Saturday, September 29, 2007

Pingin Beli Hape Nich

Mood : lagi bingung
Cuaca: panas seperti di neraka
Snack : UBM biskuit
Song : lagi dengar JJ FM Surabaya
Genre : bervariasi
Tanggal : 29 September 2007

Dedikasi : vendor-vendor hape


Dah lama nich aku punya banyak nomer hape. Ya itu, seperti yang kuceritakan sebelonnya, bila kita memelihara nomer kebanyakan pasti kita punya hobi baru, ganti-ganti nomer di hape. Akibatnya umur batterie akan jadi lebih singkat. Kalo ga percaya bole dicoba sendiri, hehehe. Nah dari kenyataan itu dan dari kenyataan kalo lebih praktis bila jumlah hape ditambah sehingga frekuensi mengganti hape bisa dikurangi, maka akupun mulai memikirkan untuk membeli sebuah hape baru. Masalahnya hape yang mana yang mau dibeli? Saat ini aku ada enam nomer GSM, yaitu XL yang tergolong legendaris karena kupunya sejak lama, kemudian disusul oleh nomer Mentari dengan program ngobrol gratisannya bila kita mau jadi kalong, terus dilanjut dengan kartuAS yang nomerku kudapat dengan harga murah walau tergolong nomer cantik, kemudian kartu Simpati yang asik dipake untuk kirim SMS murah meriah tengah malam yang programnya sekarang sudah berakhir, kemudian kartu IM3 yang sangat mengasikkan untuk SMS ke sesama pengguna Indosat GSM namun juga yang terkenal dengan programnya yang masi mengenal biaya roaming tidak seperti kartu yang laen dan anggota jajaranku yang terakhir itu ya Three atau aku suka menyingkat dengan Tri dan bukannya angka tiga.

Nah dari itu semua. Aku cuma punya dua buah hape GSM, yang pertama aku bawa dulu dari Jerman dan yang kedua aku beli sejak ada program videocall gratisan dari Mentari yang sekarang sudah berakhir. Hehehe, jadi bisa dibayangkan kalo ribet banget ganti-ganti kartu, walau frekuensi pengecekan kartu XL sudah bole dibilang terjadi tiap dua hari sekali karena memang sekarang sudah jarang dipake kecuali untuk SMS an ke luar negeri aja. Yang pasti karena temanku banyak yang pake jasa layanan Telkomsel, maka kartuAS ku kupilih untuk aktiv dua puluh empat jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu sebagai kartu utama. Sedangkan yang laen digilir pemakaiannya. Kartu Simpati kupake di malam hari bila aku harus menelefon ke luar pulau tetapi setelah pulsa yang sekarang ada ini abis total, pasti aku buang karena tidak ada promo lagi untuk kartu Simpati ini, jadi tiada alasan memelihara kartu Simpati lagi, hehehe.

Sedangkan Mentari biasa kupake juga untuk menelefon ke sesama Mentari dalam program Mentari hebat tetapi aku sendiri juga tidak melihat kegunaan lebih lanjut dari kartu Mentari ini sejak XL menawarkan tarif yang walaupun sedikit lebih mahal dari Mentari tapi bisa digunakan untuk menelefon ke selular laen dengan harga yang lumayan murah, tapi ya harus ditinjau lebih lanjut karena biaya pemeliharaan Mentari ini sekarang tinggal sepuluh ribu rupiah per bulan sementara nomernya sudah menjadi nomer pasangan sejoli dengan nomer IM3 ku. Yah mungkin nasibnya sama dengan nomer XL yang kupelihara dengan pulsa minimum sepuluh ribu sebulan, sejak aku jarang ber-es-em-es-ria dengan teman-temanku memakai program pulsa Xtra-nya. Di samping itu kartu IM3 ku kadang aktiv di siang hari dan kadang hanya di sore hari, sejak adanya program SMS gratisan ke sesama pengguna Tri. Jadi sekarang lebih banyak Tri yang menjajah hapeku. Tapi kalo program SMS gratisannya Tri abis, ya mungkin akan kubuang tuh kartu, walau sayang sih karena sudah dapat nomer cantik, maklumlah, kartu itu hanya berfungsi untuk kemunikasi murah meriah dengan yang laen, tapi ya mesti diliat lagi, karena promo Tri berakhir bulan oktober ini dan aku baru aja isi ulang, karena mau memanfaatkan jasa SMS an ke semua operator hanya seratus rupiah plus sepuluh persen PPN alias seratus sepuluh rupiah saja.. Jadi ceritanya itu, nasib kartu-kartuku hanya tergantung pada promosi yang ditawarkan, hehehe.. tanpa promo sih benernya cukup satu atau dua kartu saja, mengingat biaya pemeliharaan yang relativ mahal kecuali untuk kartu AS, XL dan Mentari…

Di kontingen kartu CDMA, aku untungnya belon beli kartu Esia dan Smart sampe sekarang walau kapan hari sempat tergoda untuk membeli satu kartu perdana Esia karena lagi ada promo, yaitu beli kartu Esia seharga tiga puluh dua ribu lima ratus perak dan dapat pulsa tiga puluh ribu rupiah dan juga dapet free talk sebanyak seribu menit. Yang artinya dapat seribu enam ratus menit ngobrol atau sekitar dua puluh rupiah semenitnya. Lumayan khan, mampu menyaingin Starone yang cuman sembilan belas rupiah per menitnya. Atau dengan membeli hape CDMA merk LG dengan seri ID3000 yang ditawarkan seharga setengah juta dan iming-iming kartu Esia yang bisa dipake es-em-es dan ngobrol sepuasnya selama enam bulan kedepan. Lumayan menggiurkan sih, karena aku dengan hanya dengan dua puluh lima ribu rupiah, kita sudah bisa mendapatkan masa aktiv selama empat puluh lima hari. Hmm… harus ditinjau lebih lanjut nih apa ada yang tertarik untuk dijadikan partner ngobrol sama aku, hahaha… walau akhirnya saat ini aku masi belon membelinya karena, maklum masi belon banyak pemakainya, tapi aku akan memonitor perkembangannya. Oya, yang membuat orang ogah untuk memakai Esia itu sebenernya jangkauannya yang tidak luas. Maklum operator baru punya grup nya Sinar Mas. Juga Smart jarang dipake orang karena pengembangannya belon luas. Lagian dari pihak Smart sendiri tidak ada promo apa-apa selaen penjualan bersama handphone bermerek aja. Itupun tidak dijual dengan harga murah, tapi dengan harga pasaran dan tergolong masi mahal. Maklumlah perilaku konsumen CDMA itu cenderung membeli handset dengan harga serendah-rendahnya, dengan asumsi hanya dipake untuk ngobrol. Jadi belon layak bagi sebagian besar orang untuk memiliki hape CDMA dengan berragam fitur mewah. Maklum juga, orang memiliki hape GSM dengan sejuta fiturpun belon tentu dimanfaatkan lebih dari sekedar kirim SMS dan Telefon, hahaha, maximal juga untuk MMS dan Email…

Jadi sampe sekarang di dalam kategori kartu CDMA aku hanya mempunyai kartu Starone, Fren dan Flexi. Kartu perdana Flexi tergolong baru dalam jajaran squad koleksi kartu CDMA ku. Kartu perdana flexi ku ini kubeli demi meringankan beban pulsa teman-temanku yang dari jaman bahula memakai flexi dan tidak kapok dengan program “putus-putus“nya TelkomFlexi, hahaha… itu lho kalo lagi ngobrol pasti deh dijamin sering putus-putus apalagi bila kita sedang mobile di sekitar jalan Basuki Rahmat Surabaya. Hahaha…

Dalam hal kartu dan hape CDMA ini, perbandingannya lumayan ideal karena ada dua pesawat dan tiga kartu yang kupunya, tapi hape CDMA ini benernya sangat penting untuk dipunyai agar semua nomer bisa dikontak kapan saja, tanpa harus janjian terlebih dahulu seperti sekarang ini. Tapi ya masalahnya itu hape CDMA tergolong masi sangat mahal bila dibandingkan dengan hape GSM dengan fitur serupa. Juga dari jajaran hape CDMA yang ditawarkan di pasaran saat ini, bole dikata semuanya tergolong low-end kalo ditinjau dari fitur-fiturnya, walau fitur itu tidak penting sama sekali untuk hape sekelas CDMA di Indonesia.

Ah bingung ah, aku tadinya pingin beli Nokia 2505 CDMA yang tipis dan tergolong ponsel lipat, lumayan sih, tapi fitur-fiturnya itu lho yang benar-benar miskin dan kapasitas batterie nya sangat memprihatinkan. Dibanderol dengan harga sekitar sejuta, ponsel baru dari Nokia ini tidak berharga untuk dibeli dengan harga segitu. Jujur aja untuk CDMA yang diperlukan sebenarnya kapasitas batterie nya yang besar karena aku ini jago ngoceh di telefon, bisa berjam-jam ngobrol bila aku ketemu teman ngerumpi yang tepat. Tapi saat ini belon ada ponsel CDMA yang kuingini, kecuali hape dari LG tadi yang kusebut di atas dijual dengan bonus kartu Esia tersebut, hehehe..

Di sektor telefon genggam ala GSM, aku cuman membutuhkan sebuah telefon yang simple dan hanya akan digunakan untuk berkomunikasi lewat suara dan untuk mengirim pesan singkat saja. Padahal kalo aku jujur, aku jarang mengirim SMS alias short message service tapi lebih ke LMS alias long message service. Hehehe… maklumlah aku malas menyingkat-nyingkat text ku yang nantinya bisa mengakibatkan orang bertanya-tanya lagi, apa yang kumaksud. Jadi yang kupake hanyalah singkatan yang sudah mendarah daging dikalangan teman-temanku. Nah selama membalik-balik tabloid Pulsa, Handphone Plus dan majalah Forsel, aku jadi bingung sendiri. Pasalnya aku ingin membatasi pengeluaran hanya di bawah sejuta rupiah, tapi di kategori tersebut sulit ditemukan handphone yang mempunya kapasitas memori yang relativ besar dan bisa diajak ngobrol oleh perangkat laen lewat perangkat inframerah maupun bluetooth. Hanya henpon-henpon merek SonyErricsson dan LG saja yang memenuhi syarat tersebut.

Sementara orang di Indonesia lebih terobsesi untuk memilih Nokia sebagai merek paten, dengan berbagai alasan dan akupun sampe sekarang hanya mempunyai telefon seluler bermerek Nokia, maka aku kini benernya ingin mencari alat komunikasi mungil bermerek laen. Untuk itu aku sudah meneliti jenis-jenis fitur yang ditawarkan oleh saingan Nokia dan memang berhasil menemukan beberapa pilihan yang kugolongkan sebagai “layak dibeli“ seperti hape LG KG200 dan hape SonyErricsson K510i. diliat dari fiturnya kedua henpon ini tergolong wah dan bisa dinego dengan harga murah pula. Tapi ya nanti aja diliat lagi, karena pasti aku belinya juga Nokia dengan alasan praktis karena tidak butuh banyak charger dan tidak butuh banyak batterie cadangan, karena aku sudah mempunyai tiga batterie cadangan untuk tipe-tipe hape tertentu. Juga aku kadang lebih memilih hape Nokia karena aku sering ngobrol berjam-jam dan itu membutuhkan headset alias earphone yang kalo di Nokia bisa dipake bersamaan sewaktu kita mengisi ulang batterie kita. Jadi sambil ngobrol kita bisa charge batterie juga. Praktis bukan, heran aja kenapa vendor-vendor yang laen tidak meniru gaya Nokia tersebut. Atau hanya atas pertimbangan kalo batterie mereka tidak cukup bagus untuk dipake bersamaan untuk isi ulang dan menelefon?

Tapi memang memilih teman sejawat seperti telefon genggam itu tidak lebih mudah dari pada memilih jodo, hehehe. Maklumlah handphone itu khan nantinya akan selalu dekat denganku di dalam kantong sakuku ataupun selalu tergeletak di atas meja kerjaku maupun di samping ranjangku. Maka tidak ada salahnya bila sebelon kita membeli henpon, kita wajib mencermatinya. Temanku Enjelin yang terkenal sebagai Nokia minded, pernah berkata, apapun fiturnya dan berapapun harganya, sekali Nokia tetap Nokia. Ya Nokia memang dikenal sebagai produsen telefon genggam yang menawarkan kemudahan pelayanan bagi penggunanya (user friendly). Tidak heran para ibu-ibu pun gemar menggunakan telefon bermerek Nokia ini walau tergolong mahal bila dibandingkan dengan penawaran dari vendor-vendor yang laennya.

Setelah lama menimbang-nimbang sambil memperhatikan kegunaannya di kemudian hari, kemungkinan aku akan membeli hape dengan fitur sederhana yang penting murah meriah. Bayangkan ada hape GSM yang tidak buta warna ditawarkan dengan harga sedikit diatas setengah juta di outlet-outlet hape yang tersebar di kota buaya ini. Sedangkan dengan dana sekitar lima ratus ribu, kita hanya mampu membeli henpon CDMA buta warna saja. Tapi bila dana yang harus dikeluarkan untuk membeli kedua handphone tersebut dijumlah, maka ternyata kita hanya perlu membuang uang kita sedikit di atas sejuta rupiah, sungguh investasi yang menggiurkan. Dengan uang sebanyak itu, aku hanya mampu membeli telefon seluler CDMA yang bermerk Nokia 2505. hmmm… jadi ya memang tidak menguntungkan untuk membeli ponsel CDMA dengan harga tinggi bila jarang digunakan dan hanya untuk kirim SMS saja.

Jadi aku ini lagi mengincar dua buah telefon seluler sekaligus. Satu telefon jenis GSM dan yang laen berteknologi CDMA. Rencananya akan kugunakan untuk mengaktivkan IM3 dan Fren ku yang selama ini harus selalu mengalah. Tapi ya itu belon suatu keputusan final, karena aku masi ogah keluarkan banyak uang hanya untuk membeli telefon saja. Aku aja terpikir untuk membuang kartu-kartuku seperti nomer Simpati, Tri dan Mentari. Maklumlah, fungsi kartu Mentari sudah diambil alih oleh IM3 untuk layanan Internet dan SMS nya, sedang untuk telefon bisa diambil alih oleh XL yang juga relativ lebih mahal dibanding dengan Mentari bila dipake untuk telefon ke Mentari. Sedangkan fakta hari ini, membuktikan kalo aku sudah sangat jarang memakai Mentari untuk ngobrol. Kartu Tri yang management nya sangat amburadul dengan seringnya ada pergantian program dan sangat membingungkan itu, mungkin juga akan segera aku buang, walau nomerku tergolong lumayan cantik. Tapi ya diliat dululah, gimana kedepannya, apa ada promo lagi. Seperti juga Simpati yang notabene kartu yang sangat mahal biaya pemeliharaannya, hehehe…

Mengingat persaingan tarif yang makin memuncak, maka kita sudah hampir sampai pada suatu titik puncak telefon gratis. Kurang dikit saja, nanti pasti ongkos ngerumpi memakai GSM bisa mendekati harga tarif CDMA. Jaman sekarang ini, bila kita punya banyak teman, maka kita harus mengkoleksi banyak nomer untuk berhemat. Bila kita di satu pihak ngotot hanya mau memelihara satu nomer untuk praktisnya, maka di pihak laen kita pasti terpaksa akan mengeluarkan banyak uang untuk ongkos komunikasi kita. Tentu saja dengan catatan, bila kita punya banyak teman dan relativ populer, hahaha… nah ya, begitulah nasib kita-kita yang tergolong populer ini, hahaha…

Walau dari segi dana sudah kusiapkan sesuai dengan skema diatas, namun aku belon juga merealisasikannya. Napa? Mudah aja, aku masi mikir-mikir untuk tidak membeli hape low-end, paling tidak jenis menengahlah yang sudi diajak ngerumpi oleh perangkat computer dan hape-hape sejawat laennya melalui gelombang panas alias inframerah maupun melalui frekuensi radio di 2.4 Gigahertz alias memakai jasa bluetooth. Hehehe… yang ditakutkan itu, nantinya aku akan kecewe membeli hape yang ecek-ecek. Namun dipihak laen, ada kemungkinan juga aku akan membeli ponsel laennya supaya nomerku bisa aktiv juga, hehehe… ya itulah dilema hidup ini. Kalo gini lama-lama aku beli hape dengan berjuta fitur dengan dana yang membengkak pula, hahaha… Contoh terbaek sebenernya suami dari Enjelin yang mengkoleksi puluhan nomer cantik lengkap dengan hapenya, jadi setiap dia beli nomer cantik, pasti dia selalu membeli hape baru yang harganya tergolong murah meriah, hehehe. Aku jadi ingin tau gimana dia tau kapan aja nomer-nomer cantiknya harus diisi ulang, hahaha…

Sekarang aja teman-temanku di Singapore dan Jerman pada heran, untuk apa aku memelihara begitu banyak nomer hape. Mereka tidak tau kalo saking banyak jenis operator di Indonesia dan seabreg-abreg program yang ditawarkan plus program promonya, maka kita-kita ini terpaksa memelihara lebih dari satu nomer hape, kalo mau lebih irit lagi. Dari persaingan bisnis seluler ini, yang bertepuk tangan seperti biasa para vendor handphone, karena orang pasti sudah terbiasa meneliti promo-promo yang ditawarkan sebelon membeli. Juga mengingat harga kartu perdana sekarang sudah jauh lebih murah dibandingkan dengan isi preloaded vouchernya, maka tidak heran kalo banyak orang yang memilih untuk menggunakan one way SIM card seperti aku dulu, hahaha…

Tidak peduli ada program-program seperti CIC club dari Indosat yang tidak berguna itu , dan juga poin plus-plus dari Indosat yang berguna untuk tukar pulsa atau SMS aja, atau program VIBE club visi bebas dari XL, maupun SimpatiZone dari Simpati, Genasik dari KartuAs dan juga Telkomsel Poin yang tergolong tiada guna bagi banyak orang, atau juga dari IndosatCommunity dari Starone. Tapi ya itu rata-rata semua pengguna seluler tidak mendapatkan manfaat langsung dari iming-iming program untuk bersikap loyal tersebut, mengingat harga kartu perdana yang biasa diobral oleh operatornya sendiri untuk mensukseskan kampanye mereka dalam meningkatkan jumlah pengguna jasa mereka. Tapi ya dari situ yang untung tentu saja kita-kita yang tergolong flexibel dan dengan senang hati menyambut datangnya kartu-kartu perdana dengan berbagai bonus yang bisa dinikmati tanpa kita harus isi ulang seperti dulu bonus tiga puluh SMS dari kartu Starone, bonus dua puluh SMS dari Mentari dan Simpati. Hehehe. Lebih smart program dari Simpati yang membiarkan orang mendapatkan bonus sepuluh ribu rupiah pada pengisian pulsa yang pertama kali atau program dari Fren yang memberi pulsa gratisan untuk pemakaian kartu Fren yang selalu berada dalam masa tenggang setelah setaon penuh, atau program pemberian pulsa sebesar lima belas ribu rupiah per bulannya seperti dulu juga diterapkan oleh Flexi yang memberikan gratisan dua puluh lima ribu rupiah per bulannya. Ya banyak cara sudah dilakukan, pengguna seluler hanya bisa memilih mana yang terbaek aja. Hehehe… kalo aku sih, selalu memilih jalan termurah. Untuk apa kita buang-buang uang hanya untuk komunikasi aja, bila melalui kartu yang laen, hal yang sama bisa dicapai juga? Hehehe…

Ya segitulah ceritaku hari ini tentang rencana membeli hape baru guna mempermudah komunikasi dengan teman-teman yang laen. Aku sendiri melihat ke depannya, kalo hape akan kembali ke fungsi sebelonnya, yaitu untuk telefon dan bukannya untuk saling kirim SMS. Maklum sekarang aja harga SMS sudah lebih mahal dibandingkan dengan harga layanan suara permenitnya. Hehehe… aku ingat sewaktu aku dulu masi di Jerman, kalo orang lebih suka menelefon daripada kirim SMS. Juga MMS lebih berkembang karena harga satu MMS itu setara dengan dua SMS, hehehe…sementara di Indonesia ini harga SMS termurah masih dipegang oleh Tri dengan dua ratus lima puluh rupiah, tetapi juga masi jarang ada orang yang memakai fasilitas ini, karena mereka tidak tau gimana cara menerima MMS atau pun mengirim MMS dan lebih parahnya lagi banyak dari mereka yang tidak tau cara mensetting MMS di hape, padahal hape mereka sudah tergolong hape muktahir yang dilengkapi dengan bejibun fitur, hehehe… ya itulah manusia, inginnya cuma terlihat keren namun tidak disangka mereka hanya memboroskan uang aja. Tapi okelah itu juga uang mereka sendiri, jadi bukan urusanku. Hehehe…