman yang baek itu seperti jikalau kita bekerja dengan sebuah computer. Setelah aku tekan ENTER untuk masuk dalam hidupmu, dan klick SAVE untuk menyimpanmu dalam hatiku, maka akupun telah mencoba melakukan FORMAT untuk menghapus masalah-masalahmu. Tapi pada akhirnya aku akan selalu ingat untuk tidak pernah menyentuh tombol DELETE guna menghapus namamu dari ingatanku...

Mungkin juga ada baeknya, mengingat apa yang dulu pernah dikatakan temanku, Yuliana untuk dijadikan pedoman hidup kita semua

Bila engkau menemukan seorang teman yang bijaksana dan cocok untuk hidup denganmu, hendaklah engkau berjalan bersamanya dengan gembira dan penuh kesadaran mengatasi segala bahaya...karena mendalami cinta itu seperti menggali sumur. Di tempat yang dangkal adanya hanya lumpur tapi di tempat yang dalam ada kejernihan...

Untukmu, Emylia a.k.a. Mama Bear, kuharap kamu mendapatkan semua yang terbaek dalam hidupmu. Terima kasih kamu telah mengijinkanku melihat ke dalam dan berdiam di dalam hatimu karena disitu aku telah menemukan arti cinta. Terima kasih banyak untuk semua perhatianmu dan kasihmu padaku. Terima kasih untuk semuanya. Mencintaimu telah membuat hidupku berarti. Jagalah dirimu baek-baek. Semoga kamu hepi-hepi saja dan semoga tercapai semua cita-cita dan cintamu...aku hanya bisa bantu dengan doa dari jauh...dariku Petrus a.k.a. Papa Bear

Didn’t We Almost Have It All (Bukankah Kita Sudah Hampir Punya Segalanya)

Remember when we hold on in the rain. (teringat sewaktu kita bergandengan di tengah hujan)
The nights we almost lost it once again. (hampir saja kita kehilangan malam-malam itu lagi)
We can take the night into tomorrow. (kita dapat membawa malam itu ke hari esok)

Living on feelings. (dengan hidup dalam perasaan)
Touching you I feel it again. (ketika aku menyentuhmu aku merasakannya lagi)

Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
When love was all we had worth giving. (ketika cinta berarti segalanya untuk kita)
The ride with you was worth the fall my friend. (bersamamu dalam suka dan duka itu berarti bagiku)
Loving you makes life worth living. (mencintaimu membuat hidupku berarti)

Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
The nights we held on till the morning. (kita nikmati malam-malam itu hingga menjelang fajar)
You know you'll never love that way again. (kau tau kau takkan pernah menyukai cara itu lagi)
Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)

The way you used to touch me felt so fine. (caramu menyentuhku terasa halus)
We kept our hearts together down the line. (kita telah menjaga hati kita bersama dengan hati-hati)
A moment in the soul can last forever. (sesaat bisa berlangsung lama dalam batin)

Comfort and keep us. (menghibur dan menjaga kita)
Help me bring the feeling back again. (membantuku mengembalikan perasaanku lagi)

Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
When love was all we had worth giving. (ketika cinta berarti segalanya untuk kita)
The ride with you was worth the fall my friend. (bersamamu dalam suka dan duka itu berarti bagiku)
Loving you makes life worth living. (mencintaimu membuat hidupku berarti)

Didn't we almost have it all. (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)
The nights we held on till the morning. (Kita nikmati malam-malam itu hingga fajar)
You know you'll never love that way again. (kau tau kau takkan pernah menyukai cara itu lagi)
Didn't we almost have it all (bukankah kita sudah hampir punya segalanya)

Didn't we have the best of times. (Bukankah kita punya waktu yang terbaik)
When love was young and new. (ketika cinta baru mulai bersemi)
Couldn't we reach inside and find. (tidak dapatkah kita meraih kedalam dan menemukan)

The world of me and you. (duniamu dan duniaku)
We'll never lose it again. (janganlah kita kehilangan lagi)
Cause once you know what love is. (karena sekali kamu tau apa itu arti cinta)
You'll never let it end. (kamu takkan membiarkannya berlalu)

Semua Orang Tau

Mood : riang gembira
Cuaca: cerah
Snack : cakue goreng dari pasar atom pemberian Se Liep
Song : Everybody knows dari Leonard Cohen
Genre : Bass
Tanggal : 12 Mei 2007

Dedikasi : Se Liep di Balikpapan, teman SMA ku di taon 1986/1987-1988/1989

Tadi sore aku cangkrukan ama teman-temanku dari Frateran dulu, hehehe. Cerita awalnya sih tahun 2005 bulan mei, aku ketemu secara tidak sengaja ama teman lamaku Se Liep yang kini berganti nama menjadi Fery dan telah sukses mengelola usaha bizniz sepeda di Balikpapan yang membuat semua orang di Balikpapan menjadi mobil. Kami bertemu di Gereja Santa Perawan Maria di jalan Kepanjen Surabaya (singkatnya gereja Kepanjen) setelah aku bersilahturahmi ama Frater (biarawan) kepala sekolah SMA Frateran yang relativ baru.

Jadi waktu itu aku sempat buat foto-foto setelah kong kali kong ama satpamnya dan rencana juga buat beberapa foto-foto di Gereja Kepanjen itu. Nah waktu membuat foto di sekitar gua Maria, tiba-tiba ada seorang lelaki (yang bukan buaya darat) memandang aku dengan penuh perhatian, bola matanya membesar (tapi tidak melotot lho), akupun demikian, terus tanyanya dengan hati-hati

“Petrus ya?“, sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.

Akupun tersenyum hepi, sambil menyambut uluran tangannya, walau hati gundah karena aku telah melupakan dengan tidak sengaja nama orang yang telah baek hati mengingat namaku dalam benaknya itu. Maklumlah dulu sewaktu aku masi sekolah di SMA Frateran dan kemudian kuliah si Sekolah Tinggi Teknik Surabaya alias STTS, aku termasuk dikenal banyak orang, gak sombong nich hanya karena aku relativ endut dan mungkin juga karena aku dulunya aktiv dalam banyak kegiatan kesiswaan seperti OSIS (organisasi siswa intra sekolah) dkk dan dulunya juga sempat dicalonkan menjadi pengurus di senat mahasiswa STTS walau kutolak karena dikala itu, kira-kira 17 taon silam, keberangkatanku ke Jerman sudah diambang pintu. Tapi aku ini pada dasarnya memang orang yang pelupa akan nama orang laen, payah ya. Aku punya memori yang bagus untuk gambar tapi sangat jelek untuk nama orang. Jadi cuma ingat wajah doank. Tapi kalo nomer telefon aku bisa hafal diluar kelapa, hehehe...Cerita singkatnya, aku pernah dengar dari teman baekku yang waktu itu kuliah di UK Petra jurusan Surabaya-Malang, eh salah jurusan teknik sipil, Yaly Agung, pernah cerita kalo namaku dikenal sampe di UK Petra sebagai orang yang (...kusensor deh kerena rada sungkan ketik disini...) tapi sombong karena pelupa, walah, gawat, abis dijunjung tinggi kok malah dibanting ya? Sadis amat, aku khan sekedar manusia biasa yang bisa lupa juga, tul? Baek sengaja maupun tidak. Hehehe...

Dalam suasana yang sedikit membuat aku rada kikuk itu, aku sempat panjatkan jopa-japu yang ternyata manjur. Si dia meraih dompetnya dan kukira dia mau kasi aku sedekahan, akupun nyengir kuda, hehehe. Tapi untunglah dia ternyata dengan bangganya hanya menyodorkan menyodorkan kartu namanya yang di desain dengan apiknya. Waktu kubaca namanya dia sana, yang tertulis Fery, sebuah nama yang jujur aja saat itu terdengar asing bagiku, hehehe, tapi nama cainis di bawahnya terkesan familiar. Waktu kusimak lebih lanjut, ternyata dibawahnya lagi tidak ada keterangan jabatan atau apa gitu yang bisa dibanggakan olehnya, berarti dia ini yang punya! Hehehe...

Ternyata si Se Liep inipun masi lajang, wah sama dunk! Akhirnya kamipun bertukar cerita dan bukan hanya bertukar business card, di dalamnya tentu saja termasuk nomer telefon dan email sekalian, biar komplet kamipun dengan ganjen nya bergaya untuk difoto berdua, hahaha…yah, a moment to remember kata Amis (orang Amrik). Tapi itu ternyata memang suatu awal dari reuni dengan anak-anak seangkatanku, maklumlah kami pasti masi punya sejuta kenangan semasa SMA, terutama tentang guru-guru kami...Bertemu kembali secara tidak sengaja setelah berpisah selama 17 taon memang luar binasa, bayangkan saja. Yang paling mengesankan bagiku adalah dikenal kembali olehnya, bahkan diingat dengan nama. Di sini aku sangat ingin mengucapkan rasa terima kasihku yang dalam pada Se Liep yang lagi terdampar di Balikpapan.

Akupun ada kenangan yang tak terlupakan bersama Se Liep ini. Ceritanya kami dulu sekelas sewaktu di kelas III A1.4 SMAK Frateran. Terus waktu perpisahan, kami sekelas memilih berlibur ke Bali. Di sana pada malam kedua kami menyewa tujuh mobil (maklum sekelas kami genap 42 orang, relativ masi ideal untuk sebuah kelas di negara dengan penduduk yang bejibun gini, kalo di jerman biasa satu kelas cuma diisi oleh 20an orang) dan meluncur dan berdiskoria di sebuah diskotek yang konon kabarnya nge-top di kota Denpasar. Sepulangnya dari berhura-hura di sana, hari sudah larut malam, sekitar jam satu pagi banyak dari kami yang sudah capek (mengingat perjalanan jauh dan aktivitas-aktivitas kami yang laen sepanjang hari itu). Aku ga tau napa kok milih ikutan menumpang di mobil Suzuki Carry (tapi bukan yang tipe pick-up dan juga bukan tipe box lho, masa orang sekeren kami dimasukkan dalam mobil box, mana tahan) yang dikemudikan oleh teman kami Mulyadi, yang baru dapat SIM (surat ijin mengemudi bukan surat ijin mencium lho) dan lagi melancarkan setir mobil. Aku ingat teman-temanku yang tergabung dalam Reco-Clan: Yulianto, Agung dan Stefanus sempat memperingatan aku untuk tidak naek ke mobil itu. Aku dulupun masuk dalam Reco-Clan yang ini karena kita relativ tidak kurus-kurus seperti Reco, hehehe. Semacam firasat mungkin ya...Cuaca cerah sih malam itu, walau sebelonnya baru turun hujan. Siapa yang nyangka, tuh mobil Carry akhirnya selip, berputar pada titik beratnya dan nyaris terbalik. Si Se Liep beruntung karena dia nindihin aku sampe gepeng waktu tuh mobil terbalik, hehehe, karena kami duduk di deretan kedua dan aku disebelah kirinya. Namanya juga orang-orang baek yang ada di dalam mobil, jadi walaupun tuh mobil sempat terbalik dan nabrak pohon, jadi kami semua selamat tak terluka cuma benjut saja, hahaha...kenangan tuh...masi sangat banyak kenangan masa lalu, nantilah kutulis di sini semuanya, hehehe...

Memang sih kemudian, delapan bulan kemudian, aku masih bisa bertemu dengan Rudi, teman SMA yang laen. Awalnya juga dikenalin ama si Se Liep yang masi setia berkunjung ke Surabaya karena teman kita si Sengki menikah. Lucunya si Rudi ini yang juga jebolan dari SMAK Frateran dan melanjutkan studi teknik elektro di Ubaya (Universitas Surabaya) dan berakhir karirnya menjadi pengeksport sarang burung walet, hehehe...apa gunanya kuliah teknik elektro yang terkenal sangat susah itu kalo akhirnya jualan sarang burung yang harganya selangit itu, hehehe...ah, ga penting lah kuliah apa, yang penting pada akhirnya kantongnya tebal, setuju? Hahaha...

Juga ada kabar tentang Buby teman dekatku semasa kelas I atau II SMA, itu waktu aku masi sering keluar malam-malam, kumpul-kumpul bersama teman-teman yang laen, mejeng di plaza-plaza gitu (tapi bukan dugem lho, sori aja bukan hobi kami). Pergi ke pesta kalo ada yang dengan suka rela ngadain pesta ulang taon 17an nya. Jaman-jaman itu memang banyak pesta 17an maklum usia segitu khan dialami anak2 SMA. Dan tentu saja pengalaman selalu menjadi sopir pribadi yang disebabkan karena punya banyak teman cewe disekolah, karena mereka pada minta diantar-jemputin. Atau mungkin juga kebalik, karena punya mobil, maka jadi bisa dijadikan sopir yang bisa dimanfaatin, sehingga punya banyak teman cewe, hehehe. Tapi benernya selama aku sekolah, kebanyakan teman-teman cewe ku yang selalu berasal dari keluarga lebih kaya dari rata-rata cowo nya. Laen kali kukupas di sini deh lebih lanjut disini, hehehe...

Aku juga jadi teringat sama teman dekatku waktu di kelas I SMA dulu, namanya Suryamintani. Pertama dia dan aku masuk dalam 3 besar di kelas (kenangan indah tuh, hehehe), trus kedua rumahnya dekat rumahku waktu itu, jadi kami memang sering berangkat pesta bareng, sampai-sampai banyak yang mengira aku suka Surya, begitu panggilan akrabnya. Kabar terakhir yang aku dapat di taon 2003 dari temanku Belina yang sekelas di A2 (ilmu-ilmu biologi) sama si Surya ini, kalo si Surya ketemu sama calon suaminya waktu Surya ambil kuliah Master nya di Australia. Mereka akhirnya menikah dan tinggal di Bangkok, Thailand karena suami Surya itu orang Thailand.

Ceritanya singkatnya, siang dan sore itu aku berencana ketemuan ama si Se Liep yang lagi bersilahturahmi ke Surabaya di foodcourt nya mal ITC yang terkenal paling lengkap untuk jenis makanannya di Surabaya ini. Bole dibilang, kalo hampir semua makanan yang ada di kota ini dapat ditemukan di foodcourt ITC itu. Teman terbaekku si Naga Laut, kerja di sana juga. Setelah ngerumpi beberapa saat ama si Se Liep, akhirnya kuputuskan untuk ikut dengannya ke gereja kenangan kita sewaktu masi remaja, gereja Kepanjen. Wah dah lama nich aku tidak ke gereja, harus kuakui aku ini sangat jarang ke gereja kalo tidak di ajak teman, terutama sejak aku pisah dari mantanku yang pertama, Marlina, puluhan taon yang silam.

Nah waktu di gereja Kepanjen itulah aku bertemu dengan si Sengki ini, yang ngakunya jebolan Frateran juga, hehehe. Yah, harus kuakui, aku dulu tidak pernah kenal benar sama si Sengki ini. Pantas aja namanya terasa asing di telingaku. Tapi tidak masalah, anak Frateran ya anak Frateran, titik. Jadi ya harus diakui sebagai sesama kolega, apalagi Sengki ini jebolan ITS (Institut Sepuluh November Surabaya) dari teknik elektro juga. Wah kami semua kolega nich ceritanya, anak-anak elektro, hahaha. Sengki juga baek dan ramah, bisa becanda juga denganku, walau aku mestinya tergolong kenalan barunya yang mestinya sudah dikenal lama, hehehe. Maklumlah, SMAK Frateran dikala itu mempunyai murid sekitar 1200 orang, dari jumlah itu aku paling maksimum kenal 80%nya saja. Sengki sendiri ngakunya anak nakal semasa remaja tapi pendiam (bingung gak, diam kok nakal?). Tapi dari pengamatanku, rata-rata anak-anak elektro tergolong pendiam (termasuk aku lho, walau tidak banyak orang yang percaya), mungkin juga karena dibenak anak-anak elektro biasanya terbayang bilangan-bilangan komplex yang memang komplex, grafik-grafik ruwet yang hanya dimengerti anak-anak elektro dan juga sejuta istilah-istilah teknik beserta singkatan-singkatannya yang bisa membuat bingung orang-orang awam tapi tidak orang elektro, hehehe...Misalnya kata dalam bahasa Indonesia “riset“ yang diambil dari bahasa Inggris “research“ yang bisa diartikan penelitian/penelusuran, tapi anak elektro pasti mikirnya “riset“ adalah tombol tertentu yang harus dipencet/diklick untuk mengembalikan sesuatu ke posisi semula, alias kata “riset“ yang diambil dari bahasa Inggris “reset“, hehehe...

Setelah dari gereja kami putuskan untuk kongkow (duduk sambil ngobrol-ngobrol) di foodcourt nya TP (Plaza Tunjungan) sambil menikmati santapan sederhana disana. Banyak guyonan (becanda) ala Frateran yang telah lama kulupakan, berhasil kami bangkitkan kembali. Bole kubilang hari itu kami merasa puas dan hepi sekali. Kapan lagi bisa cangkrukan seperti itu dengan sesama cowo dan meninggalkan sang istri kesepian sendiri di rumah? Hahaha... Sengki sempat juga sih ditelefon oleh istrinya yang tercinta dan yang lagi istirahat di rumah jadi tidak bisa ikutan kami jalan-jalan, wah betapa pucatnya dia waktu harus bersusah payah memberikan alasan jitu di telefon tentang keberadaannya di TP. Bagusnya si Sengki ini orang yang jujur juga terhadap istrinya, hehehe, langka lho, dijaman para cowo (dan juga cewe nya) pada tidak jujur terhadap pasangannya dan menyeleweng adalah hobi biasa...

Benernya aku juga termasuk orang yang suka humor, apalagi kalo sudah tergelitik oleh lingkungan yang pada dasarnya juga udah bertabiat iseng. Misalkan waktu terima komuni (hosti korban perjamuan di gereja), Sengki ngajak menerima hosti itu dengan komentar singkat, “yuk, gratis kok“. Segala kenangan masa lalu terbangkitkan hanya karena kata-kata iseng itu, maklum semasa remaja siapa sih yang tidak menciptakan komentar-komentar segar seperti itu? Tapi bagusnya, semuanya hanya untuk bertujuan humor dan tidak ada maksud untuk melecehkan siapapun atau apapun. Maka tidak heran kalo pas Sengki bilang kalo harus isi bensin dulu, aku juga bisa nyeletuk, “oh kasian kamu haus ya ?“ yang langsung ditanggapin oleh Se Liep dengan tawa lebar seperti Donal Bebek itu, hehehe...

Asik mendengarkan cerita teman-temanku itu dan perjuangannya dalam mencari pekerjaan yang sesuai, mencari pasangan hidup, perkembangan-perkembangan dan karir yang telah mereka titi. Semua memang sulit untuk diterka sewaktu masi SMA dulu. Tidak ada orang yang tau nantinya siapa akan menjadi apa atau punya kedudukan apa, seperti apa suami/istri mereka nantinya atau lebih jauh lagi kita tidak pernah mengira kalo ada salah satu dari kami yang memutuskan untuk mengambil jalan singkat untuk menghadap pada sang pencipta. Ada juga cerita tentang penderitaan dan perjuangan hidup teman kita yang kehilangan orang tuanya atau yang akhirnya harus hidup dengan menanggung orang tuanya yang telah tua renta. Memang ada yang sukses dan ada yang kurang sukses, tapi semua jalan kita memang sudah diatur demikian...kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi di hari esok dan apa yang akan kita alami, tapi pasrah aja. Memang ada juga yang disebut dengan dejavu, itu lho, kalo kita mengalami sesuatu dan kita berfikir kalo kejadian itu sebenernya sudah pernah kita alami sebelonnya, entah dalam angan-angan kita maupun itu telah terjadi dikala kita bermimpi. Ah semuanya tidak penting, yang penting kita hidup untuk hari ini aja deh...ngapain pusing...

Lebih gila lagi, aku baru tau kalo teman-temanku itu biarpun masi muda-muda, tapi rambutnya sudah dicat itam, karena kebanyakan rambut putihnya. Banyak pikiran mungkin ya? Aku sendiri juga punya satu dua helai rambut putih, tapi kok belon separah mereka-mereka itu ya. Mantanku yang pertama, Marlina, dulu sering cabutin rambut putihku dengan harapan tidak tumbuh banyak, tidak tau lagi apa ada manfaatnya. Mantanku yang kedua, Emylia, juga bilang aku punya rambut putih dan dulu juga beberapa kali cabutin. Kok ide mereka sama ya? Tapi mungkin juga, faktor keturunan atau juga dari faktor makanan. Ah, lebih baek alami aja daripada harus di cat. Pemenang American Idol taon 2006 juga berambut putih dan nampak sexi, hehehe. Teman-temanku sih mengomentari kalo idupku pasti hepi terus makanya aku tidak punya banyak rambut putih. Hehehe…iya, ya, aku tau, hidup sesusah apapun harus dinikmati dengan tegar, untuk apa kita bersedih hati terus menerus. Memang orang kaya menjadi kaya yang miskin tetap miskin jadi sesuai dengan slogan salah satu produk rokok di Indonesia, enjoy aja…

Cerita tentang suka duka seperti ini kadang yang membawaku kembali kepada realitas yang ada, dimana belas kasih itu di kalangan masyarakat telah digeserkan oleh perasaan egoistis yang mementingkan diri sendiri (dan keluarganya). Memang realitas di Indonesia ini ya seperti ini, maklum banyak yang mengeluh hidup ini susah. Tapi memang idup ini tidak adil, teringat aku waktu membaca surat pembaca di sebuah koran beberapa bulan yang lalu yang mengulas tentang seorang penumpang taxi yang dikecewakan oleh iklan yang menjanjikan bisa naek taxi kemana aja dengan gratis andai dia mendapat bagian taxi bertulisan khusus, tapi kenyataannya aja dia menemukan satu taxi bertulisan khusus itu tapi dilarang naek oleh sopirnya dengan alasan sudah dipesan orang. Padahal menurut pengamatannya tuh taxi kosong terus. Dia pun sempat protes pada kolega sopir taxi itu, dan dijawab dengan santainya kalo itu memang strategi bisnis. Dijaman sekarang orang buang air kecil aja (apalagi besar, hehehe) mesti harus bayar Rp. 500,00 hehehe. Kalau mau gratisan ya harus mencari pohon rindang, hehehe. Wah, aku jadi teringat juga cerita tentang Taswin, salah satu teman SMA ku dulu, waktu melancong ke luar negeri dan mengeluh karena harus membayar satu Euro (kira-kira Rp. 13.000,00 lah, tergantung kurs) hanya untuk sekedar melepaskan kepuasannya di kamar kecil (baca: kencing, hehehe). Tapi sebagai orang yang memang telah belasan taon idup dan bekerjanya di Eropa, aku harus mengakui kalo satu Euro tidaklah mahal, dibandingkan dengan pendapatan orang-orang di sana, hehehe. Standard sih sebenarnya hanya 50 cent. Patut direnungkan juga sih...kapan-kapan...mungkin ada untungnya membuka bisnis WC umum.

Ngobrolin tentang orang kaya yang menjadi semakin kaya dan orang miskin yang tetap miskin dan semua ketidak-adilan di dunia ini, aku jadi teringat sama satu tembang dari penyanyi basis (nada bass) dari Canada yang terkenal Leonard Cohen yang judulnya Everybody Knows aja deh. Kuakui kalo liriknya memang sangat puitis dalam bahasa Inggrisnya tapi artinya dalam bahasa Indonesia mungkin rada-rada tidak biasa bagi kita, maklum kalo suatu tembang dibuat puitis, biasanya banyak kata-kata akhirnya yang dipaksa untuk disesuaikan. Leonard Cohen ini juga terkenal dengan lagu-lagunya seperti “Suzanne”, “If It Be Your Will” dan ”So Long, Marianne”. Di Indonesia lagu-lagu superb (anggun) seperti ini mungkin tidak dikenal, karena tidak/jarang diputar di radio-radio. Jadi lebih baek dimengerti artinya aja deh. Percayalah padaku, melodinya lagu ini sih oke banget…

Everybody knows (semua orang tau)

Everybody knows that the dice are loaded (semua orang tau kalo dadu-dadu itu dimanipulasi)
Everybody rolls with their fingers crossed (semua orang suka angkat sumpah palsu)
Everybody knows that the war is over (semua orang tau kalo perang sudah usai)
Everybody knows the good guys lost (semua orang tau kalo orang baek kalah)

Everybody knows the fight was fixed (semua orang tau kalo perang sudah direncanakan)
The poor stay poor, the rich get rich (yang miskin tetap miskin, yang kaya menjadi kaya)
That's how it goes (begitulah jalannya)
Everybody knows (semua tau)

Everybody knows that the boat is leaking (semua orang tau kalo kapalnya bocor)
Everybody knows that the captain lied (semua orang tau kalo kapten menipu)
Everybody got this broken feeling (semua orang patah hati)
Like their father or their dog just died (seperti kehilangan ayahnya atau anjingnya yang baru mati)

Everybody talking to their pockets (semua orang membicarakan hartanya)
Everybody wants a box of chocolates (semua orang ingin satu kotak coklat)
And a long stem rose (dan sekuntum bunga mawar panjang)
Everybody knows (semua orang tau)

Everybody knows that you love me baby (semua orang tau kalo kamu mencintaiku, sayang)
Everybody knows that you really do (semua orang tau apa yang benar-benar kamu lakukan)
Everybody knows that you've been faithful (semua orang tau kamu selalu setia)
Ah give or take a night or two (oh, beri atau ambil satu malam atau dua)

Everybody knows you've been discreet (semua orang tau kalo kamu telah jaga mulut)
But there were so many people you just had to meet (tapi ada banyak orang yang baru kamu temui)
Without your clothes (tanpa bajumu)
And everybody knows (dan semua orang tau)

Everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)

Everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)

And everybody knows that it's now or never (dan semua orang tau sekarang atau tidak sama sekali)
Everybody knows that it's me or you (semua orang tau kalo itu aku atau kamu)
And everybody knows that you live forever (semua orang tau kamu akan hidup selamanya)
Ah when you've done a line or two (semua orang tau kamu baru melakukannya)

Everybody knows the deal is rotten (semua orang tau kalo perjanjiannya busuk)
Old Black Joe's still pickin' cotton (si tua bangka joe masih setia menenun katun)
For your ribbons and bows (untuk pita atau busur)
And everybody knows (dan semua orang tau)

And everybody knows that the Plague is coming (dan semua orang tau kalo wabah mendekat)
Everybody knows that it's moving fast (semua orang tau kalo itu berlangsung cepat)
Everybody knows that the naked man and woman (semua orang tau kalo pria dan wanita yang telanjang)
Are just a shining artifact of the past (adalah sisa yang bersinar dari masa lampau)

Everybody knows the scene is dead (semua orang tau kalo adegannya usai)
But there's gonna be a meter on your bed (tapi hanya berjarak semeter dari ranjangmu)
That will disclose (maka akan tersingkap)
What everybody knows (apa yang semua orang tau)

And everybody knows that you're in trouble (dan semua orang tau kamu bermasalah)
Everybody knows what you've been through (semua orang tau kalo kamu telah lolos)
From the bloody cross on top of Calvary (dari pertikaian berdarah di atas pelana kuda)
To the beach of Malibu (sampai ke pantai Malilbu)

Everybody knows it's coming apart (semua orang tau itu akan datang terpisah )
Take one last look at this Sacred Heart (liatlah hati suci ini untuk terakhir kalinya)
Before it blows (sebelon itu sirna)
And everybody knows (dan semua orang tau)

Everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)

Oh everybody knows, everybody knows (semua orang tau, setiap orang sadar)
That's how it goes (itulah jalannya)
Everybody knows (semua orang tau)
Everybody knows (semua orang tau)

Tiap Langkah Yang Kau Buat

Mood : ceria
Cuaca: cerah
Snack : perment Hexos mint
Song : Every Breath You Take dari Sting/The Police
Genre : Pop
Tanggal : 11 Mei 2007

Dedikasi : keponakan kembarku Annette dan Vivian

Betapa senang hatiku, bila ku melihat perkembangan ponakan nomer dua dan tiga, mereka itu sodara kembar, tapi laen telor. Setelah mereka dilahirkan pada tanggal 7 November 2005 yang lalu, genaplah kebahagiaan keluarga adekku Sius dan adek iparku Yenny. Mereka menamai keduanya Annette dan Vivian. Annette berwajah mirip papinya sedangkan Vivian mirip maminya.

Aku ingat, betapa imutnya muka mereka sewaktu masih sangat kecil. Aku ingat kalo akupun harus ekstra hati-hati jikalau menggendong mereka dan akupun selalu ketawa lebar jika ada salah seorang dari kami yang menjadi basah karena mereka pipis tanpa bilang-bilang terlebih dahulu, hehehe. Melihat mereka belajar minta minum susu dengan cara menangis sampai akhirnya mereka bisa memegang botol minumnya sendiri. Memang sebagian besar waktu mereka abiskan untuk tidur, tapi itu sudah normal untuk bayi-bayi seusia mereka.

Enam bulan kemudian, aku melihat Annette dan Vivian tumbuh dan berkembang, belajar untuk membalikkan badan dan duduk. Betapa aku ikut merasa sedih jika tau ada salah satu atau malah keduanya sakit. Biasalah penyakit anak kecil itu ada yang mencret, batok-batok, pilek atau malah kena demam. Memang anak-anak seusia itu belon mempunyai daya tahan yang cukup untuk melawan semua virus dan bakteri yang tidak bermaksud baek disekitar mereka. Alhasil akupun seringkali melihat maminya bermuka sedih dan papinya menjadi pendiam, sewaktu anak-anak mereka sakit dan menderita. Apalagi Annette dan Vivian anak kembar, jadi jika yang satu sakit, pasti yang satunya tertular, maklum serumah. Tapi meskipun mereka anak kembar, tapi rupanya dari segi hobi agak berbeda. Misalnya si Vivian lebih suka bermaen dengan boneka sedangkan Annette lebih suka bermaen dengan alat-alat makan seperti sendok yang berkilauan. Pada usia segini, mereka sudah bisa menirukan gaya orang dewasa, misalkan gaya orang dewasa yang sedang telefon misalnya. Aku sangat berterima kasih pada mantanku, Emylia, yang telah men-support hobi mereka dengan memberikan contoh handphone (dummy handphone) untuk alat mereka bermaen waktu kecil. Aku teringat sewaktu anak-anak itu mengucapkan satu dua kata dan itu saja cukup membuat kedua orang tua nya yang mendengarnya hepi bukan kepalang. Mereka bahagia, karena buah hati mereka sudah mulai mengalami pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan badan ini juga disusul dengan pertumbuhan gigi dan malam-malam yang menyakitkan bagi si kecil.

Enam bulan kemudian, mereka sudah tumbuh menjadi anak-anak kecil yang sudah punya kemampuan untuk mengekspresikan keinginannya dengan cara tunjuk-tunjuk, mau kemana merekanya atau apa yang mereka ingin pegang. Mereka sudah bisa mengucapkan satu dua patah kata dan sudah mulai belajar untuk membalikkan badan, duduk, berdiri dan berjalan walau masih harus dipegangi dengan susah payah oleh maminya atau pengasuh-pengasuhnya. Kini mereka sudah bisa memberi tanda dengan bahasa badan jika mereka mau turun dari gendongan ataupun ingin minum. Bilamana Annette bertemu denganku, biasanya dia ingin mengajakku menemaninya berjalan. Jadi biasanya dia memberi tanda minta aku gendong dia dulu, baru setelah dalam gendonganku dia meronta minta diturunkan dari gendonganku. Setelah kedua kakinya yang mungil menyentuh lantai, langsung aja dia meraih jari jemari tangan kiriku dan menggenggamnya dengan sangat erat serta menyeretku untuk mengikuti kemanapun dia mau.

Sungguh lucu melihat rasa keingintauan mereka berkembang. Mulai dari belajar menekan-nekan remote control dari televisi sampai belajar membuka laci atau pintu kulkas sendiri. Laen dengan Annette, si Vivian lebih suka bermanja-manja ria dengan maminya. Maklumlah jikalau di mobil biasanya Annette lebih suka duduk dalam pangkuan sang mami sedangkan Vivian harus rela dijaga oleh pengasuhnya. Dari segi kegemaran makan, ternyata si Vivian yang bisa menirukan gaya mengunyah orang dewasa ternyata lebih suka ngemil ketimbang si Annette yang lebih suka makan besar sekaligus. Kuingat Vivian yang selalu tersenyum manis padaku setiap kali aku punya biskuit untuknya dan membiarkannya memilih dan mengambil satu dari tempatnya. Atau aku juga teringat sewaktu Vivian mengembalikan biskuit yang masi tersisa di tangannya ke dalam tanganku, sewaktu aku memberinya biskuit yang baru. Memang kehidupan mereka tidak selamanya dipenuhi dengan canda tawa saja, tapi juga terkadang ada duka diantaranya. Misalkan sewaktu Annette terjatuh dari ranjang sehingga mesti segera dilarikan ke dokter pagi-pagi sekali untuk diperiksa dan syukurlah tidak apa-apa. Dikala itu Vivian seakan bisa merasakan penderitaan sodara kembarnya, sehingga sewaktu aku meliatnya, Vivian memasang tampang sangat bersedih. Mungkin ya namanya sodara kembar, mereka jadi sehati dan sejiwa, jika yang satu sedih yang laen ikutan sedih.

Enam bulan kemudian, Annette dan Vivian ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Memang biasanya, dari pengalaman, anak-anak kecil itu harus sudah bisa berjalan sewaktu usia mereka mencapai delapan belas bulan. Jika tidak, mungkin aja ada tanda-tanda kelumpuhan. Bukan hanya berjalan, merekapun sudah mulai berani membuka mulutnya dan berkata-kata. Bahkan Annette sudah lebih suka meniru kata-kata orang disekitarnya. Misalkan sewaktu Annette diajak oleh mengambilkan minum untuk papinya oleh adekku Meli, “yuk kita ambilin papi minum“ dia juga bisa membalas kata-kata ajakan Meli itu dengan kata “yuk“ juga dan segera meraih gelas dan berjalan ke arah tempat air. Hobi mereka untuk meraih gagang telefon terkadang memang mengesankan dan masi berlanjut. Misal ada kejadian sewaktu Annette masi kugendong, dan aku menjawab telefon temanku, pasti lah dia berusaha untuk meraih telefonku dan ikutan mendengarkan, bahkan bisa menyahuti dengan kata-kata “halo“. Ya, semuanya mencerminkan pendidikan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Misalnya kita mengucapkan sepatah kata berulang-ulang didepannya dan dengan segera mereka pasti bisa menirukannya. Kuingat Annette yang memang sangat suka kugendong, mungkin juga karena aku gendut, jadi empuk dan hangat seperti kedua ortunya, hehehe... Ketika kugendong Annette pernah melafalkan kata-kata “tuyon“ yang sempat tak kumengerti, setelah aku bertanya pada pengasuhnya, ternyata kata tuyon itu artinya “turun“, alias dia minta diturunkan. Waktu kutanya “mau turun“ ternyata dia bisa menjawab “iya“. Memang senang sekali, melihat kita perlahan-lahan sudah bisa berkomunikasi dengan baek dengan anak-anak kecil seperti itu. Aku selalu terharu setiap kali Annette atau Vivian datang mengetok pintu kamarku ingin masuk dan memanggil-manggil namaku, ada semacam kebanggaan tersendiri karena masi diingat oleh mereka. Atau seperti sewaktu kami makan bersama, terus aku secara tidak sengaja memperhatikan Vivian yang datang mendekat (maklum dia sudah bisa berjalan sendiri) dan melihat makanan kami dan matanya mulai berbinar, dia berdiri disamping meja dengan sabar. Melihatnya saja akupun tau kalo dia ingin mencicipi. Langsung saja aku panggil maminya untuk mulai menyuapinya, karena kutau, bagi seorang ibu adalah suatu kebanggaan tersendiri untuk menyuapi anaknya makan, maka aku tidak ingin mengambil kebanggaan itu dari maminya. Setelah beberapa saat kemudian, aku melihat ada sisa nasi yang melekat dengan cueknya di sekitar mulutnya dan aku membersihkannya dengan sepucuk tissue kertas. Tapi akibatnya sungguh tidak kusangka: dia kemudian menolak untuk diberi makan lagi. Mungkinkah dia berpikir, jika mulutnya sudah dibersihkan, maka hendaknya dia tidak makan lagi karena dia sudah bersih?

Ketakutan akan kegelapan juga dialami oleh mereka, misal sewaktu Vivian yang didampingi oleh adekku Meli bermaen dengan saklar lampu di ruangan dimana Annette lagi diganti bajunya oleh maminya, ketika tiba-tiba ruangan itu menjadi gelap, kontan saja Annette memeluk maminya karena dia merasa bahwa didalam pelukan itulah dia merasa aman. Aku yang lagi memperhatikan semuanya itu dari ruangan sebelah, jadi tersenyum sendiri. Ya, moment seperti itu akan selalu membekas di benakku, karena aku memang sangat suka memperhatikan setiap kejadian disekelilingku.

Apa yang kupelajari dari ini semua? Betapa senangnya hatiku melihat Annette benar-benar mempercayaiku dengan memberi tanda minta kugendong dan kemudian minta diturunkan dan kemudian menyeretku kemanapun dia suka, pada waktu dia masih kecil. Dia mungkin sadar dan tau kalo aku ini kerabatnya dan tidak akan menyakitinya dan dia tau pasti aku mau menemaninya berpetualang keliling ruangan. Merasa dipercayai oleh seseorang, bahkan oleh anak kecil sekalipun, adalah suatu perasaan yang membanggakan. Apakah kita mau mempercayai orang laen dalam hidup kita semudah Annette mempercayaiku? Dengan mudahkah kita menggandeng seseorang untuk menemani kita berpetualang seperti yang dilakukan Annette?

Paling tidak aku sempat terharu, melihat Annette mau menunggu dengan sabar (walau dia bisa meronta dalam gendonganku seperti yang dia biasa lakukan sewaktu masi agak kecilan) sampai aku bisa mengerti maksudnya sewaktu dia mengatakan tuyon dan aku masih harus bertanya pada pengasuhnya apa arti tuyon tersebut. Apakah kita mempunyai kesabaran yang cukup untuk menunggu hingga orang yang bersangkutan mengerti apa maksud kita, seperti Annette dengan sabar menungguku?

Apakah kita bisa mengekspresikan rasa terima kasih kita dengan tersenyum manis bila kita diberi sesuatu oleh orang laen, seperti Vivian ketika diberi biskuit? Pernahkah kita ikut bersedih sewaktu orang yang kita sayangi lagi bersedih hati seperti Vivian bersedih dikala Annette lagi sakit? Taukah kita jika teman kita lagi bersedih hanya dengan memperhatikan mimik mukanya?

Mungkin aja ada lebih banyak hal lagi yang bisa kita pelajari dari tingkah laku anak-anak kecil di sekeliling kita. Tapi apapun itu, aku menulis cerita ini sebagai kenangan indah akan kedua keponakanku Annette dan Vivian yang membuat hidupku di Surabaya ini menjadi sangat bervariasi...

Mungkin semua yang telah membaca tulisan-tulisanku selama ini sadar kalo aku selalu berusaha untuk mengaitkan isi cerita dengan lirik tembang yang kudengarkan dikala aku menulis cerita ini. Tapi apa hubungannya lirik tembang Every Breath You Take dari Sting/The Police ini dengan kisah kedua ponakan kembarku ya? Sangat sedikit. Satu-satunya hubungan adalah kalo aku suka dengan lagu ini dan aku mendengarkannya sewaktu menyalin kisah-kisah ini kembali dari ingatan dan kenanganku yang indah. Grup The Police mungkin tidak terlalu banyak dikenal orang jaman sekarang, mungkin juga akan ada yang masi ingat kalo tembang ini juga dinyanyikan di cover version nya oleh Puff Daddy di era taon 1990an. Lumayan sederhana sih baek dari teks maupun melodinya, tapi satu dua oktav ini ternyata cukup untuk membawa tembang ini ngetop di eranya…

Every Breath You Take (tiap nafas yang kau ambil)

Every breath you take (tiap nafas yang kau ambil)
Every move you make (tiap langkah yang kau buat)
Every bond you break (tiap ikatan yang kau putuskan)
Every step you take (tiap jejak yang kau ambil)
I'll be watching you (aku akan memperhatikanmu)

Every single day (setiap harinya)
Every word you say (setiap kata yang kau katakan)
Every game you play (setiap permaenan yang lakukan)
Every night you stay (setiap malam dimana kau tinggal)
I'll be watching you (aku akan memperhatikanmu)

O can't you see (O, tidakkah kau melihat)
You belong to me (kamu adalah bagianku)
How my poor heart aches with every step you take (betapa hati malangku sedih jika kau melangkah)

Every move you make (tiap langkah yang kau buat)
Every vow you break (tiap janji yang kau ingkari)
Every smile you fake (setiap senyuman yang kau palsukan)
Every claim you stake (setiap tuntutan yang kau pertaruhkan)
I'll be watching you (aku akan memperhatikanmu)

Since you've gone I’ve been lost without a trace (sejak kau pergi, akupun hilang tanpa jejak)
I dream at night I can only see your face (aku bermimpi suatu malam aku hanya mampu melihat wajahmu)
I look around but it's you I can't replace (aku melihat sekeliling, tapi aku tak dapat menemukan gantimu)
I keep crying, baby, please (aku menangis, sayangku)

Every move you make (tiap langkah yang kau buat)
Every vow you break (tiap janji yang kau ingkari)
Every smile you fake (setiap senyuman yang kau palsukan)
Every claim you stake (setiap tuntutan yang kau pertaruhkan)

I'll be watching you (aku akan memperhatikanmu)

Aku Bukan Orang Sempurna

Mood : ceria
Cuaca: cerah
Snack : perment Hexos mint
Song : The Reason dari Hoobastank
Genre : Slow Rock
Tanggal : 10 Mei 2007

Dedikasi : Alicia, adek angkatku di Manado

Bahagia adalah pencapaian kesejahteraan pikiran pada tiap kondisi dan situasi. Bukan berarti tanpa masalah tapi yakinlah bahwa Tuhan pegang kendali akan semuanya. Ayub 19:25-27

Mungkin aja bagi banyak orang yang kenal aku, mereka tidak tau atau tidak menyangka kalo tipe orang seperti aku akan bisa menyukai lagu-lagu yang sifatnya slow rock atau yang beraliran dance sekalian. Ya tapi memang ada masanya aku suka lagu-lagu yang mengarah keras seperti lagu-lagu disko. Dunia ini terasa indah bila kita bisa menikmati banyak jenis lagu. Tak bisa kubayangkan aku harus hidup di jaman dulu, dimana musik tidak terlalu banyak dikenal seperti jaman sekarang. Ada harmonizer, ada synthiziser, ada begitu banyak melodi yang sudah diprogram dalam instrument-instrument musik modern atau bahkan ada juga banyak software-software computer yang mengkhususkan diri untuk sound manipulation. Begitu banyak kemungkinan untuk bermaen musik, tapi bagiku yang terpenting masih suara vokal penyanyinya baek yang leading vocal maupun yang ada di background vocal nya. Makanya sebenarnya aku lebih menyukai musik dengan irama jazz dimana kualitas suara penyanyi dan tarikan nafasnya masih terasa. Aku yakin akan ada lebih banyak orang bisa menyanyikan lagu-lagu dengan jenis rock yang keras atau juga dikenal sebagai garage musics (musik garasi) dan lagu-lagu slow ketimbang lagu-lagu jazz. Karenanya penyanyi seperti Nat King Cole, Billy Holiday dan Frank Sinatra mempunyai banyak fans, bahkan setelah mereka tiada.

Tapi apakah inti dari mendengarkan musik? Melodinya atau isi dari lagu yang ingin disampaikannya? Aku sih benernya lebih memilih isi dari liriknya, karena kadang dari sana kita bisa belajar untuk mengerti karakter dan suasana hati sang penyanyi (sejauh dia bisa menjiwainya) atau lebih tepatnya pengarang liriknya. Tapi apapun pilihannya, tidaklah penting, tapi yang terpenting adalah bahwa dengan mendengar musik kita menjadi hepi. Aku tidak mau mengulas lagi lebih jauh musik seperti apa yang membuat kita jadi hepi, karena dengan musik bernada melow sekalipun juga hati kita bisa menjadi hepi.

Apakah penting menjadi hepi, jawabnya sangat penting, karena dengan bersuasana hati riang gembira kita akan bisa meliat kehidupan ini dari sudut pandang yang laen dan mata kita akan memancarkan sinar penuh kegembiraan dari luar dan dari dalam. Aku teringat pada adek angkatku Alicia yang ada di Manado. Dia pernah bilang, dia sudah merasa hepi hidup seperti sekarang ini, maka akan sulit sekali baginya untuk memilih teman hidupnya. Mungkin bole kusimpulkan (walau dengan salah) karena dia sudah merasa hepi maka dia tidak butuh orang laen yang bisa membuatnya hepi? Benarkah demikian? Aku ingat pada temanku, Yuliana, yang pernah berkata

Bila masi ada orang yang bisa membuat hati kita bahagia atau menderita, itu tandanya saklar kebahagiaan kita masi dipegang orang laen. Seorang master memegang saklarnya sendiri…Tetapi rumah manapun pasti jadi rumah kebahagiaan, bila dibangun di atas cinta, persahabatan dan sikap saling mengasihi...Sedangkan kebahagiaan sendiri adalah apa yang terjadi di dalam diri kita ketika kita membuat orang laen menjadi bahagia...

Jadi bole di kata, temanku Alicia ini adalah seorang master yang memegang saklarnya sendiri, dia merasa tidak butuh orang laen untuk membuatnya bahagia, tapi benarkah dia bahagia? Mungkin juga iya, napa tidak. Tidakkah pada akhirnya dia merasa membutuhkan orang laen yang mendampinginya di hari tuanya? Mungkin iya dan mungkin juga tidak. Kurasa yang tau jawaban selengkapnya ya Alicia ini sendiri.

Aku bole aja menyimpulkan semuanya sendiri. Tapi aku yakin seperti kata Yuliana, kalo rumah kebahagiaan itu adalah rumah yang dibangun di atas cinta, persahabatan dan sikap saling mengasihi. Ya ketiga faktor ini harus ada, cinta, persahabatan dan kasih. Tanpa cinta, hidup kita terasa hampa dan tanpa persahabatan, hidup kita akan terasa sepi dan tanpa kasih, hidup kita terasa hambar bagaikan sop tanpa garam, merica dan sayur mayurnya. Hmmm...kok aku jadi laper ya, kalo ngomongin sop gini?

Memang ada banyak jalan untuk menjadi bahagia, tapi mungkin secara singkat aku bisa mengulasnya dengan bantuan petikan dari sebuah email yang kuterima dari adek angkatku Cecilia a.k.a. Rong-Rong yang juga teman baek dari Alicia yang berbunyi

Setiap hari adalah hadiah, dan selama mataku terbuka, aku akan memusatkan perhatian pada hari yang baru dan semua kenangan indah dan bahagia yang pernah kualami dan kusimpan. Hanya untuk kali ini dalam hidupku. Umur yang sudah tua adalah seperti simpanan dibank. Kita akan mengambil dari yang telah kita simpan. Jadi, nasehatku padamu adalah untuk menyimpan sebanyak-banyaknya kebahagiaan di bank kenangan kita. Terima kasih padamu yang telah mengisi bank kenanganku. Aku sedang menyimpannya. Ingat-ingatlah lima aturan sederhana untuk menjadi bahagia: 1. Bebaskan hatimu dari rasa benci, 2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran, 3. Hiduplah dengan sederhana, 4. Berikan lebih banyak, 5. Jangan terlalu banyak mengharap.

Berdasar dari kelima points itu aku ingin mengulasnya lebih jauh sesuai dengan pemikiranku sebagai berikut dan pada akhirnya akan menambahkan point ke enam yang berbunyi 6. Belajarlah menerima apa adanya

Ad 1. Bebaskan hatimu dari rasa benci.
Rasa benci kadang memblokir feeling kita untuk jadi hepi, bahkan terhadap musuh kita, kita tidak bole membencinya tapi bahkan kita harus mencintainya. Aneh? Tidak, kita harus berterima kasih pada mereka kita karena dari mereka kita bisa belajar mengintrospeksi diri kita.

Disamping penggemar tembang-tembang dengan lirik yang apik, bole dibilang aku ini adalah penggemar movies. Seperti cerita gangster trilogi Godfather (kalo gak salah dibuatin movienya di tahun 1972,1973 dan 1994 (20 taon kemudian)) cerita mafia yang diangkat dari novel-novel karya Mario Puzzi, buku aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahan bukunya pernah kutemukan di Gramedia Surabaya Plaza. Ada pendapat yg menarik juga, disitu dikatakan, jangan sekali-sekali kamu membenci musuh-musuhmu, karena perasaan benci itu akan mengurangi kemampuan analisis kamu dan mempengaruhi kemampuanmu dalam mengambil keputusan. Dalam bagian pertama dalam movie itu diceritakan Sonny, salah satu anak Vito Corleone (si bos mafia) dibunuh oleh gangster lawannya, tapi Vito tidak ambil hati. Dengan tenang dia adakan konferensi mafia seluruh Amerika utara dan malah menawarkan gencatan senjata dan kerjasama dengan lawan-lawannya. Alhasil dia ditegur Pedro, anaknya yg lain yg tidak terima dan ingin membalas dendam. Tapi Vito yg bijak malah minta anaknya itu untuk mau lebih bersabar dan tidak mencampurkan perasaan pribadi (dalam hal ini kebencian yang memuncak, karena sodaranya ditembak dengan keji di jalan tol) dengan masalah bisnis narkotikanya.

Mungkin kesabaran dan kasih akan membantu kita untuk belajar tidak membenci dan kita akan menemukan kedamaian dalam hati kita. Andai kita bisa mengubah rasa benci jadi cinta, mungkin idup kita lebih berarti lagi..bagi kita sendiri maupun bagi orang lain. Aku jadi ingat apa kata Sidharta Gautama tentang ini.

Hendaknyalah dengan sabar kita mau menerima kalau sesama kita menghina dan menyakiti hati kita. Biarlah kita tidak terpengaruh untuk membalas menyakiti hati mereka. Kalau ada yang mengancam atau memaki kita atau bahkan memfitnah kita dengan keji, hendaknya kita mau menerima semuanya sebagai cobaan hidup dengan lapang dada.

Ad 2. Bebaskan pikiranmu dari segala kekuatiran.
Kekuatiran akan membuat kita tidak gembira, ini jelas karena sebenarnya kita semua juga pasti dah pernah mengalami kekuatiran dalam hidup kita. Kita belum merasakan apa itu arti hidup jika kita belum pernah kuatir. Ada tertulis seperti burung-burung itu yg tidak pusing besok makan apa, karena makanan untuk mereka akan disediakan, bukankah kita manusia lebih berharga dari burung-burung itu? Orang kaya tidurnya tidak nyenyak karena selalu takut uangnya dicuri orang (seperti paman Gober Bebek) tapi orang miskin (seperti Donal Bebek) tidak, kerena memang kere, hehehe...

Ad 3. Hiduplah dengan sederhana
Kenapa kita harus pusing dengan segala ketamakan di dunia ini selama kita sadar bahwa semua itu hanya pinjaman aja oleh Sang Pencipta untuk kita miliki sekejab saja. Bole jadi kita punya rumah mewah, kena banjir seperti di Jakarta, apalah artinya? Bole jadi kita punya mobil mewah, tabrakan, apa artinya ? Jadi kita harus tetap ingat kalo semua itu cuma dipinjami olehNya. Satu-satunya yg tidak bisa diambil dari kita oleh siapapun, cuma pengetauan (termasuk kebijakan). Ingatlah bahkan raja yg kaya rayapun, punya banyak rumah dan kamar cuma bisa tidur diatas satu ranjang, makan sepiring (atau dua) untuk mengenyangkan perutnya seperti orang-orang yg lain, tapi siapa yg hidup secara sederhana dan tidak bersikap tamak akan mendapatkan hadiah yg terbesar yaitu „kebahagiaan dari dalam“. Hidup dalam kesederhanaan akan membawa kita ketenangan batin dan ketenangan batin adalah syarat utama untuk mencapai kebahagiaan.

Hmm...jadi gimana donk? Gampang aja, jadilah sederhana dan berfikirlah secara sederhana. Wah aku jadi ingat movie The Silence of the Lambs dimana si psikopat Hanibal kasi clue ke FBI Agent Starling, simplicity katanya. Agent Starling harus mencoba berfikir simple dalam usahanya mencari si pembunuh yg hobinya menguliti wanita2 itu. Hehehe…

Ad 4. Berikan lebih banyak
Semakin kaya kitanya (bukan hanya kaya dalam hal materi/uang tapi juga kebijakan) hendaknyalah kita semakin banyak memberi, sebagai wujud terima kasi atas talenta kita dan semua rejeki yg kita dapatkan dariNya. Dengan semakin banyak memberi kita akan merasa lebih hepi karena kita sadar kalo kita telah memberikan sebagian dari pemberianNya kepada sesama kita. Jadi berilah dengan ikhlas. Tapi ada peribahasa China yg meminta kita untuk mikir lebih lanjut lagi, janganlah kamu memberikan lebih banyak daripada yg kamu bisa beri, karena biar bagaimanapun juga keidupanmulah yg terpenting. Yang Maha Kuasa memberikan semuanya padamu karena Dia tau kamu membutuhkannya, kamu bole berbagi tapi harus tetap ingat kalo kamu mempunyai/mendapatkannya karena kamu memerlukannya.

Ad 5. Jangan terlalu banyak mengharap
Ada peribahasa Jerman (maklum aku lama tinggal disana sih, hehehe) yg berkata, semakin banyak kita berharap semakin besar penderitaan kita nantinya andai pengharapan kita tidak terkabul. Raisa Gorbachova, istri Michael Gorbachov, mantan ketua partai komunis Uni Sowyet dan presiden Uni Sowyet yg terakhir, pernah mengatakan kalo hendaknya pengharapan itu harus sebagai yg terakhir yg mati, karena orang yg tidak punya pengharapan adalah orang yg tidak tertolong lagi dalam kehidupan ini. Ketuklah maka kamu akan dibukakan pintu, carilah maka kamu akan menemukannya.

Ada film anekdot yang dibintangi oleh Jim Carey yang titelnya Bruce Almighty, dimana diceritakan Jim Carey tidak puas karena doa permintaannya tidak penah dikabulkan dan akhirnya dia bole merasakan berada diposisi Yang Maha Kuasa yg diribetin dengan permintaan dari banyak orang. Sewaktu Jim Carey pusing dan memutuskan untuk mengabulkan semua permintaan orang-orang itu, ternyata dunia menjadi kacau.

Jadi kita harus ingat, andai permintaan dan pengharapan kita belum/tidak terkabulkan, maka kita harus sabar menunggu dan mengintrospeksi diri dan memikirkan apa permintaan kita keterlaluan atau malah merugikan orang lain. Dengan gaya idup seperti ini kita akan idup dengan lebih pasrah dan akhirnya kita akan hepi karena kita mau bersikap “menerima“ . Kita bole berharap, tapi jangan berharap yg muluk2 dan kita harus belajar bersabar dalam penantian, karena kita tau kesabaran adalah semuanya.

Jadi lebih baik kita pasrah ama keadaan dan berharap sedikit, supaya kita sendiri tidak kecewa nantinya, andai harapan kita tidak jadi kenyataan.Tidak kecewa artinya kita bahagia karena semua harapan mini kita jadi nyata...

Ad 6. Belajarlah menerima apa adanya
Hendaknya kita harus berusaha untuk selalu memaafkan kesalahan sesama kita, karena tidak ada seorangpun yg sempurna dalam idup ini. Aku jadi ingat akan cerita tentang seorang wanita yang tertangkap sedang berzinah dan akan dilempari batu. Waktu diberitau barang siapa merasa dirinya tidak pernah bersalah dalam seumur hidupnya, maka dia bole menajdi pelempar batu yang pertama dan aku ingat kalo pada akhirnya tidak ada satupun batu yang melayang.

Hidup berteman itu selalu kugambarkan seperti dua orang yang berjalan di tepi pantai, semakin erat hubungan itu, maka makin dekatlah jarak kedua orang itu. Maka tidak mengherankan kalau suatu saat mereka berdua bisa bersenggolan, ini yang disebut dengan konflik. Semakin sering kita berkonflikria dengannya, maka makin pandai kita menghindari konflik dengannya, karena kita sudah tau seluk beluk kelemahan kedua belah pihak. Mungkin secara tidak sengaja kita sadar, jika semakin lama kita kenal seseorang maka makin jarang pula kita bertengkar dengannya. Jadi kalo kita tidak benci seseorang, tapi menerima apa adanya, maka kita tidak akan kepikiran tentang orang itu (dan belon tentu dia mikiri/peduli kita, tol?bentol…) dan kita bisa hidup dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan…

Guru Kimiaku dulu di SMAK Frateran, bu Petty, pernah bilang, janganlah murid mencari bocoran soal ujian, tapi kalo ada yang nawarkan, janganlah menolak. Hahaha…Jadi terima aja apa-apa aja yang ditawarkan nasib ini pada kita, karena dengan menganggap itu adalah pemberian dari Yang Di Atas kita akan bisa hidup dengan lebih senang dan bahagia...

Oke deh, pasti dah bocen baca karanganku yang panjang lebar itu diatas, kita dengerin lagu keren aja. Hmmm...Lagi-lagi lagu slow rock, ini khan lagu anak-anak muda, pasti banyak orang yang bilang begitu, tapi percayalah lagu The Reason dari Hoobastank ini memang rada nge-rock dikit tapi kata-katanya itu lumayan bagus lho, simak aja lirik dan terjemahannya dibawah ini..

Untuk Alicia, adek angkatku di Manado, kuharap kamu telah menemukan kebahagiaanmu pribadi dan akhirnya bisa melangkah berdua menuju kebahagiaan yang sempurna, walaupun kita sadar kita bukan orang yang sempurna...

The Reason (Alasan)

I'm not a perfect person (Aku bukan orang yang sempurna)
There's many things I wish I didn't do (Aku harap banyak hal yang tidak kulakukan)
But I continue learning (tapi aku tetap belajar)
I never meant to do those things to you (Aku tidak bermaksud melakukannya)

And so I have to say before I go (Maka aku mesti ngaku sebelon aku pergi)
That I just want you to know (aku hanya ingin kamu tau)
I've found out a reason for me (aku telah menemukan alasan untukku)
To change who I used to be (untuk mengubah diriku)
A reason to start over new (sebuah alasan untuk memulai baru)
and the reason is you (dan alasannya itu kamu)

I'm sorry that I hurt you (maafkan aku karena aku telah melukaimu)
It's something I must live with everyday (itu sesuatu yang harus kujalani setiap hari)
And all the pain I put you through (dan semua penderitaan yang kusebabkan)
I wish that I could take it all away (kuharap aku bisa menyembuhkannya)

And be the one who catches all your tears (dan menjadi seseorang yang menghapus air matamu)
That's why I need you to hear (itulah kenapa aku ingin kamu mendengar)
I've found out the reason for me (aku telah menemukan alasan untukku)
To change who I used to be (untuk mengubah diriku)

A reason to start over new (alasan untuk memulai dari awal lagi)
and the reason is you (dan alasan itu adalah kamu)
and the reason is you (dan alasan itu adalah kamu)
and the reason is you (dan alasan itu adalah kamu)
and the reason is you (dan alasan itu adalah kamu)

I'm not a perfect person (Aku bukan orang yang sempurna)
I never meant to do those things to you (Aku tidak bermaksud melakukannya padamu)
And so I have to say before I go (Maka aku mesti ngaku sebelon aku pergi)
That I just want you to know (aku hanya ingin kamu tau)

I've found out a reason for me (aku telah menemukan alasan untukku)
To change who I used to be (untuk mengubah diriku)
A reason to start over new (alasan untuk memulai dari awal lagi)
and the reason is you (dan alasan itu adalah kamu)

I've found a reason to show (aku telah menemukan alasan untuk kupamerkan)
a side from me you get to know (bagian dariku yang kamu harus tau)
a reason for all that I do (sebuah alasan untuk semua perilakuku)
and the reason is you (dan alasan itu adalah kamu)

Jangan Menyerah dan Kau Bangkitkan Aku

Mood : Melow
Cuaca: Mendung
Snack : Permen Blaster Belang
Songs : Don't Give Up dari Peter Gabriel dan You Raise Me Up dari Josh Groban
Genre : Slow/religius
Tanggal : 9 Mei 2007 kuterjemahkan dari blog bahasa inggrisku dan direvisi lagi

Dedikasi : Cecilia a.k.a. Rong-Rong, adek angkatku di Surabaya

Menyambung tulisan-tulisanku yang sebelonnya, harus kuakui aku ini penggemar musik. Ada banyak jenis musik yang kusuka, tapi benernya yang terpenting itu bagiku makna dari teksnya (lirik nya). Melodi jelas penting, karena melodi itu yang pertama didengar orang, apalagi kalo kata-katanya sulit didengar atau tidak terdengar karena kosa kata kita sangat terbatas. Tapi bagiku, walaupun melodi suatu lagu itu bagus tapi kalo maknanya tidak terlalu dalam akupun tidak terlalu suka. Misal lagu You Raise Me Up (kau bangkitkan aku) dari Josh Groban, yang liriknya kukutip ada dibawah ini, bisa diartikan sebagai lagu religius, walau bagiku lebih mengarah lagu melow. Suka-suka oranglah mau menilai bagaimana…

when I am down and all my soul so weary. (dikala aku letih dan jiwaku lelah)
when troubles come and my heart burnt deep (jika banyak masalah datang dan hatiku sangat terluka)
when I am still and wait here in the silence (sewaktu aku tenang dan menunggu sambil membisu)
until you come and sit awhile with me (sampai kamu mendekat dan duduk sejenak bersamaku)

you raise me up so I can stand on mountain (kau bangkitkan aku sehingga aku bisa berdiri di atas bukit)
you raise me up to walk on the stormy seas (kau bangkitkan aku untuk mengarungi lautan berombak)
I am strong when I am on your shoulders (aku menjadi kuat sewaktu aku bersandar di pundakmu)
you raise me up to more than I can be (kau bangkitkan aku menjadi lebih dari yang aku bisa)

Memang bila kita simak melodinya yang cuma satu dua oktav itu, lagu itu bisa membuat kita jadi ikutan melow, apalagi dengan latar belakang koor nya (background choir) yang didesign untuk dinyanyikan dua oktav lebih tinggi dari penyanyinya (leading vocal). Jaman sekarang memang jaman susah, tapi dengan mendengarkan lagu-lagu melow gitu kita mungkin malah tidak bisa bangkit dari kesedihan kita. Tapi mungkin juga aku salah. Dari analisaku, kebanyakan cewe yang suka lagu You Raise Me Up ini, mungkin juga karena mereka lebih suka menyendiri jikalau mereka susah atau curhat ke salah satu teman terdekatnya. Kenyataan ini bisa diperhatikan juga dari kesinggularan penolong (rescuer/helper) dari lirik lagu itu. Kata yang digunakan adalah YOU (kamu), jadi cuma satu orang saja yang diharapkan untuk jadi tempat curhat saat itu juga. Tapi mungkin juga ini bentuk suatu kepasrahan pada Sang Pencipta? Tiap orang bole mengartikannya sendiri-sendiri khan?

Tapi aku juga tau kalo cowo biasanya lebih suka lagu melow yang berkarakter lain. Misal lagu lama Don’t Give Up (Janganlah Menyerah) dari Peter Gabriel yang liriknya kuterjemahin dibawah ini. Disini ditegaskan tentang kejamakan karakter penolong jiwanya yang diharapkan. Di situ digunakan kata WE (kami atau kita). Memang pada dasarnya cowo lebih suka bersedih secara kolektiv, dia ingin semua teman-teman terdekatnya tau dia lagi susah. Maka dari itu biasanya cowo itu menghabiskan waktu untuk kumpul-kumpul dengan teman-temannya se ”gang” nya (segerombolannya) untuk menghapus rasa dukanya.

Sebelon aku diprotes keras, harus kujelaskan dulu, kalo aku sadar kalo tidak semua yang berkelahiran setelah taon 1980an bisa kenal ini lagu yang de facto (nyata-nyata) ditulis beberapa puluh taon silam itu. Tapi sejak awal taon 2000an ada satu grup musik modern Gregorian Masters of Chants yang menyanyikannya lagi dengan melodi ala Gregorian (melodi syahdu ala gereja). Beberapa waktu lalu, pemirsa setia TVRI di Indonesia bole jadi telah dihibur oleh tayangan show mereka yang dibuat di Chile (Amerika Latin) awal abad ini. Sewaktu mereka yang sebenarnya sepuluh biarawan dari Inggris berpakaian jubah biarawan yang megah berwarna ungu dan merah menyala sambil menyilangkan tangan di depan dada dan menyenandungkan lagu-lagu dari album mereka dengan melodi Gregorian yang sangat megah itu di depan kathedral tua di kota-kota di Chile. Betul-betul show yang harus diliat setiap insan yang mengagumi karya para leluhur yang berprofesi sebagai arsitek dan tukang batu atau didengar oleh pencinta musik-musik beraliran gereja atau hanya mau mengingat lagi lagu-lagu lama yang telah dihidupkan lagi dengan laen melodi…

Aku ingat, sepanjang hidupku ini, ada banyak orang datang mencari aku hanya untuk cerita masalahnya seperti permasalahan dengan kuliahnya, permasalahan dengan kehidupannya, masalah keuangan, permasalahan jodo, pertengkaran dengan partner dan lain-lain. Sering kali pula aku liat temanku yang tanpa malu-malu menangis di hadapanku sampai yang bersangkutan tenang dengan sendirinya. Percayalah, banyak orang yang kemudian sadar, kalo mereka sedih hanya pada saat itu juga, karena waktu akan menyembuhkan…

Tidak peduli seperti apa tipenya kita, andai kita lagi sedih atau melow atau kuatir atau apapun alasannya, bole-bole aja kita pilih cara kita sendiri untuk bersedih, menangis, teriak, dengar lagu-lagu melow, tapi mungkin lebih baik kita tidak terus menerus berada dalam kesedihan. Kadang harus ada waktu untuk bersedih dan ada waktu untuk bergembira. Ratna, teman baikku yang juga teman dari mantanku, Emylia, sering mengingatkanku akan pesan-pesan kristiani yang mungkin menarik untuk diingat, biarlah kerisauan hari ini cukup untuk satu hari aja, dan jadikan hari esokmu adalah hari yang indah, walau kita tau hari esok akan membawa kekuatirannya sendiri. Juga sewaktu aku dulu masih duduk di SMAK Frateran di Surabaya, beberapa taon silam, ada pedoman idup yang selalu ditanamkan pada siswa siswinya, jadikan hari ini lebih baek dari hari kemarin dan jadikan hari esok lebih baik dari hari ini.

Bahkan ada tertulis, seperti burung2 itu yang tidak pusing besok pagi akan makan apa, makanan telah disediakan untuk mereka, bukankah kita manusia lebih berharga dari burung2 itu? Jadi janganlah kuatir dan bersedih, tapi percayalah karena kita pasti akan dilindungi. Otak kita kecil, jadi tidak sempat memikirkan semuanya. Sebanding dengan computer, otak kita adalah processor nya, walau super cepat tapi tetap aja andai terbebani hal2 yang tidak penting, akan jadi lemot (lemah otak) juga.

Ada tertulis juga ditempat lain dan di buku laen, memang berlawanan kehidupan manusia di bumi ini, ada yang lagi bersenang hati ada yang lagi bersedih hati.Tapi tidak ada yang hanya kebagian untuk bersukaria dan tidak ada yang hanya kebagian penderitaan, karena setiap dari kita akan bisa atau pernah mengalami keduanya.

Sebagai penutup, aku mau cerita aku pernah liat ada kuil Buddha di Tibet dengan lambang roda raksasa diatasnya, para biarawan di sana percaya roda itu menggambarkan roda kehidupan kita, yang kadang bisa dibawah dan kadang bisa berada diatas. Karena roda itu terus berputar. Hanya saja kecepatan putarnya berbeda2 untuk setiap dari kita, ada yang lambat ada yang cepat, tapi roda itu tidak pernah berhenti…kita bole jadi berada dibawah hari ini tapi besok kita mungkin bisa berada di atas. Jadi merasa melow kadang memang perlu, tapi tidak bisa selamanya. Aku harap setiap orang bisa punya kesempatan untuk menikmati lagu Peter Gabriel ini bersamaku dan percayalah kalo tomorrow will be better...and time heals everything…

Don't Give Up (Jangan menyerah)

In this proud land we grew up strong (Di tanah ini kita tumbuh berkembang)
we were wanted all along (selamanya kita dibutuhkan)
I was taught to fight, taught to win (aku diajarin untuk berjuang, untuk menang)
I never thought I could fail (tak pernah kuberfikir aku mungkin kalah)

no fight left or so it seems (sepertinya tiada perjuangan yang tertinggal)
I am a man whose dreams have all deserted (Aku lelaki yang telah meninggalkan semua mimpi-mimpiku)
I've changed my face, I've changed my name (aku ubah wajahku, aku ubah namaku)
but no one wants you when you lose (tapi tak seorangmu menginginkanku kalo kamu kalah)

don't give up (jangan menyerah)
'cos you have friends (karena kamu punya teman)
don't give up (jangan menyerah)
you're not beaten yet (kamu belum terkalahkan)
don't give up (jangan menyerah)
I know you can make it good (Aku tau kamu bisa melakukannya dengan baik)

though I saw it all around (walaupun aku telah mengawasi sekelilingku)
never thought I could be affected (tak terpikirkan aku bisa dipengaruhi)
thought that we'd be the last to go (kupikir kita yang terakhir yang pergi)
it is so strange the way things turn (aneh bila jalan berubah arah)

drove the night toward my home (pulang kerumahku)
the place that I was born, on the lakeside (tempat dimana aku dilahirkan di tepi telaga)
as daylight broke, I saw the earth (waktu fajar menyingsing, aku melihat bumi)
the trees had burned down to the ground (pohon-pohon yang terbakar hagis)
don't give up (jangan menyerah)
you still have us (kamu masih punya kami)
don't give up (jangan menyerah)
we don't need much of anything (kita tidak butuh semua yang berlebihan)
don't give up (jangan menyerah)
'cause somewhere there's a place (karena akan ada suatu tempat)
where we belong (dimana kita jadi bagiannya)

rest your head (bersantailah)
you worry too much (kamu terlalu banyak kuatir)
it's going to be alright (semuanya akan menjadi lebih baik)
when times get rough (di waktu-waktu susah)
you can fall back on us (kamu bisa kembali pada kami)
don't give up (jangan menyerah)
please don't give up (tolong jangan menyerah)

'got to walk out of here (siap untuk angkat kaki dari sini)
I can't take anymore (aku tidak bisa membawa apa-apa)
going to stand on that bridge (berdiri di atas jembatan)
keep my eyes down below (memandang ke bawah sana)
whatever may come (apapun yang mungkin terjadi)
and whatever may go (apapun yang mungkin lenyap)
that river's flowing (air sungai itu tetap mengalir)
that river's flowing (air sungai itu tetap mengalir)

moved on to another town (pindah ke kota lain)
tried hard to settle down (coba untuk menetap)
for every job, so many men (untuk bekerja dan begitu banyak orang)
so many men no-one needs (begitu banyak orang yang tidak dibutuhkan)

don't give up (jangan menyerah)
'cause you have friends (karena kamu punya teman)
don't give up (jangan menyerah)
you're not the only one (kamu tidak sendiri)
don't give up (jangan menyerah)
no reason to be ashamed (tiada alasan untuk malu)
don't give up (jangan menyerah)
you still have us (kamu masih punya kami)
don't give up now (jangan menyerah)
we're proud of who you are (kami bangga padamu)
don't give up (jangan menyerah)
you know it's never been easy (kamu tau itu tidak mudah)
don't give up (jangan menyerah)
'cause I believe there's the a place (karena aku yakin ada satu tempat)

there's a place where we belong (dimana kita menjadi bagiannya)

Aku Mendampingimu

Mood : Puas karena kekenyangan
Cuaca: Cerah
Snack : Tergiur melihat Rice Snack tapi apabole buat lagi diet
Song : I’ll Stand By You dari Carrie Underwood
Genre : Easy Listening
Tanggal : 8 Mei 2007 kuterjemahkan dari blog bahasa inggrisku dan direvisi lagi

Dedikasi : Yuen Ling di Singapore

Suatu hari beberapa taon silam, aku terbangun di pagi hari dan dengan tidak sengaja mendengar lagu yang berjudul I’ll Stand By You yang juga dinyanyikan oleh Carrie Underwood di radio, waktu itu aku masih menetap di Jerman. Memang kebiasaanku disana untuk mendengarkan radio setelah bangun pagi. Banyak orang yang tidak tau kalo bangun pagi dengan bantuan musik akan membuat otak kita menjadi lebih cepat bangkit dari posisi standby ke posisi seratus persen siaga. Sejak saat itu lagu ini menjadi salah satu lagu favoritku dan aku tentu saja memiliki lyric maupun lagunya, karena memang kata-kata dan maknanya sangat bagus, karena walaupun penulis lirik lagu ini mungkin bermaksud untuk menulis lagu percintaan, tapi kita bisa mengartikannya juga untuk hal yang bersifat kemanusiaan. Lebih menariknya lagi, akhir-akhir ini aku dengar lagu ini diputar waktu penayangan American Idol di taon 2007 ini, terutama untuk menghibur sewaktu ada finalis yang dipulangkan oleh hasil pemungutan suara.

Biarlah aku tulis liriknya di bawah sini, siapa tau ada yang belon pernah mendengar lagu ini sebelonnya, sehingga bisa ikutan membaca dan mengerti maksudnya atau malah mungkin bersedia mengubah cara pikirnya seperti yang telah aku lakukan. Seingatku sih dulu di serial TV Dawson Creek, tapi kutau juga tidak semua orang pernah atau suka nonton serial drama seperti itu dan aku tidak tau apakah serial TV itu pernah ditayangkan di Indonesia, maklumlah aku baru menginjakkan kakiku lagi di bumi Indonesia ini sejak 19 bulan silam. Sebelonnya aku tinggal di Eropa selama belasan taon.

Lagu itu dimulai dengan kata-kata “Oh, mengapa kamu keliatan sedih? Air mata ada di matamu. Ayo, datanglah padaku“. Tentu saja kita pernah meliat orang yang sedang bersedih hati di sekeliling kita, seperti orang-orang dalam kesulitan, orang-orang yang merasa sudah tidak mampu lagi menahan cobaan hidupnya, orang-orang yang kehilangan harapannya atau malah orang-orang yang telah kehilangan segala sesuatunya seperti setelah tertimpa bencana gempa, tsunami, bahkan setelah kejadian kecelakaan jalan raya biasa.

Pernahkah kita peduli pada mereka? Cukup datang mendekat dan mengekspresikan simpati kita dengan kata-kata seperti itu? Tidak, kemungkinan tidak. Terutama kalo kita tidak kenal orang yang bersangkutan. Mungkin juga karena kita tau setiap dari kita pasti punya masalahnya sendiri-sendiri, andai kita tidak kenal, untuk apa kita membantu mereka? Bukannya setiap orang bermasalah? Haruskah demikian? Tapi andai teman dekat kita yang bermasalah, pernahkah kita berkata padanya “Janganlah malu untuk menangis, biar aku mengerti dan membantumu karena aku juga telah melihat sisi gelap juga”. Hmm…mungkin lebih baik aku tidak berkomentar lebih banyak lagi disini…

Aku sendiripun juga pernah satu kali dalam hidupku melihat seorang cewek Jerman yang lagi menangis sendirian di lorong penyeberangan bawah tanah yang sepi di kotaku. Hatiku sempat bimbang waktu itu, haruskah aku mendekat padanya dan sekedar tanya apa aku bisa menolongnya. Tapi niat itu dengan terpaksa segera aku urungkan, karena aku ingat kalo lokasinya tidak tepat, di lorong bawah tanah seperti itu kita harus hati-hati menyapa cewek. Apalagi di Jerman ada pasal hukum mengenai pelecehan seksual di tempat umum yang menghukum berat pelakunya. Maklum orang-orang Jerman terkenal sangat patuh pada aturan dan sulit untuk disogok. Wah gawat pikirku, kalo dianggap melakukan pelecehan seksual, tapi kadang kalo ku kenang ulang masa itu, mestinya aku mendekatinnya dan bertanya padanya mengenai keadaannya.

Aku teringat, sekitar dua taon silam aku pernah berkenalan melalui email, seorang gadis di Singapore. Dia waktu itu lagi sakit, lumayan parah sih kalo menurutku. Aku berusaha menemaninya setiap malam melalui chatting lewat internet dan juga melalui email-email panjang yang dia sebut thesis dan dia tujukan padaku, tentang jalan hidupnya dia mulai dari kecil sampai dewasa itu. Kadang lucu juga kalo diingat, beda jam antara Jerman dan Singapore dikala itu kalo tidak 6 jam di musim dingin ya 7 jam di musim panas. Jadi aku hanya bisa chatting dengannya waktu sore hari (malam hari waktu Singapore yang setara dengan WITA waktu Indonesia bagian Tengah) dan sore hari itu adalah waktu kerjaku pada puncaknya.

Tapi aku sangat hepi telah menemaninya melalui masa-masa sulitnya dengan menyisihkan waktuku (atau korupsi waktu kerja juga bole kok, hehehe) sampai dia dinyatakan sembuh oleh dokter perawatnya. Kenangan indahpun terbayang lagi, ketika aku pada akhirnya mendapat kiriman foto-fotonya yang menampakkan mukanya yang ceria dan surat tanda terima kasih yang menyertainya dan mengabariku bahwa dia telah sembuh. Tapi aku yakin semua kejadian itu memang seperti sudah diatur sama Yang Diatas. Aku banyak berkenalan dengan orang-orang baru yang tidak taunya saat itu atu kemudian bermasalah dalam hidupnya. Mungkin aja mereka hanya membutuhkan teman untuk ngobrol, atau hanya untuk ada di sana untuk mendengar keluh kesahnya. Rupanya hidupku memang sudah ditakdirkan untuk harus membantu banyak orang. Aku rela saja dan tidak mengeluh karenanya, karena aku percaya suatu hari kelak akupun pasti butuh bantuan orang laen.

Aku sadar, jika berada di posisi sedang susah seperti itu aku akan senang bila ada seseorang yang datang mendekat padaku melihatku berduka, dan dia menyapaku dengan ramah dan berkata,

oh mengapa kamu tampak sedih, datanglah padaku dan ceritakanlah padaku apa kesedihanmu, mungkin aku bisa bantu kamu karena siapa tau akupun sudah mengalaminya. Tapi andaikata tidakpun, biarlah aku menjadi pendengar setia tempat luapan emosimu, biar kamu lega, biar kamu bisa lebih tenang, biar kamu lebih bisa menerima dukamu dan kenyataannya. Kalau kamu lagi bersedih silahkan sedih, kalo lagi marah biarkan amarahmu keluar. Jangan biarkan amarah dan segala emosi itu tetap ada di dalam hatimu, karena itu akan menyiksamu.

Aku jadi teringat sebuah adegan di film Anger Management yang dibintangi Jack Nicholson. Di mana Jack Nicholson yang berperan sebagai psikolog ternama bercerita pada pasiennya, bila ada dua jenis agresi yang dipunyai orang. Pertama agresi yang ke dalam dan yang kedua adalah agresi yang keluar. Dari kedua jenis itu yang berbahaya adalah agresi yang ke dalam. Sebagai contoh diceritakan, ada seorang kasir yang tidak sabaran sehingga tidak bisa duduk dengan tenang menerima tuntutan ataupun caci maki pelanggannya, jadi setiap kali bisa bentrok dengan pelanggannya. Kasir kedua duduk dengan tenang setiap hari menerima caci maki dari pelanggannya. Setelah beberapa lama, ternyata kasir kedua tidak bisa menahan emosinya lagi sehingga meledak dan membawa pistol lalu menembaki pelanggan-pelanggan di supermarket itu. Inti dari cerita itu, janganlah kita simpan emosi kita, lebih baek kita berbagi dengan teman-teman kita ataupun dengan orang yang kita percaya seperti psikolog, pemuka agama dll.

Sebenarnya ada yang bilang, kadang orang yang paling sedih hatinya adalah orang yang paling bisa membantu orang laen yang lagi bersedih. Ada benarnya sih pernyataan itu, tapi bukankah kita semua pernah sedih? Apa salahnya kita luangkan waktu kita yang berharga untuk membantu sesama kita, hanya sekedar ada di sana dan menjadi pendengar yang baek saja? Biarkanlah kita menjadi orang yang mau mengerti sesama kita dan saling bantu membantu, untuk apa pertengkaran itu terjadi, untuk apa kita saling ngotot mempertahankan pendapat kita masing-masing, saling melecehkan satu sama laen, bukankah idup ini lebih indah bila kita saling membantu?

Mungkin sudah saatnya sekarang untuk menikmati melodinya dan juga membaca serta mengerti isi lagu itu secara keseluruhan. Aku yakin andai kita mengerti makna lagu ini, mungkin kita akan bisa menyukainya atau bahkan mau mewujudkan kehidupan bersama yang lebih baik lagi. Kita ini tidak bisa hidup sendiri di dunia ini, percayalah, hidup kita akan lebih berharga lagi bila kita bisa saling membantu satu sama lain.

I’ll Stand By You (Aku mendampingimu)

Oh, why you look so sad? (Oh mengapa kau tampak sedih)
Tears are in your eyes (Air mata ada dimatamu)
Come on and come to me now. (ayolah, datang padaku sekarang)

Don't be ashamed to cry, (Janganlah malu untuk menangis)
let me see you through (biar aku memperhatikanmu)
Cause I've seen the dark side too. (karena aku pernah dalam kesulitan juga)

When the night falls on you, (sewaktu kegelapan menyelimutimu)
you don't know what to do, (kamu tidak tau harus bagaimana)
Nothing you confess (tidak ada satupun yang kau akui)
could make me love you less (akan membuatku lebih sedikit menyayangimu)

I'll stand by you, (Aku mendampingimu)
I'll stand by you, (Aku bersamamu)
I won't let nobody hurt you, (Takkan kubiarkan seorangpun menyakitimu)
I'll stand by you. (Aku bersamamu)

So, if you're mad, get mad, (kalo kamu marah, marahlah)
don't hold it all inside, (jangan pendam semuanya didalam hatimu)
Come on and talk to me now. (ayolah, bicara padaku sekarang)

And hey, what you got to hide? (hai, apa yang kau sembunyikan)
I get angry too (Aku juga marah lho)
But I'm alot like you. (karena aku sepertimu)

When you're standing at the crossroads, (Andai kau berada di persimpangan)
don't know which path to choose, (tidak tau jalan yang harus kau pilih)
Let me come along, (biarkanlah aku ikut)
cause even if you’re wrong (siapa tau kamu salah memilih)

I'll stand by you, (Aku mendampingimu)
I'll stand by you, (Aku bersamamu)
I won't let nobody hurt you, (Takkan kubiarkan seorangpun menyakitimu)
I'll stand by you. (Aku bersamamu)

Take me in into your darkest hour, (sertakan aku dalam kesedihanmu)
and I'll never desert you. (Aku takkan meninggalkanmu)
I'll stand by you. (Aku bersamamu)

And when, (dan jika)
when the night falls on you baby, (jika kamu dalam kesulitan)
you're feeling all alone, (kamu merasa sepi sendiri)
You won't be on your own, (kamu tidak akan sendiri lagi)

I'll stand by you. (Aku mendampingimu)
I'll stand by you, (Aku bersamamu)
won't let nobody hurt you. (Takkan kubiarkan seorangpun menyakitimu)
I'll stand by you (Aku bersamamu)

Take me in into your darkest hour (sertakan aku dalam kesedihanmu)
and I'll never desert you (Aku takkan meninggalkanmu)

I'll stand by you. ooooh, (Aku mendampingimu)
I'll stand by you. (Aku bersamamu)
won't let nobody hurt you (Takkan kubiarkan seorangpun menyakitimu)
I'll stand by you (Aku bersamamu)

I'll stand by you (Aku mendampingimu)
I'll stand by you (Aku bersamamu)
won't let nobody hurt you (Takkan kubiarkan seorangpun menyakitimu)
I'll stand by you. (Aku bersamamu)

Take me in into your darkest hour (sertakan aku dalam kesedihanmu)
and I'll never desert you (Aku takkan meninggalkanmu)
I'll stand by you. ooooh, (Aku bersamamu)I'll stand by you (Aku bersamamu)

Bawalah Aku Ke Bulan


Mood : gembira
Cuaca: Mendung
Snack : Permen mentos
Song : Fly Me To The Moon dari Judy Garland
Genre : Jazz
Tanggal : 7 Mei 2007 ditulis kembali dalam bahasa Indonesia dan direvisi

Dedikasi : Yuen Ling di Singapore

Menyambung ceritaku yang kemaren dulu, aku jadi ingin menerjemahkan cerita-cerita lagi nih tentang pengalamanku ikutan terbang ke atas awan. Kuakui kalo bepergian aku emang sukanya pake pesawat penerbangan asia seperti SQ (Singapore Airlines) maupun Malaysia Airlines. Maklum flight attendants SQ khan rata-rata orang-orang Singapore dan Malaysia yang kesohor lumayan ramah, kalo cantik sih mungkin juga cantikan orang Indo hanya saja mereka lebih sexi-sexi, hehehe, ya ya, aku tau pasti banyak yang langsung menyanyi, lelaki buaya darat buset aku tertipu lagi. Tenang aja aku pasti akan bersenandung riang, aku adalah lelaki yang tak kenal lelah mencari wanita, hahaha…

Emang sih kenyataannya aku sering ngerumpi ama flight attendants itu di jam-jam santai, tepatnya sewaktu lampu kabin diredupkan untuk bobo. Harap maklum non stop flight dari bandara Frankfurt an Main Germany ke Changi Airport Singapore itu 12 jam dan terbang di malam hari. Aku juga sering goda-goda dan digodain ama mereka waktu say goodbye, biasanya mereka sih yang mulai ngisengi aku duluan hanya karena aku bertampang cainis,hehehe…

Namanya juga sudah saling kenal, saking seringnya aku ketemu mereka di long distance flight seperti itu. Aku sendiri juga ada kenalan beberapa cewe itu dan punya teman yang kerja jadi flight attendant nya SQ jg. Lumayan lho, konon kabarnya gaji awalnya Rp. 8-9 juta.Oya dulunya orang bilang flight attendant itu stewardess, tapi sekarang udah tidak dipake lagi karena dianggap merendahkan martabat, istilah steward/stewardess cuma dipake di cruisers, dikapal-kapal pesiar.

Dulunya kenalannya biasa terjadi waktu pembagian headset (earphone, atau handsfree lah gampangnya…) ke passanger sesaat sebelon take off yang bisa dipake untuk ngedengerin radio, suara movie (kalo nonton movie) atau maen games. Di pesawat2 yang relativ besar dari penerbangan-penerbangan asia seperti SQ, Malaysia Airlines, Cathay Pasific dll itu ada layar LCD (liquid crystal display) di depan kursi (atau bentuk layar yang disembunyikan di armrest) untuk nonton movie (bisa on demand (alias diprogram sendiri mau liat atau ngedengerin yang mana) juga lho). Sering kuliat anak-anak kecil biasa maen game semacam Nintendo atau Pleisteisien melawan teman nya di kursi laen, seru banget liat mereka ngegame semalaman tanpa pengawasan mata elang orang tuannya…

Aku pernah juga berkenalan dengan flight attendant pada waktu pembagian amenity bag yang isinya antara laen sikat gigi murahan (tapi mendingan daripada tidak ada), odol, tutup mata (pelindung sinar kalo bobo) dan kaos kaki untuk bobo, ya itung-itung semacam kantongan tanda terima kasi karena kita telah merelakan banyak uang kita untuk terbang dengan mereka, tapi ini cuma ada di SQ di penerbangan lain kita harus bersusah payah pencet bel dengan gambar orang-orangan dan ngemis-ngemis ama flight attendant nya J

Jujur aja, aku kalo dipenerbangan gitu ogah ke toiletnya, sempit! Beneran lho, untuk putar badan aja susah, apalagi suruh beol di dalamnya berjam-jam sambil baca koran (ups.. bongkar rahasia ya? Hahaha), mana tahan… Tapi untungnya toilet-toilet itu lumayan bersih tidak seperti toilet-toilet di mol-mol di Indo sini yang joroknya buat kita ogah mampir, hehehe…

Berramah tamah ama flight attendant itu sering menguntungkan lho, sering aku ditawarin white wine, beer, aneka soft drinks, toblerone atau kacang bawang dan aku biasanya tidak pernah nolak, maklum gratisan, hehehe, tapi jangan minta red wine, karena biasanya rasanya luar binasa tidak enak seperti air bekas cucian. Eh ini perkiraanku aja lho, jangan disangka aku pernah minum air comberan bekas cucian itu jelas ogahlah...

Oya, sebelon lupa, amenity bag seperti itu hanya ditawarkan di penerbangan-penerbangan jarak jauh aja, jadi bukan di penerbangan ke Singapore misalnya, jangan sampe nanti kita ngemis-ngemis dengan semangat empat puluh lima minta amenity bag di pesawat, malu-maluin aja seperti orang gak mampu beli sendiri, hehehe…Gak dibagiin ya udah, gitulho, mau dikorupsi ya terserahlah…

Tapi sikat gigi emang perlu, apalagi setelah terbang jarak jauh gitu, makanya banyak kita liat di toilet-toilet bandara di luar negeri itu, kalo banyak passangers yang dengan santainya menyikat giginya di sana.

Oya aku jadi teringat kenangan lama waktu pulang ke Indo dari KLIA (Kuala Lumpur International Airport/KUL) ke bandara Juanda Surabaya (SUB) pake Malaysia Airline beberapa waktu lalu. Aku duduk di business class disamping orang Madura yang ternyata bekerja sebagai kuli bangunan di Kuala Lumpur. Iya lho, kuli bangunan di Kuala Lumpur aja mampu beli tiket untuk duduk di kelas bizniz. Kalo kuli bangunan di Indo cuman mampu beli tiket ekonomi di bis Patas...sangat ironis. Harap maklumlah, kelas economy di Malaysia Airlines itu selalu penuh sesak dengan TKI (tenaga kerja Indo) kalo di jurusan KUL-SUB tapi tiket lebih murah (lagi ada promo nih taon ini untuk visit Malaysia pake Malaysia Airline, sapa tau ada yang tertarik jalan-jalan kesana, enak lho pake bis aja satu jam perjalanan bisa nyebrang ke Singapore).

Terus ceritanya waktu pembagian makanan ringan si bapak sebelahku itu (dan teman2nya tiga sampe empat orang yang duduk dikursi berseberangan dengan kita) minta roti semacam dinner roll gitu sampe lima sampe enam biji dan dilayani dengan sabar oleh flight attendant yang ternyata juga orang Indo. Sebagai tambahan bagi yang belon tau, di economy class biasanya kita cuman dapat jatah satu biji dinner roll, jadi bagi yang bernafsu makan besar, selalu dianjurkan bawa makanan sendiri dari rumah atau booking kelas bizniz...

Udah gitu mending kalo dinner roll nya langsung dimaem, eh tidak tau nya hanya dimasukkan ke kantong kresek untuk dibawa pulang (untung aja bukan kantong kertas untuk tempat muntahan itu), hmmm... aku sih mungkin lain mikirnya, mending duduk di kelas ekonomi tapi nanti mampir ke Holland Backery sebentar untuk borong dinner rolls itu disitu, daripada ngemis-ngemis di pesawat tapi harus bayar tiket tiga kali lipat lebih mahal, hehehe…

Seperti udah biasa, kututup ceritaku ini dengan menulis lirik lagu yang kusebut di awal cerita Fly Me To The Moon dari Judy Garland, penyanyi Jazz yang sangat terkenal di masanya dan sepanjang masa. Seperti biasa
sekaligus kuterjemahkan ke bahasa Indonesia, hehehe, biar mudah, tapi mungkin juga terjemahan lirik seperti ini sangat membantu untuk mengerti arti sebuah lagu...

Lirik ini juga kepersembahkan kepada Yuen Ling di Singapore, teman e-pal ku (electronic penfriend) yang telah membuat hidupku berharga untuk dijalani, terima kasih untuk pengiriman Ba-Kua dan souvenir laennya kepadaku. Aku benar khan? Tembang ini dipopulerkan oleh Judy Garland dan memang di taon 2004/2005 itu di Asia/Singapore dipopulerkan kembali oleh tayangan-tayangan musik MTV Asia. Lama ku tak jumpa engkau, kuharap engkau baek-baek saja, sudah menikah, berkeluarga...

Fly Me To The Moon (Terbangkan aku ke bulan)

Fly me to the moon (bawahlah aku ke bulan)
Let me sing among those stars (biarkanlah aku menyanyi di antara bintang-bintang)
Let me see what spring is like (biarkan ku melihat seperti apa musim semi itu)
On jupiter and mars (di jupiter dan mars)

In other words, hold my hand (dengan kata laen, gandeng tanganku)
In other words, baby kiss me (dengan kata laen, sayang, ciumlah aku)

Fill my heart with song (penuhi hatiku dengan lagu)
Let me sing for ever more (biarkanlah aku menyanyi tuk selamanya)
You are all I long for (kaulah semua yang kuharapkan)
All I worship and adore (dalam semua doa dan kekagumanku)

In other words, please be true (dengan kata laen, tolong jujurlah)

In other words, I love you (dengan kata laen, ku cinta kamu)