Sabtu malam minggu disaat banyak orang bepergian dan terjebak di kemacetan lalu lintas, aku menghabiskan waktuku untuk menonton acara Tafsir Al Mishbah di sebuah televisi swasta dan diasuh oleh Dr. Muhammad Quraish Shihab.
Siapa yang tidak kenal nama besar dari Doktor ahli tafsir Al Qur’an kelahiran Rapang, Sulawesi Selatan 66 taon yang lalu? Dr Muhammad Quraish Shihab mungkin bukan hanya dikenal sebagai seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu Al Qur'an namun dia juga mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998).
Doktor yang sangat pandai ini, menamatkan pendidikannya di Kairo untuk gelar Master dan Disertasinya. Ayahnya sendiri, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.
Dengan latar belakang seperti itu, tentunya pandangan dari Dr Shihab patut untuk kita dengarkan. Dan maka dari itu, aku sangat senang mengikuti ceramahnya di siaran televisi, bila aku kebetulan meliatnya.
Nah untuk menyambut Isra dan Mi’raj, dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam waktu satu malam saja, yang jato pada hari sabtu ini, Dr Shihab membahas di salah satu temanya tentang kepercayaan .
Peristiwa Isra Mi'raj sendiri terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW ‘diberangkatkan’ oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa.
Dan dilanjut dengan Mi'raj dimana Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.
Bagi umat Islam, ini merupakan kejadian yang penting, karena waktu inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti itu. Memang kadang kala, banyak orang tidak tau kalo Isra dan Mi’raj adalah dua peristiwa yang berbeda.
Ada satu hal yang menarik yang diungkapkan oleh Dr Shihab dalam acara di televisi itu, dia bertanya, apakah pendengarnya ‘mempercayai’ adanya kota yang bernama Kairo?
Mudah kan, kita mudah percaya kalo ada kota itu. Pertanyaan berikutnya, darimana kita bisa percaya kalo ada kota yang bernama Kairo? Banyak tentunya yang mengatakan, mereka percaya tentang keberadaan kota Kairo dari cerita temannya yang sudah sampai disana.
Oke, bila ada yang pernah berkunjung kesana, bole lah, katakanlah satu atau dua hari untuk transit, jadi dia percaya dan tau ada kota yang bernama Kairo. Dan tentunya hal itu ditegaskan oleh Dr Shihab sendiri, karena dia studi disana bertaon-taon dan bahkan kenal lorong-lorongnya.
Namun apakah kita percaya kalo Surga itu ada?
Nah di sini mulai sukar? Bila tadi orang bisa percaya karena ada orang yang sudah pernah sampai di Kairo dan tau kalo Kairo itu ada, bagaimana dengan Surga?
Nah untuk yang memeluk agama Islam, tentunya hal ini mudah, karena dari cerita di Al Quran kan Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab selama Isra Mi'raj, sudah mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha dengan ditemani oleh Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap (dalam kitab An-Najm). Apa itu Sidratul Muntaha?
Menurut Kitab As-Suluk, Sidratul Muntaha atau lebih tepatnya lagi Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit/Surga ke tujuh, sebuah batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya, menurut kepercayaan Islam. Dalam kepercayaan ajaran lain ada pula semacam kisah tentang Sidrat al-Muntahā, yang disebut sebagai "Pohon Kehidupan".
Nah bilamana orang percaya pada Nabi Muhammad SAW, maka dia juga percaya akan keberadaan Surga. Sangat simple.
Saturday, July 10, 2010
Friday, July 9, 2010
Fanatismus
Semalam aku dapat kabar lagi dari temanku, kalo ada beberapa temanku bertengkar hanya karena masalah bola. Terus terang aku heran kan masalah bola aja, masa sih sampai begitu seriusnya, sehingga mereka merasa perlu untuk saling ejek?
Aku jadi teringat pada definisi dari Wikipedia yang aku kutipkan di bawah ini>:
‘Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, fanatisme juga berarti kesenangan yang berlebihan (tergila-gila, keranjingan). Sepenggal perjalanan kisah hidup Chairil Anwar adalah salah satu contoh saja. Dia lebih berat membeli buku sastra daripada membeli makanan untuk bertahan hidup, atau obat untuk menyembuhkan penyakit raja singa yang dideritanya. ‘
Kadang kala sempat teringat pada istilah yang berkembang di Indo yang mengkategorikan orang seperti itu sebagai ‘gibol’ alias ‘gila bola’. Nah bila kita menengok pada arti ‘kegilaan’ di Wikipedia, maka kita akan mendapatkan entry sebagai berikut:
‘Kata kegilaan sering pula digunakan untuk menyatakan tidak waras, atau perilaku sangat aneh. Dalam pengertian tersebut berarti ketidaknormalan dalam cara berpikir dan berperilaku kurang wajar.’
Bila kita renungkan, maka tidaklah heran bila ada orang-orang tertentu yang mungkin sudah berubah gaya pikirnya sehingga tanpa mereka sadari, perilaku mereka menjadi aneh.
Menurut pendapatku pribadi, setiap kasus itu harus diteliti sebab akibatnya. Dalam kasus yang aku bahas ini sebenarnya menyangkut pertandingan bola piala dunia yang sedang berlangsung di Afrika Selatan.
Yang meraih final seperti aku tulis kemaren adalah timnas Belanda dan timnas Spanyol dan timnas Indo sama sekali tidak lolos ke putaran final di Afrika Selatan ini. Namun untuk apa teman-temanku yang masi memegang paspor Indo itu membela timnas negara laen? Aneh bukan?
Untuk apa mereka sebegitu fanatiknya membela negara laen, sampai ejek-ejekan dan bahkan saling memaki dan bertengkar? Idiot tuh. Banyak memang orang Indo ini yang menjadi fans dari timnas Jerman, tentunya bukan karena timnas Jerman bermaen dengan baek, namun karena upaya pencitraan dari negara itu lah yang membuat banyak orang dalam setiap perhelatan Piala Dunia selalu mendukung mereka.
Rada kekanak-kanakan memang, bila orang Indo membela timnas Jerman sampai begitu gilanya. Memangnya negara atau timnas Jerman menjanjikan akan bagi-bagi keuntungan dengan fans nya? Tidak bukan?
Lalu untuk apa bertengkar bagaikan kanak-kanak begitu, bahkan ada yang saking kecewanya sehingga mereka berpikir yang tidak-tidak, seperti berpikir akan membunuh Paul si Gurita di Sea Life Aquarium di Oberhausen, Jerman sana? Itu kan hanya seekor hewan yang cerdas yang hanya ingin menikmati lauk pauknya.
Juga untuk apa kita percaya para seorang peramal idiot yang berinisial DC yang selalu berpakean tidak wajar dengan dandanan bagaikan orang sinting itu? Apa jadinya bila kita percaya tahayul seperti itu? Hidup kita bisa rusak karenanya, apalagi bila kita berjudi untuk itu. Inilah dunia orang gila, gila bola yang sudah tidak bisa berpikir secara waras lagi. Walaupun aku tidak menolak, untuk sekedar bersenang-senang dan hiburan, bolehlah.
Ya itulah, fans awal mulanya dari rasa kefanatikkan, dan rasa ke fanatikkan dalam semua bidang berawal dari rasa ketidakdewasaan dan ketidak pandaian berpikir secara mandiri.
Aku jadi teringat pada definisi dari Wikipedia yang aku kutipkan di bawah ini>:
‘Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, fanatisme juga berarti kesenangan yang berlebihan (tergila-gila, keranjingan). Sepenggal perjalanan kisah hidup Chairil Anwar adalah salah satu contoh saja. Dia lebih berat membeli buku sastra daripada membeli makanan untuk bertahan hidup, atau obat untuk menyembuhkan penyakit raja singa yang dideritanya. ‘
Kadang kala sempat teringat pada istilah yang berkembang di Indo yang mengkategorikan orang seperti itu sebagai ‘gibol’ alias ‘gila bola’. Nah bila kita menengok pada arti ‘kegilaan’ di Wikipedia, maka kita akan mendapatkan entry sebagai berikut:
‘Kata kegilaan sering pula digunakan untuk menyatakan tidak waras, atau perilaku sangat aneh. Dalam pengertian tersebut berarti ketidaknormalan dalam cara berpikir dan berperilaku kurang wajar.’
Bila kita renungkan, maka tidaklah heran bila ada orang-orang tertentu yang mungkin sudah berubah gaya pikirnya sehingga tanpa mereka sadari, perilaku mereka menjadi aneh.
Menurut pendapatku pribadi, setiap kasus itu harus diteliti sebab akibatnya. Dalam kasus yang aku bahas ini sebenarnya menyangkut pertandingan bola piala dunia yang sedang berlangsung di Afrika Selatan.
Yang meraih final seperti aku tulis kemaren adalah timnas Belanda dan timnas Spanyol dan timnas Indo sama sekali tidak lolos ke putaran final di Afrika Selatan ini. Namun untuk apa teman-temanku yang masi memegang paspor Indo itu membela timnas negara laen? Aneh bukan?
Untuk apa mereka sebegitu fanatiknya membela negara laen, sampai ejek-ejekan dan bahkan saling memaki dan bertengkar? Idiot tuh. Banyak memang orang Indo ini yang menjadi fans dari timnas Jerman, tentunya bukan karena timnas Jerman bermaen dengan baek, namun karena upaya pencitraan dari negara itu lah yang membuat banyak orang dalam setiap perhelatan Piala Dunia selalu mendukung mereka.
Rada kekanak-kanakan memang, bila orang Indo membela timnas Jerman sampai begitu gilanya. Memangnya negara atau timnas Jerman menjanjikan akan bagi-bagi keuntungan dengan fans nya? Tidak bukan?
Lalu untuk apa bertengkar bagaikan kanak-kanak begitu, bahkan ada yang saking kecewanya sehingga mereka berpikir yang tidak-tidak, seperti berpikir akan membunuh Paul si Gurita di Sea Life Aquarium di Oberhausen, Jerman sana? Itu kan hanya seekor hewan yang cerdas yang hanya ingin menikmati lauk pauknya.
Juga untuk apa kita percaya para seorang peramal idiot yang berinisial DC yang selalu berpakean tidak wajar dengan dandanan bagaikan orang sinting itu? Apa jadinya bila kita percaya tahayul seperti itu? Hidup kita bisa rusak karenanya, apalagi bila kita berjudi untuk itu. Inilah dunia orang gila, gila bola yang sudah tidak bisa berpikir secara waras lagi. Walaupun aku tidak menolak, untuk sekedar bersenang-senang dan hiburan, bolehlah.
Ya itulah, fans awal mulanya dari rasa kefanatikkan, dan rasa ke fanatikkan dalam semua bidang berawal dari rasa ketidakdewasaan dan ketidak pandaian berpikir secara mandiri.
Thursday, July 8, 2010
Meraih Final
Akhirnya setelah melalui babak penyisihan yang ketat dan juga kedua babak knock out (babak 16 besar dan babak 8 besar), dan semifinal yang sangat menarik, timnas Belanda dan timnas Spanyol berhasil lolos ke babak penentuan untuk berrebut titel bukan saja sebagai juara dunia, namun juga akan mencatatkan diri sebagai negara ke delapan setelah Uruguay, Italia, Jerman, Brasil, Inggris, Argentina dan Perancis.
Memang di kancah persepak-bolaan seperti ini, bukan hanya kualitas individu yang penting, namun juga taktik dan strategi yang diterapkan oleh pelatih dan dikoordinasi oleh kapten tim itu yang penting, dan tentunya dengan sedikit bumbu dari keberpihakan Dewi Fortuna atau dewi keberuntungan.
Paling mudah kita bayangkan, pada saat kita membuat makanan pecel atau gado-gado. Sayuran harus dipilih yang terbaek. Sayuran dalam hal ini merepresentasikan pemaen. Jadi seleksi pemaen harus bagus. Lalu yang penting lagi adalah bumbu kacangnya, yaitu taktik serta strateginya harus bagus. Dan tentunya semua itu tergantung dari yang mengaduk dan menguleg nya, yaitu sang pelatih. Semua akan menjadi pecel atau gado-gado yang lezat bila ditambah dengan sedikit perasan jeruk nipis yaitu sang Dewi Fortuna.
Bole bangga deh, rakyat Spanyol dan Belanda, karena timnas mereka meraih posisi puncak dan itu semua dilakukannya di hadapan mata milyaran penduduk bumi. Namun bagaimana dengan negara Indo sendiri ?
Mari kita perhatikan, negara Indo yang saking buruknya timnas nya bermaen sehingga tidak mencapai putaran final. Di awali dengan di putaran awal di konfederasi Asia (AFC, Asian Football Confederation dimana timnas Indo menang atas Guam yang melakukan W/O alias Walk Out sehingga timnas Indo melenggang kebabak kedua dan bertemu dengan Syria di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta tanggal 9 November 2007 dengan hasil 1 - 4 untuk timnas Syria. Pencetak gol saat itu adalah Sudarsono (Indo) di menit ke 39 dan sisanya Issmael di menit 17, Al Zeno di menit 34, Chaabo di menit 43, Rafe di menit 90+3. pertandingan dipimpin oleh wasit Mohsen Torky dari Iran.
Pada pertandingan kedua, timnas Indo dipermalukan dengan jumlah selisih gol terbanyak untuk babak penyisihan, yaitu 7 gol. Pertandingan di gelar pada tanggal 18 November 2007 di stadion Abbasiyyin di kota Damascus dengan hanya dihadiri oleh lima ribu penonton dan dipimpin oleh wasit Sun Baojie dari Republik Rakyat China. Pencetak gol saat itu adalah Chaabo di menit 40, 44 dan 87, Rafe di menit 60, 72, 90 dan Al Hussain di menit 81 melalui titip penalti.
Bayangkan dengan timnas yang amburadul seperti itu dan timnas Indo tersingkir dengan suksesnya, apa tidak malu orang yang masi memegang paspor Indo? Bayangkan juga ada berapa banyak rakyat Indo sebenarnya? Hasil sensus penduduk yang sepenuhnya dibiayai dari hutang lewat Bank Dunia belon diumumkan, dan semoga saja sebelon dekade ini berakhir sudah muncul pengumumannya.
Mari kita berasumsi, jumlah orang Indo ada 220 juta orang, masa sih dari segitu banyak orang kita tidak bisa menemukan 22 orang yang bisa bermaen bola di atas lapangan rumput tanpa tinju sekalian? Itu adalah perbandingan 1 dibanding 10 juta!
Bandingkan dengan penduduk Spanyol yang hanya 46 juta orang atau Belanda yang hanya 16 juta orang. Mereka mampu lolos ke Final Piala Dunia 2010. Berapa tuh perbandingan penduduknya? Spanyol 22 pemaen : 46 juta penduduk = 1: 2,1 juta dan Belanda 22 pemaen : 16 juta penduduk = 1 : 0.7 juta.
Dengan kata laen, Spanyol berhasil memilah satu dari 2.1 juta penduduknya untuk menjadi wakil negaranya dan mengharumkan nama negaranya di kancah dunia persepakbolaan internasional sementara Belanda mampu menseleksi satu dari 700 ribu penduduknya untuk dijadikan pemaen yang mengangkat nama negaranya?
Bagaimana dengan Indo? Bila orang-orang yang didaulat untuk memimpin PSSI tidak becus atau bahkan mau seenaknya sendiri dan melanggar aturan FIFA (misalkan tetap ngotot memimpin PSSI dari balik jeruji besi karena terakhir kena vonis dua taon penjara dari Mahkamah Agung di taon 2007 karena menyelundupkan gula impor dan juga tidak gentleman karena tidak mau menyerahkan diri), maka mimpi Indo untuk jadi tuan rumah Piala Dunia bisa dipastikan tidak akan terwujud di abad ini.
Sepak bola adalah olah raga dimana fairness dijunjung tinggi. Bila ketua Persatuannya saja pengecut seperti itu, bagaimana nasib organisasi yang dipimpinnya? Siapa yang menanggung malu? Rakyat Indo kan, kalo timnas nya bermaen ala pemaen kampungan begitu?
Memang di kancah persepak-bolaan seperti ini, bukan hanya kualitas individu yang penting, namun juga taktik dan strategi yang diterapkan oleh pelatih dan dikoordinasi oleh kapten tim itu yang penting, dan tentunya dengan sedikit bumbu dari keberpihakan Dewi Fortuna atau dewi keberuntungan.
Paling mudah kita bayangkan, pada saat kita membuat makanan pecel atau gado-gado. Sayuran harus dipilih yang terbaek. Sayuran dalam hal ini merepresentasikan pemaen. Jadi seleksi pemaen harus bagus. Lalu yang penting lagi adalah bumbu kacangnya, yaitu taktik serta strateginya harus bagus. Dan tentunya semua itu tergantung dari yang mengaduk dan menguleg nya, yaitu sang pelatih. Semua akan menjadi pecel atau gado-gado yang lezat bila ditambah dengan sedikit perasan jeruk nipis yaitu sang Dewi Fortuna.
Bole bangga deh, rakyat Spanyol dan Belanda, karena timnas mereka meraih posisi puncak dan itu semua dilakukannya di hadapan mata milyaran penduduk bumi. Namun bagaimana dengan negara Indo sendiri ?
Mari kita perhatikan, negara Indo yang saking buruknya timnas nya bermaen sehingga tidak mencapai putaran final. Di awali dengan di putaran awal di konfederasi Asia (AFC, Asian Football Confederation dimana timnas Indo menang atas Guam yang melakukan W/O alias Walk Out sehingga timnas Indo melenggang kebabak kedua dan bertemu dengan Syria di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta tanggal 9 November 2007 dengan hasil 1 - 4 untuk timnas Syria. Pencetak gol saat itu adalah Sudarsono (Indo) di menit ke 39 dan sisanya Issmael di menit 17, Al Zeno di menit 34, Chaabo di menit 43, Rafe di menit 90+3. pertandingan dipimpin oleh wasit Mohsen Torky dari Iran.
Pada pertandingan kedua, timnas Indo dipermalukan dengan jumlah selisih gol terbanyak untuk babak penyisihan, yaitu 7 gol. Pertandingan di gelar pada tanggal 18 November 2007 di stadion Abbasiyyin di kota Damascus dengan hanya dihadiri oleh lima ribu penonton dan dipimpin oleh wasit Sun Baojie dari Republik Rakyat China. Pencetak gol saat itu adalah Chaabo di menit 40, 44 dan 87, Rafe di menit 60, 72, 90 dan Al Hussain di menit 81 melalui titip penalti.
Bayangkan dengan timnas yang amburadul seperti itu dan timnas Indo tersingkir dengan suksesnya, apa tidak malu orang yang masi memegang paspor Indo? Bayangkan juga ada berapa banyak rakyat Indo sebenarnya? Hasil sensus penduduk yang sepenuhnya dibiayai dari hutang lewat Bank Dunia belon diumumkan, dan semoga saja sebelon dekade ini berakhir sudah muncul pengumumannya.
Mari kita berasumsi, jumlah orang Indo ada 220 juta orang, masa sih dari segitu banyak orang kita tidak bisa menemukan 22 orang yang bisa bermaen bola di atas lapangan rumput tanpa tinju sekalian? Itu adalah perbandingan 1 dibanding 10 juta!
Bandingkan dengan penduduk Spanyol yang hanya 46 juta orang atau Belanda yang hanya 16 juta orang. Mereka mampu lolos ke Final Piala Dunia 2010. Berapa tuh perbandingan penduduknya? Spanyol 22 pemaen : 46 juta penduduk = 1: 2,1 juta dan Belanda 22 pemaen : 16 juta penduduk = 1 : 0.7 juta.
Dengan kata laen, Spanyol berhasil memilah satu dari 2.1 juta penduduknya untuk menjadi wakil negaranya dan mengharumkan nama negaranya di kancah dunia persepakbolaan internasional sementara Belanda mampu menseleksi satu dari 700 ribu penduduknya untuk dijadikan pemaen yang mengangkat nama negaranya?
Bagaimana dengan Indo? Bila orang-orang yang didaulat untuk memimpin PSSI tidak becus atau bahkan mau seenaknya sendiri dan melanggar aturan FIFA (misalkan tetap ngotot memimpin PSSI dari balik jeruji besi karena terakhir kena vonis dua taon penjara dari Mahkamah Agung di taon 2007 karena menyelundupkan gula impor dan juga tidak gentleman karena tidak mau menyerahkan diri), maka mimpi Indo untuk jadi tuan rumah Piala Dunia bisa dipastikan tidak akan terwujud di abad ini.
Sepak bola adalah olah raga dimana fairness dijunjung tinggi. Bila ketua Persatuannya saja pengecut seperti itu, bagaimana nasib organisasi yang dipimpinnya? Siapa yang menanggung malu? Rakyat Indo kan, kalo timnas nya bermaen ala pemaen kampungan begitu?
Wednesday, July 7, 2010
Paul Si Gurita
Ada fenomena yang akhir-akhir ini baru muncul di Piala Dunia, yaitu kisah seekor gurita yang diberi nama Paul. Sama halnya dengan gurita-gurita lain, Paul sebenarnya hanya binatang biasa. Namun, Paul dipercaya sejak dua taon ini untuk mempunyai kemampuan meramal hasil pertandingan bola, yang luar biasa.
Cara meramal Paul sebenarnya mudah, yaitu dengan memberinya pilihan makanan yang (konon kabarnya!) sama dalam dua kotak plastik transparan bertanda bendera tim yang bertanding. Makanan yang dimakan di kotak bertanda tertentu akan menunjukkan hasil prediksi Paul sebagai tim yang akan menang.
Nah, menjelang laga Jerman versus Spanyol, Paul memakan makanan yang di kotak yang berbendera Spanyol. Ramalan ini cukup bertolak belakang karena biasanya Paul selalu memilih Jerman. Kejadian ini disiarkan oleh NTV 24 (Nachrichten Television) yang menyiarkan berita 24 jam sehari secara langsung dari Sea Life di Oberhausen di Jerman, pada pukul 11 siang waktu setempat, atau pukul empat sore WIB.
Kendati demikian, ramalan Paul tidaklah selalu benar. Pada final Piala Eropa 2008 lalu, Paul meramal Jerman akan mengalahkan Spanyol. Namun, kenyataannya justru Spanyol-lah yang menjadi pemenangnya, dengan skor 1-0.
Ramalan terbaru dari Paul, gurita yang menjadi penghuni Sea Life di Jerman ini, bikin geger karenanya. Padahal, gurita berumur dua tahun ini selalu menjagokan "Panser". Ketika Jerman melawan Inggris dan Argentina, misalnya, gurita dari spesies Octopus vulgaris itu selalu memilih makanan dari tempat makan berbendera Jerman.
Tentunya gurita yang tadinya dipuja di seluruh Jerman karena timnas mereka juga menang sesuai dengan ramalan Paul, sekarang menjadi marah. Mereka tidak mau mengakui bahwa nasib timnas mereka di Piala Dunia ini sudah ditentukan di depan oleh seekor gurita.
Salah sendiri kan, barang siapa percaya, ya harus percaya apapun yang diramal. Tidak bisa itu, kita percaya setengah-setengah. Harus fair seperti hal nya pertandingan sepak bola itu sendiri. Ada kalah ada menang, walaupun sebenarnya hal itu sudah bisa kita prediksi dari awalnya, karena gurita sebenarnya hanya memilih warna yang menurut dia bagus, dan itu kan suka-suka dia. Dengan makanannya tidak ada hubungannya dan kalo ramalan dia betol itu juga hanya kebetolan.
Lucunya, di Facebook, terdapat ‘Paul die Krake’ yang selama ini banyak digandrungi orang sana, sudah mencapai lebih dari 15 ribu fans. Dan ketika ramalan Paul tidak lagi berpihak kepada Jerman, untuk kali pertama dalam dua taon terakhir ini, banyak orang menjadi marah. Ya sungguh marah, bahkan yang membuat halaman itupun menjadi kuatir, dan menambahkan
Paul die Krake: ‘maybe i was not concentrated enough - like 2008 when i thought germany would get the eurocup??!!! i feel unsure now...’
Paul die Krake: ‘… even if i choosed the other container, i say now: Go, German Football Team, u can do it!’
Kita kan tidak bisa percaya hanya setengah-setengah, masa hanya mau percaya kalo kita diprediksi menang saja? Sudah gitu, hal itu tidak hanya berhenti sampai disana saja, di surat kabar Jerman sana, tiba-tiba muncul aneka resep untuk memasak gurita. Dan bahkan ada rencana dari ZDF (Zweites Deutsches Fernsehen) untuk menayangkan liputan memasak gurita ala Spanyol sesaat sebelon pertandingan antara Spanyol melawan Jerman digelar.
Bayangkan, betapa konyol dan idiotnya mereka !
Cara meramal Paul sebenarnya mudah, yaitu dengan memberinya pilihan makanan yang (konon kabarnya!) sama dalam dua kotak plastik transparan bertanda bendera tim yang bertanding. Makanan yang dimakan di kotak bertanda tertentu akan menunjukkan hasil prediksi Paul sebagai tim yang akan menang.
Nah, menjelang laga Jerman versus Spanyol, Paul memakan makanan yang di kotak yang berbendera Spanyol. Ramalan ini cukup bertolak belakang karena biasanya Paul selalu memilih Jerman. Kejadian ini disiarkan oleh NTV 24 (Nachrichten Television) yang menyiarkan berita 24 jam sehari secara langsung dari Sea Life di Oberhausen di Jerman, pada pukul 11 siang waktu setempat, atau pukul empat sore WIB.
Kendati demikian, ramalan Paul tidaklah selalu benar. Pada final Piala Eropa 2008 lalu, Paul meramal Jerman akan mengalahkan Spanyol. Namun, kenyataannya justru Spanyol-lah yang menjadi pemenangnya, dengan skor 1-0.
Ramalan terbaru dari Paul, gurita yang menjadi penghuni Sea Life di Jerman ini, bikin geger karenanya. Padahal, gurita berumur dua tahun ini selalu menjagokan "Panser". Ketika Jerman melawan Inggris dan Argentina, misalnya, gurita dari spesies Octopus vulgaris itu selalu memilih makanan dari tempat makan berbendera Jerman.
Tentunya gurita yang tadinya dipuja di seluruh Jerman karena timnas mereka juga menang sesuai dengan ramalan Paul, sekarang menjadi marah. Mereka tidak mau mengakui bahwa nasib timnas mereka di Piala Dunia ini sudah ditentukan di depan oleh seekor gurita.
Salah sendiri kan, barang siapa percaya, ya harus percaya apapun yang diramal. Tidak bisa itu, kita percaya setengah-setengah. Harus fair seperti hal nya pertandingan sepak bola itu sendiri. Ada kalah ada menang, walaupun sebenarnya hal itu sudah bisa kita prediksi dari awalnya, karena gurita sebenarnya hanya memilih warna yang menurut dia bagus, dan itu kan suka-suka dia. Dengan makanannya tidak ada hubungannya dan kalo ramalan dia betol itu juga hanya kebetolan.
Lucunya, di Facebook, terdapat ‘Paul die Krake’ yang selama ini banyak digandrungi orang sana, sudah mencapai lebih dari 15 ribu fans. Dan ketika ramalan Paul tidak lagi berpihak kepada Jerman, untuk kali pertama dalam dua taon terakhir ini, banyak orang menjadi marah. Ya sungguh marah, bahkan yang membuat halaman itupun menjadi kuatir, dan menambahkan
Paul die Krake: ‘maybe i was not concentrated enough - like 2008 when i thought germany would get the eurocup??!!! i feel unsure now...’
Paul die Krake: ‘… even if i choosed the other container, i say now: Go, German Football Team, u can do it!’
Kita kan tidak bisa percaya hanya setengah-setengah, masa hanya mau percaya kalo kita diprediksi menang saja? Sudah gitu, hal itu tidak hanya berhenti sampai disana saja, di surat kabar Jerman sana, tiba-tiba muncul aneka resep untuk memasak gurita. Dan bahkan ada rencana dari ZDF (Zweites Deutsches Fernsehen) untuk menayangkan liputan memasak gurita ala Spanyol sesaat sebelon pertandingan antara Spanyol melawan Jerman digelar.
Bayangkan, betapa konyol dan idiotnya mereka !
Tuesday, July 6, 2010
Gurita Inggris
Di ajang Piala Dunia ini ada dua yang dipercaya oleh pendukung timnas Jerman, pertama adalah ramalan Paul si gurita jantan yang hidup hidup di Akuarium Sea Life Centre, Oberhausen, Jerman, dan satunya lagi pullover (kaos dingin) dari Joachim Löw, pelatih timnas Jerman.
Paul si gurita lahir di Weymouth Sea Life Park, Inggris kira-kira dua taon lalu dan dipindahkan dari Weymouth Sea Life Park, Jerman.
Menurut pemberitaan, Fiona Smith yang pernah mengurus Paul di Weymouth Sea Life Park, Inggris mengatakan, ‘Paul tak pernah membuat prediksi apa pun ketika masih di Inggris. Namun, mungkin ia menunggu turnamen besar seperti Piala Dunia untuk menampilkan kemampuannya itu..’
‘Gurita biasa seperti Paul sangat inteligen dan memiliki ingatan yang kuat. Kami menyamakan kecerdasan mereka dengan anjing. Mereka menyukai masalah dan suka menyelesaikannya,’ demikian lanjut Fiona Smith.
Namun setelah ramalan hasil pertandingan antara Jerman melawan Argentina ternyata benar (dengan kemenangan Jerman), maka seorang koki di Argentina, Nicolas Bedorrou, begitu marah dan mengancam akan memburu Paul untuk dimasak.
‘Kami akan menangkapnya dan meletakkannya di atas kertas. Kami akan memukulinya untuk melunakkan dagingnya dan memasukkannya dalam air mendidih,’ kata Bedorrou, seperti di kutip surat-surat kabar.
Menurut pengawasnya, Oliver Walencak, Paul tak takut diancam suporter Argentina yang menyalahkannya atas tersingkirnya Lionel Messi dkk dari Piala Dunia 2010 karena kalah 0-4 dari Jerman. Ya tentu saja, penjagaan aquarium tempat tinggal Paul sangat ketat, sehingga bisa dipastikan keamanan Paul.
Prediksi dari Paul si gurita rupanya telah mengundang perhatian banyak orang sehingga sebuah stasiun televisi berita Jerman, NTV 24 (Nachrichten TV) sekarang menyiarkan secara langsung, setiap kali Paul akan memprediksi hasil pertandingan bola. Dengan didampingi dua reporter NTV 24 berdiri di sebelah, Paul melakukan aksinya dan ditonton secara live oleh banyak orang melalui pesawat televisi maupun melalui internet. Dan hasil rekamannya dapat di temukan di situs penyedia layanan video.
Untuk menepis tudingan tidak sedap, Tanja Munzig, seorang staf dari Oberhausen Sea Life Centre, membantah dugaan bahwa ada sesuatu yang diletakkan di salah satu wadahnya. ‘Tak ada tipuan. Makanan sama dan segalanya di kedua wadah itu sama, kecuali benderanya,’ ujarnya.
Namun apapun yang terjadi, akurasi dari ramalan Paul ternyata nyaris sempurna. dimulai dari saat Paul meramal hasil pertandingan di Piala Eropa 2008 untuk pertandingan antara Swiss-Austria dan kemudian dia telah meramal lima pertandingan Jerman, dengan hasil empat di antaranya benar. Ia menyebut Jerman akan memenangi semua pertandingan. Faktanya, Jerman kalah dari Kroasia pada fase grup. Dan untuk yang terakhir ini dia meramal Jerman akan kalah lagi di semifinal lawan Spanyol.
Mari kita tunggu hasil prediksi si Paul, dan bilamana benar lagi, maka mungkin sudah saat nya bagi kita untuk menjadi kaya raya dari judi bola, hahaha…
Sementara itu, squad Jerman berharap akan aura dari pullover biru milik sang pelatih. Para pembantu Joachim Löw meminta sang pelatih agar tidak mencuci baju hangat lengan panjang itu karena hal itu diyakini dapat membawa keberuntungan bagi ’Die Nationalelf’ atau ‘Nasional Sebelas’ begitu nama kebesaran resmi dari timnas Jerman.
Selama tiga kali Loew mengenakannya, sewaktu ’Die Nationalelf’ mengalahkan Australia 4-0, Inggris 4-1, dan Argentina 4-0. Sebelum laga tersebut berlangsung,
Mari kita liat apakah aura dari pullover Löw atau si gurita yang lebih punya pengaruh..
Paul si gurita lahir di Weymouth Sea Life Park, Inggris kira-kira dua taon lalu dan dipindahkan dari Weymouth Sea Life Park, Jerman.
Menurut pemberitaan, Fiona Smith yang pernah mengurus Paul di Weymouth Sea Life Park, Inggris mengatakan, ‘Paul tak pernah membuat prediksi apa pun ketika masih di Inggris. Namun, mungkin ia menunggu turnamen besar seperti Piala Dunia untuk menampilkan kemampuannya itu..’
‘Gurita biasa seperti Paul sangat inteligen dan memiliki ingatan yang kuat. Kami menyamakan kecerdasan mereka dengan anjing. Mereka menyukai masalah dan suka menyelesaikannya,’ demikian lanjut Fiona Smith.
Namun setelah ramalan hasil pertandingan antara Jerman melawan Argentina ternyata benar (dengan kemenangan Jerman), maka seorang koki di Argentina, Nicolas Bedorrou, begitu marah dan mengancam akan memburu Paul untuk dimasak.
‘Kami akan menangkapnya dan meletakkannya di atas kertas. Kami akan memukulinya untuk melunakkan dagingnya dan memasukkannya dalam air mendidih,’ kata Bedorrou, seperti di kutip surat-surat kabar.
Menurut pengawasnya, Oliver Walencak, Paul tak takut diancam suporter Argentina yang menyalahkannya atas tersingkirnya Lionel Messi dkk dari Piala Dunia 2010 karena kalah 0-4 dari Jerman. Ya tentu saja, penjagaan aquarium tempat tinggal Paul sangat ketat, sehingga bisa dipastikan keamanan Paul.
Prediksi dari Paul si gurita rupanya telah mengundang perhatian banyak orang sehingga sebuah stasiun televisi berita Jerman, NTV 24 (Nachrichten TV) sekarang menyiarkan secara langsung, setiap kali Paul akan memprediksi hasil pertandingan bola. Dengan didampingi dua reporter NTV 24 berdiri di sebelah, Paul melakukan aksinya dan ditonton secara live oleh banyak orang melalui pesawat televisi maupun melalui internet. Dan hasil rekamannya dapat di temukan di situs penyedia layanan video.
Untuk menepis tudingan tidak sedap, Tanja Munzig, seorang staf dari Oberhausen Sea Life Centre, membantah dugaan bahwa ada sesuatu yang diletakkan di salah satu wadahnya. ‘Tak ada tipuan. Makanan sama dan segalanya di kedua wadah itu sama, kecuali benderanya,’ ujarnya.
Namun apapun yang terjadi, akurasi dari ramalan Paul ternyata nyaris sempurna. dimulai dari saat Paul meramal hasil pertandingan di Piala Eropa 2008 untuk pertandingan antara Swiss-Austria dan kemudian dia telah meramal lima pertandingan Jerman, dengan hasil empat di antaranya benar. Ia menyebut Jerman akan memenangi semua pertandingan. Faktanya, Jerman kalah dari Kroasia pada fase grup. Dan untuk yang terakhir ini dia meramal Jerman akan kalah lagi di semifinal lawan Spanyol.
Mari kita tunggu hasil prediksi si Paul, dan bilamana benar lagi, maka mungkin sudah saat nya bagi kita untuk menjadi kaya raya dari judi bola, hahaha…
Sementara itu, squad Jerman berharap akan aura dari pullover biru milik sang pelatih. Para pembantu Joachim Löw meminta sang pelatih agar tidak mencuci baju hangat lengan panjang itu karena hal itu diyakini dapat membawa keberuntungan bagi ’Die Nationalelf’ atau ‘Nasional Sebelas’ begitu nama kebesaran resmi dari timnas Jerman.
Selama tiga kali Loew mengenakannya, sewaktu ’Die Nationalelf’ mengalahkan Australia 4-0, Inggris 4-1, dan Argentina 4-0. Sebelum laga tersebut berlangsung,
Mari kita liat apakah aura dari pullover Löw atau si gurita yang lebih punya pengaruh..
Monday, July 5, 2010
Kebahagiaan
We spend our entire lives searching for happiness.
Happiness exists in our own hearts; if we can't find it there, we'll never find it
Sungguh suatu pedoman yang menarik yang kembali ditulis di status oleh si nenek orang Aussie itu. Bisa jadi dia punya buku tentang kata-kata mutiara yang disalinnya kembali ke statusnya, hahaha. Tapi tidak penting itu, yang penting aku dapat ide lagi untuk mulai tulis yang ini, maklum lagi malas menulis beberapa hari terakhir ini.
Sebenernya kata-kata mutiara seperti itu pernah dikatakan oleh temanku, kami berdiskusi pada waktu itu tentang orang yang berpindah-pindah keyakinannya. Misalkan dulunya memeluk agama A lalu karena suatu hal pindah ke agama B dan akhirnya pindah lagi ke C dan seterusnya.
Lalu temanku itu menyeletuk, ‘biarin aja orang yang gemar pindah-pindah agama itu terus pindah-pindah. Biasanya orang seperti itu tidak punya kedamaian dalam hidupnya. Padahal kedamaian itu ada dalam dirinya, dalam hatinya, dia hanya perlu melihat ke dalam dan pasti dia akan tenang.’
Benar juga tuh kata temanku, ‘melihat ke dalam hati’ mungkin adalah kata kunci di sini. Itu artinya interospeksi diri, atau memeriksa diri sendiri.
Orang yang sampai pindah agama tanpa sebab yang jelas, itu biasanya orang yang tidak puas pada agama yang dianutnya sebelonnya. Pertanyaannya kenapa?
Aku jadi ingat kata Uskup kotaku dulu, Uskup Musinghoff dari kota Aachen, Jerman, waktu dia mengomentari tentang banyaknya orang yang keluar dari gerejanya, dia hanya bilang: ‘orang yang meninggalkan gerejanya, akan menjadi orang yang kesepian. Karena meninggalkan gereja artinya melepas keberadaan Sang Pencipta di dalam hatinya, dan tanpa Sang Pencipta dia akan kesepian.’.
Rupanya banyak agama dan bangsa di dunia ini yang ternyata berpendapat sama, Sang Pencipta itu adalah sumber kebahagiaan dan Sang Pencipta tinggal dalam hati kita.
Yang lucu dan patut direnungkan itu, kadang kala orang berpikiran, kalo tujuan hidup kita ini untuk mencari kebahagiaan, padahal kan kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri, bila kita mau membuka ‘mata hati’ kita.
Jadi ingat Hercule Poirot detektif nya Agatha Christie nih. Bilamana temannya si captain Hasting bertanya apa yang diliat oleh H Poirot, biasanya dia akan mendapatkan jawaban kalo tidak ‘yang aku liat adalah tepat seperti yang kamu liat, mon ami’ atau dia akan berkata ’untuk menyelesaikan suatu kasus, perhatikan dengan ‘mata hati’mu, dan jangan liat dengan ‘mata tubuh’mu.‘
Happiness exists in our own hearts; if we can't find it there, we'll never find it
Sungguh suatu pedoman yang menarik yang kembali ditulis di status oleh si nenek orang Aussie itu. Bisa jadi dia punya buku tentang kata-kata mutiara yang disalinnya kembali ke statusnya, hahaha. Tapi tidak penting itu, yang penting aku dapat ide lagi untuk mulai tulis yang ini, maklum lagi malas menulis beberapa hari terakhir ini.
Sebenernya kata-kata mutiara seperti itu pernah dikatakan oleh temanku, kami berdiskusi pada waktu itu tentang orang yang berpindah-pindah keyakinannya. Misalkan dulunya memeluk agama A lalu karena suatu hal pindah ke agama B dan akhirnya pindah lagi ke C dan seterusnya.
Lalu temanku itu menyeletuk, ‘biarin aja orang yang gemar pindah-pindah agama itu terus pindah-pindah. Biasanya orang seperti itu tidak punya kedamaian dalam hidupnya. Padahal kedamaian itu ada dalam dirinya, dalam hatinya, dia hanya perlu melihat ke dalam dan pasti dia akan tenang.’
Benar juga tuh kata temanku, ‘melihat ke dalam hati’ mungkin adalah kata kunci di sini. Itu artinya interospeksi diri, atau memeriksa diri sendiri.
Orang yang sampai pindah agama tanpa sebab yang jelas, itu biasanya orang yang tidak puas pada agama yang dianutnya sebelonnya. Pertanyaannya kenapa?
Aku jadi ingat kata Uskup kotaku dulu, Uskup Musinghoff dari kota Aachen, Jerman, waktu dia mengomentari tentang banyaknya orang yang keluar dari gerejanya, dia hanya bilang: ‘orang yang meninggalkan gerejanya, akan menjadi orang yang kesepian. Karena meninggalkan gereja artinya melepas keberadaan Sang Pencipta di dalam hatinya, dan tanpa Sang Pencipta dia akan kesepian.’.
Rupanya banyak agama dan bangsa di dunia ini yang ternyata berpendapat sama, Sang Pencipta itu adalah sumber kebahagiaan dan Sang Pencipta tinggal dalam hati kita.
Yang lucu dan patut direnungkan itu, kadang kala orang berpikiran, kalo tujuan hidup kita ini untuk mencari kebahagiaan, padahal kan kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri, bila kita mau membuka ‘mata hati’ kita.
Jadi ingat Hercule Poirot detektif nya Agatha Christie nih. Bilamana temannya si captain Hasting bertanya apa yang diliat oleh H Poirot, biasanya dia akan mendapatkan jawaban kalo tidak ‘yang aku liat adalah tepat seperti yang kamu liat, mon ami’ atau dia akan berkata ’untuk menyelesaikan suatu kasus, perhatikan dengan ‘mata hati’mu, dan jangan liat dengan ‘mata tubuh’mu.‘
Sunday, July 4, 2010
Kumpul-Kumpul
Tiba akhirnya hari minggu yang dinantikan beberapa orang. Kumpul-kumpul lagi nih di Plasa Tunjungan. Lumayan lah bertemu dengan orang-orang yang sering berhubungan denganku, juga bertemu dengan teman baru dan juga lawas.
Acaranya seperti biasa dibuat sekecil mungkin, biar semua punya kesempatan untuk berbincang-bincang dengan leluasa. Karena kalo yang diundang orang banyak, nanti kan malahan jadi tidak seru pembicaraannya. Rada ruwet gitu, tapi kalo dalam grup kecil, lebih asik.
Ya begitulah, akhirnya ya nongol beberapa orang yang aku kenal. Ngoceh sana ngoceh sini, dan seperti biasa, yang cewe ngerumpi sendiri, dan yang cowo ngumpul sendiri. Memang sulit membaur kalo udah begitu, tapi memang fenomena yang biasa kita amati.
Masalah penampilanku, aku sempat dikritik abis-abis-an sama salah satu temanku, katanya rambutku yang kubiar biarkan tumbuh panjang itu katanya sama seperti rambut tukang becak di depan rumahnya. Padahal kan rambutku itu kumodel tipe rambut penyanyi dangdut, eh salah reggae, hanya kurang kuncir nya aja.
Lumayan juga dapat kenalan baru, memang sih, dari mereka itu ada beberapa yang canggung dan ada yang bisa membaur juga, dari sana ketauan sikap dan charakter seseorang. Kalo aku sendiri, tipe yang biasa bergaul dengan banyak orang dari segala suku dan agama, serta dari segala jenis manusia. Jadi aku bersyukur bisa gaul sana gaul sini, hehehe, teantunya dalam arti yang positif..
Rencana berikut mungkin mau rekreasi tuh, mau keluar kota atau ke salah satu tempat wisata di dalam kota. Yang jelas di tempat yang lebih sedikit copetnya. Keamanan itu yang terpenting, bila kita mau mengadakan acara rekreasi dengan keluarga dan anak-anak, tapi untuk saat ini belon dipikirkan masak-masak. Nunggu input dulu dari beberapa teman.
Ada keuntungan nya bagi yang ikutan acara kumpul-kumpul, karena itu bisa memperluas wawasan kita, terutama bila yang hadir itu berragam orang. Beda bila kita datang ke acara kumpul-kumpul dimana kita sudah kenal semua orang nya.
Pada akhirnya, kurasa semua orang suka, dan mereka pasti mau untuk diajak kumpul lagi, ya mungkin dua bulan lagi. Sampai saat nya tiba, biar semua pada berkenalan dulu masing-masing, siapa tau ada yang menemukan jodo nya kemaren itu, karena banyak cewe maupun cowo yang hadir.
Acaranya seperti biasa dibuat sekecil mungkin, biar semua punya kesempatan untuk berbincang-bincang dengan leluasa. Karena kalo yang diundang orang banyak, nanti kan malahan jadi tidak seru pembicaraannya. Rada ruwet gitu, tapi kalo dalam grup kecil, lebih asik.
Ya begitulah, akhirnya ya nongol beberapa orang yang aku kenal. Ngoceh sana ngoceh sini, dan seperti biasa, yang cewe ngerumpi sendiri, dan yang cowo ngumpul sendiri. Memang sulit membaur kalo udah begitu, tapi memang fenomena yang biasa kita amati.
Masalah penampilanku, aku sempat dikritik abis-abis-an sama salah satu temanku, katanya rambutku yang kubiar biarkan tumbuh panjang itu katanya sama seperti rambut tukang becak di depan rumahnya. Padahal kan rambutku itu kumodel tipe rambut penyanyi dangdut, eh salah reggae, hanya kurang kuncir nya aja.
Lumayan juga dapat kenalan baru, memang sih, dari mereka itu ada beberapa yang canggung dan ada yang bisa membaur juga, dari sana ketauan sikap dan charakter seseorang. Kalo aku sendiri, tipe yang biasa bergaul dengan banyak orang dari segala suku dan agama, serta dari segala jenis manusia. Jadi aku bersyukur bisa gaul sana gaul sini, hehehe, teantunya dalam arti yang positif..
Rencana berikut mungkin mau rekreasi tuh, mau keluar kota atau ke salah satu tempat wisata di dalam kota. Yang jelas di tempat yang lebih sedikit copetnya. Keamanan itu yang terpenting, bila kita mau mengadakan acara rekreasi dengan keluarga dan anak-anak, tapi untuk saat ini belon dipikirkan masak-masak. Nunggu input dulu dari beberapa teman.
Ada keuntungan nya bagi yang ikutan acara kumpul-kumpul, karena itu bisa memperluas wawasan kita, terutama bila yang hadir itu berragam orang. Beda bila kita datang ke acara kumpul-kumpul dimana kita sudah kenal semua orang nya.
Pada akhirnya, kurasa semua orang suka, dan mereka pasti mau untuk diajak kumpul lagi, ya mungkin dua bulan lagi. Sampai saat nya tiba, biar semua pada berkenalan dulu masing-masing, siapa tau ada yang menemukan jodo nya kemaren itu, karena banyak cewe maupun cowo yang hadir.
Subscribe to:
Posts (Atom)