Akhirnya setelah berjuang dua hari penuh, aku berhasil membackup seluruh dataku ke DVD dari harddisk yang dideteksi bermasalah. Nah itu, kadang kala tanpa ada ramalannya tiba-tiba harddisk bisa ada error nya. Kalo isinya data yang tidak berguna sih tidak apa-apa, tapi kalo isinya hasil kerja kita selama berjam-jam atau bahkan bertaon-taon, nah itu baru bahaya.
Singkat cerita, aku memang sudah lama tidak membackup dataku. Karena malas dan dikit waktu aja sih. Juga sebenarnya harddisk yang bermasalah itu adalah harddisk yang kupake untuk backup. Jadi aku ada dua harddisk, satu harddisk utama yang kupake untuk bekerja, dan satunya harddisk backup, untuk membackup data dari harddisk utama.
Biasanya setiap setengah taon, aku buat backup ke DVD, atau sortir data yang tidak kepake untuk dibuang. Nah karena sedikitnya waktu yang kupunyai di taon ini, maka aku belon juga sempat buat backup, sementara di harddisk utama datanya sering kali hanya ku pindahkan ke harddisk kedua itu.
Nah kalo sekarang harddisk kedua itu bermasalah, maka dataku terancam. Total 80 gigabytes dataku yang sempat terancam. Untuk itu aku meluangkan waktu seminggu penuh, mulai dari minggu lalu sampai selesai hari ini untuk membackup semua dan mensortir data yang tidak kepake.
Harga DVD relatif murah, jadi data lama yang kurasa tidak akan dipake lagi, dan hanya untuk arsip sewaktu-waktu dibutuhkan, aku backup ke DVD. Tapi lama sekali tuh backup ke DVD nya. Aku hanya menggunakan kecepatan terrendah yang ditawarkan DVD drive ku, yakni kecepatan ‘empat kali’ yang artinya membutuhkan waktu sekitar 21 menit untuk memfinalisir data sekitar empat gigabytes ke dalam harddisk.
Memang tidak semua datanya aku backup. Ada juga data kembar yang aku tinggal buang saja. Maklum dari folder yang sama terkadang aku backup dua kali, karena yang satu untuk di modifikasi dan yang laen untuk cadangan bila terjadi kesalahan editing.
Asik juga sih mensortir dan membackup data gitu. Itung-itung seperti membuang sampah dari rumah. Bila kita malas buang, lama-lama akan menumpuk dan rumah kita penuh. Tapi bila kita sortir, kita pack satu per satu ke dalam kardos, maka itu sama dengan membackup ke dalam sekeping DVD.
Sampai akhirnya aku berhasil mengkosongkan salah satu drive yang disinyalir bermasalah di harddisk keduaku hari ini, dan aku lakukan pembenahan lanjut. Dan sebenarnya bukan hanya itu saja, aku juga membackup data dari dua drive utamaku. Terutama data yang sudah usang dan sudah saatnya di arsip.
Kan lebih baek kita punya harddisk yang kosong daripada harddisk yang penuh. Apalagi akhir-akhir ini aku punya hobi mencari film menarik dari internet, untuk ditonton sendiri maupun aku pamerkan ke teman, terutama movie mini yang menarik.
Ya begitulah, aku tentunya tidak akan berhenti sampai di sini saja, masi ada jadwal dua minggu ke depan untuk membereskan yang laennya. Sudah saatnya berbenah diri. Sebetolnya sama saja, hal ini aku lakukan saat ini atau nanti. Karena kan aku berrencana mengganti sistemku, alias beli komputer baru dan ada wacana mengganti operating system menjadi yang paling modern untuk menyikapi datanganya IPv6 yang menggantikan penomeran IP yang sekarang. Jadi suatu hari nanti juga aku harus mensortir dan membackup semuanya.. So itung-itung aku sudah cicil mulai sekarang.
Saturday, July 31, 2010
Friday, July 30, 2010
Persiapan Puasa
Tak terasa, tinggal sepuluh hari lagi masyarakat muslim di seluruh dunia akan melakukan wajib puasa. Begitu juga denganku. Untukku, masa puasa adalah persiapan untuk menimbun barang pangan yang penting dan tahan lama seperti segala jenis makanan kaleng, camilan dan laen sebagainya.
Memang bagi yang tau dimana lokasiku tinggal, pasti akan heran meliatku mempersiapkan daftar belanjaan yang panjang. Kan semua juga tau aku tinggal dekat supermarket yang ada bahkan foodcourt nya juga, tapi mengapa aku kok siap-siap nimbun makanan?
Jawabannya mudah. Setelah masa puasa dilewati yaitu menurut penanggalanku, masa puasa dimulai tanggal 10 Agustus dan berakhir dengan Lebaran tanggal 10 dan 11 September. Dan dimasa itu, biasanya aku hidup sendirian tanpa pembantu. Jadi kalo mau keluar rumah, musti buka dan kunci pintu pagar sendiri. Juga bukan hanya itu, kadang bila aku sibuk, aku masi bisa meminta salah satu pembantuku untuk membelikan makanan buatku, namun di masa lebaran, biasanya pembantuku mudik, sehingga aku musti ‘do itu myself’ untuk segala hal, termasuk beresin kebun miniku.
Kebun mini dari Bali? Kok dari Bali? Soalnya kalo dari Hongkong kejauhan, jadi cukup dari Bali aja. Sejak kapan aku punya kebun mini? Ya itu dikit hiperbola bolekan, lagian siapa sih yang tau? Hehehe..
Ya sebenarnya hanya beberapa tanaman yang harus disiram supaya tidak kekeringan. Kita sebagai manusia tidak bole egois dan juga wajib memperhatikan tanaman yang sudah bekerja menjadi paru-paru rumah. Dikit disiram dan dibersihkan dedaunannya dari debu, sudah cukup. Sebulan atau dua bulan sekali dipupuk biar subur dan mengganti zat dalam tanah yang abis dikonsumsi oleh tanaman juga akan menyehatkan mereka.
Begitulah caranya kita menimbun pahala. Kan kita tidak tau, apabila setelah meninggal nanti tiba-tiba kita diadili oleh Sang Pencipta dan ditanya ‘mana timbal balikmu terhadap tanaman yang sudah memberikan oksigennya padamu dan menyerap segala karbon dioksida yang kau hasilkan?’. Duh mampuslah kalo ditanya demikian.
Kan kita harus hidup sesuai dengan ajaran orang bijak ‘take a little and give a little’. Jadi jangan mau gratisan aja, tapi sesekali kita harus mau memberi. Dan tentunya itu berlaku juga bukan hanya kepada sesama manusia, namun kukira lebih tepat bila itu juga kita perlakukan kepada makhluk hidup laennya.
So, jadi masa puasa sudah dekat. Artinya masa menimbun barang pangan bagiku sudah datang pula. Semoga aja selama masa puasa ini segalanya lancar dan juga tidak ada hal yang aneh-aneh. Kan biar bagaimanapun juga, masa puasa adalah masa pertobatan bagi yang mengamininya dan juga bulan itu disebut sebagai bulan suci dimana dedemit tidak bakalan nongol menurut kepercayaan beberapa orang.
Jadi nanti selama masa lebaran dan pembantu mudik, aku bisa santai jaga rumah dan nonton video Bernard Bear lagi, atau beberapa DVD yang belon sempat kutonton. Asik pokoknya. Hanya saja aku tidak bole lupa, sedia camilan untuk itu. Hahaha..
Jadi masa puasa adalah masa belanja barang bagiku. Ini sudah mulai rajin-rajin merencanakan persediaan untuk minimal sebulan ke depan. Sebulannya dihitung dari hari H-3 lebaran maksudku. Yang penting harus ada ya harus dibeli. Yang penting lebaran tinggal tujuh minggu lagi, sedia makanan sebelon kelaparan.
Tapi syukurlah, untuk keadaan genting, ada sumber penyelamat di dekatku, yaitu di foodcourt di supermarket itu. Maklum juga karena depot langgananku dan tempatku makan siang pasti juga tutup selama lebaran. Dan tukang penjual nasi goreng duk duk, dan tahu tek tek serta mie baso kring kring atau siomay tet tet semua pasti tidak ada.
Memang bagi yang tau dimana lokasiku tinggal, pasti akan heran meliatku mempersiapkan daftar belanjaan yang panjang. Kan semua juga tau aku tinggal dekat supermarket yang ada bahkan foodcourt nya juga, tapi mengapa aku kok siap-siap nimbun makanan?
Jawabannya mudah. Setelah masa puasa dilewati yaitu menurut penanggalanku, masa puasa dimulai tanggal 10 Agustus dan berakhir dengan Lebaran tanggal 10 dan 11 September. Dan dimasa itu, biasanya aku hidup sendirian tanpa pembantu. Jadi kalo mau keluar rumah, musti buka dan kunci pintu pagar sendiri. Juga bukan hanya itu, kadang bila aku sibuk, aku masi bisa meminta salah satu pembantuku untuk membelikan makanan buatku, namun di masa lebaran, biasanya pembantuku mudik, sehingga aku musti ‘do itu myself’ untuk segala hal, termasuk beresin kebun miniku.
Kebun mini dari Bali? Kok dari Bali? Soalnya kalo dari Hongkong kejauhan, jadi cukup dari Bali aja. Sejak kapan aku punya kebun mini? Ya itu dikit hiperbola bolekan, lagian siapa sih yang tau? Hehehe..
Ya sebenarnya hanya beberapa tanaman yang harus disiram supaya tidak kekeringan. Kita sebagai manusia tidak bole egois dan juga wajib memperhatikan tanaman yang sudah bekerja menjadi paru-paru rumah. Dikit disiram dan dibersihkan dedaunannya dari debu, sudah cukup. Sebulan atau dua bulan sekali dipupuk biar subur dan mengganti zat dalam tanah yang abis dikonsumsi oleh tanaman juga akan menyehatkan mereka.
Begitulah caranya kita menimbun pahala. Kan kita tidak tau, apabila setelah meninggal nanti tiba-tiba kita diadili oleh Sang Pencipta dan ditanya ‘mana timbal balikmu terhadap tanaman yang sudah memberikan oksigennya padamu dan menyerap segala karbon dioksida yang kau hasilkan?’. Duh mampuslah kalo ditanya demikian.
Kan kita harus hidup sesuai dengan ajaran orang bijak ‘take a little and give a little’. Jadi jangan mau gratisan aja, tapi sesekali kita harus mau memberi. Dan tentunya itu berlaku juga bukan hanya kepada sesama manusia, namun kukira lebih tepat bila itu juga kita perlakukan kepada makhluk hidup laennya.
So, jadi masa puasa sudah dekat. Artinya masa menimbun barang pangan bagiku sudah datang pula. Semoga aja selama masa puasa ini segalanya lancar dan juga tidak ada hal yang aneh-aneh. Kan biar bagaimanapun juga, masa puasa adalah masa pertobatan bagi yang mengamininya dan juga bulan itu disebut sebagai bulan suci dimana dedemit tidak bakalan nongol menurut kepercayaan beberapa orang.
Jadi nanti selama masa lebaran dan pembantu mudik, aku bisa santai jaga rumah dan nonton video Bernard Bear lagi, atau beberapa DVD yang belon sempat kutonton. Asik pokoknya. Hanya saja aku tidak bole lupa, sedia camilan untuk itu. Hahaha..
Jadi masa puasa adalah masa belanja barang bagiku. Ini sudah mulai rajin-rajin merencanakan persediaan untuk minimal sebulan ke depan. Sebulannya dihitung dari hari H-3 lebaran maksudku. Yang penting harus ada ya harus dibeli. Yang penting lebaran tinggal tujuh minggu lagi, sedia makanan sebelon kelaparan.
Tapi syukurlah, untuk keadaan genting, ada sumber penyelamat di dekatku, yaitu di foodcourt di supermarket itu. Maklum juga karena depot langgananku dan tempatku makan siang pasti juga tutup selama lebaran. Dan tukang penjual nasi goreng duk duk, dan tahu tek tek serta mie baso kring kring atau siomay tet tet semua pasti tidak ada.
Thursday, July 29, 2010
Ene mene Muh
…und raus bist du..
Begitulah anak-anak kecil di Jerman menciptakan ‘random generator’ yang mungkin di negara ini dikenal dengan sebutan ‘bang bang tot, jendela wawa, siapa suka kentot ditembak raja tua’.
Demikian juga sebenarnya yang telah aku lakukan dengan beberapa nomer telefonku selama ini. Bila service dari salah satu operator itu tidak lagi memuaskan, maka aku termasuk golongan orang yang dengan senang hati membuang nomer tersebut. Bila ada nomer telefon bila dipake untuk telefon tarifnya mahal sekali dibandingkan dengan tarif yang laen, maka aku juga tidak sungkan untuk membuangnya.
Maklum juga, harga kartu perdana kan sekarang relatif murah, walau tidak semurah dulu, dimana harga kartu perdana sama dengan banyaknya pulsa yang diasosiasikan di dalam nomer tersebut. Tapi biar bagaimanapun juga, ada banyak keuntungan yang hanya dapat dinikmati oleh penguna kartu perdana, paling tidak untuk beberapa bulan ke depannya.
Maka dari itu, aku sendiri tidak habis pikir tentang orang yang sangat suka mengkoleksi nomer yang katanya ‘cantik’ dan bahkan ada yang rela membayar hingga ratusan juta rupiah untuknya. Rada sinting juga sih, apalagi bila itu nomer prabayar. Karena bila terlambat mengisi ulang bisa hilang itu nomer, tanpa menyebut bila handphone yang berisikan nomer ‘cantik’ itu hilang.
Tentu kehilangan nomer ‘cantik’ bisa dilaporkan ke operatornya, dan terkadang kita harus membayar sedikit untuk penggantian kartunya, tapi itu juga merepotkan. Kalo pasca bayar aku bisa lebih mengerti, karena dengan kartu pasca bayar biasa nya pergantian kartu lebih mudah. Tapi mereka semua lupa, menurut undang-undang yang berlaku, nomer itu bukan milih pengguna, melaenkan milik operator dan dapat kita gunakan selama kita mematuhi aturan undang-undang yang berlaku.
Kelebihan kartu prabayar sebaliknya, adalah kemudahan bagi kita untuk ‘membuang’ kartu tersebut. Tentunya dengan ‘membuang’ aku maksudkan sebagai ‘tidak menggunakan lagi kartu itu dan tidak mengisi ulang sampai batas terakhirnya’. Karena dengan model pasca bayar, kita harus datang ke kantor operator nya dan mengurus segala administrasinya baru kita terlepas dari nomer itu.
Nah singkatnya, aku selalu memperhatikan, bila aku ada kartu telefon yang dalam 2 bulan terakhir sangat jarang digunakan, maka aku biasanya akan memutuskan untuk membuang kartu tersebut. Karena memelihara dengan bantuan memanfaatkan masa tenggangpun aku tidak mau. Untuk apa kita buang-buang duit dan menukarnya menjadi pulsa bila kita tidak bisa menggunakannya?
Bila dulu aku mengadapatasi keinginan teman-temanku untuk mendapatkan layanan telefon murah dengan memelihara beberapa nomer dari beberapa operator. Namun sekarang dengan memperhatikan perkembangan tarif dari beberapa operator, aku sudah menemukan operator yang terbaek. Oleh karena itu, aku dengan segala senang hati membuang kartu-kartuku yang tidak aku gunakan lagi, karena tarif mahal, tidak terpakai atau ada suplemen laennya.
Nah untuk kali ini, aku rencana membuang salah satu kartu yang sudah ikut denganku selama lebih dari empat taon. Tentu saja hal itu lama, mengingat aku sendiri berada kembali di negeri ini belon ada lima taon terhitung dari kepulanganku di taon 2005 lalu.
Tentunya ada dampaknya bagiku, karena jumlah handphone ku itu sama dengan jumlah nomer ku, maka bila aku membuang salah satu nomerku, pasti akan ada handphone yang jadi nganggur. Tapi tak apalah, lebih baek nganggur dan irit di ongkos daripada aku harus memelihara banyak nomer yang sangat jarang aku gunakan.
Penilaianku tentang perkembangan tarif telefon di negara ini, sangat keliatan bila ke depannya lebih menguntungkan untuk menggunakan telefon berbasis CDMA terutama untuk yang gemar berbicara lewat telefon, ketimbang menggunakan telefon berbasis GSM. Jadi memang rencanaku untuk mengurangi nomer itu jato pada salah satu operator GSM yang tarif ngobrolnya sekarang sudah selangit.
Walau aku mulai memperhatikan bahwa akhir-akhir ini lama bicara diperpanjang sedikit oleh pihak operator sebelon diputus paksa, namun minat ku sudah sirna. Paling lambat akhir taon ini aku sudah buang itu nomerku dan aku sudah memberikan pemberitauan kepada teman-temanku akan hal ini. Protest hanya kudapat dari satu temanku, yang kalo menelefon aku paling hanya sekali dalam tiga bulan, jadi ya tak ada alasan bagiku untuk memelihara nomer itu dengan tujuan tidak jelas.
Ya udah, itu langkah awal, satu GSM sudah kubidik dan satu lagi nomer CDMA sedang dalam proses pengurangan jumlah nomerku yang saat ini terdiri atas delapan jenis kartu itu. Semoga semua berjalan lancar sehingga di kuartal pertama taon 2011 nanti jumlah nomerku akan tersisa enam saja. Sambil menunggu proses penyatuan dua operator yang kartunya kumiliki juga, siapa tau nanti bisa jadi lima saja.
Yup kita liat saja, siapa yang menawarkan tarif mahal, itu yang kita buang. Hari gini telefon harus bayar mahal, apa kata dunia?
Begitulah anak-anak kecil di Jerman menciptakan ‘random generator’ yang mungkin di negara ini dikenal dengan sebutan ‘bang bang tot, jendela wawa, siapa suka kentot ditembak raja tua’.
Demikian juga sebenarnya yang telah aku lakukan dengan beberapa nomer telefonku selama ini. Bila service dari salah satu operator itu tidak lagi memuaskan, maka aku termasuk golongan orang yang dengan senang hati membuang nomer tersebut. Bila ada nomer telefon bila dipake untuk telefon tarifnya mahal sekali dibandingkan dengan tarif yang laen, maka aku juga tidak sungkan untuk membuangnya.
Maklum juga, harga kartu perdana kan sekarang relatif murah, walau tidak semurah dulu, dimana harga kartu perdana sama dengan banyaknya pulsa yang diasosiasikan di dalam nomer tersebut. Tapi biar bagaimanapun juga, ada banyak keuntungan yang hanya dapat dinikmati oleh penguna kartu perdana, paling tidak untuk beberapa bulan ke depannya.
Maka dari itu, aku sendiri tidak habis pikir tentang orang yang sangat suka mengkoleksi nomer yang katanya ‘cantik’ dan bahkan ada yang rela membayar hingga ratusan juta rupiah untuknya. Rada sinting juga sih, apalagi bila itu nomer prabayar. Karena bila terlambat mengisi ulang bisa hilang itu nomer, tanpa menyebut bila handphone yang berisikan nomer ‘cantik’ itu hilang.
Tentu kehilangan nomer ‘cantik’ bisa dilaporkan ke operatornya, dan terkadang kita harus membayar sedikit untuk penggantian kartunya, tapi itu juga merepotkan. Kalo pasca bayar aku bisa lebih mengerti, karena dengan kartu pasca bayar biasa nya pergantian kartu lebih mudah. Tapi mereka semua lupa, menurut undang-undang yang berlaku, nomer itu bukan milih pengguna, melaenkan milik operator dan dapat kita gunakan selama kita mematuhi aturan undang-undang yang berlaku.
Kelebihan kartu prabayar sebaliknya, adalah kemudahan bagi kita untuk ‘membuang’ kartu tersebut. Tentunya dengan ‘membuang’ aku maksudkan sebagai ‘tidak menggunakan lagi kartu itu dan tidak mengisi ulang sampai batas terakhirnya’. Karena dengan model pasca bayar, kita harus datang ke kantor operator nya dan mengurus segala administrasinya baru kita terlepas dari nomer itu.
Nah singkatnya, aku selalu memperhatikan, bila aku ada kartu telefon yang dalam 2 bulan terakhir sangat jarang digunakan, maka aku biasanya akan memutuskan untuk membuang kartu tersebut. Karena memelihara dengan bantuan memanfaatkan masa tenggangpun aku tidak mau. Untuk apa kita buang-buang duit dan menukarnya menjadi pulsa bila kita tidak bisa menggunakannya?
Bila dulu aku mengadapatasi keinginan teman-temanku untuk mendapatkan layanan telefon murah dengan memelihara beberapa nomer dari beberapa operator. Namun sekarang dengan memperhatikan perkembangan tarif dari beberapa operator, aku sudah menemukan operator yang terbaek. Oleh karena itu, aku dengan segala senang hati membuang kartu-kartuku yang tidak aku gunakan lagi, karena tarif mahal, tidak terpakai atau ada suplemen laennya.
Nah untuk kali ini, aku rencana membuang salah satu kartu yang sudah ikut denganku selama lebih dari empat taon. Tentu saja hal itu lama, mengingat aku sendiri berada kembali di negeri ini belon ada lima taon terhitung dari kepulanganku di taon 2005 lalu.
Tentunya ada dampaknya bagiku, karena jumlah handphone ku itu sama dengan jumlah nomer ku, maka bila aku membuang salah satu nomerku, pasti akan ada handphone yang jadi nganggur. Tapi tak apalah, lebih baek nganggur dan irit di ongkos daripada aku harus memelihara banyak nomer yang sangat jarang aku gunakan.
Penilaianku tentang perkembangan tarif telefon di negara ini, sangat keliatan bila ke depannya lebih menguntungkan untuk menggunakan telefon berbasis CDMA terutama untuk yang gemar berbicara lewat telefon, ketimbang menggunakan telefon berbasis GSM. Jadi memang rencanaku untuk mengurangi nomer itu jato pada salah satu operator GSM yang tarif ngobrolnya sekarang sudah selangit.
Walau aku mulai memperhatikan bahwa akhir-akhir ini lama bicara diperpanjang sedikit oleh pihak operator sebelon diputus paksa, namun minat ku sudah sirna. Paling lambat akhir taon ini aku sudah buang itu nomerku dan aku sudah memberikan pemberitauan kepada teman-temanku akan hal ini. Protest hanya kudapat dari satu temanku, yang kalo menelefon aku paling hanya sekali dalam tiga bulan, jadi ya tak ada alasan bagiku untuk memelihara nomer itu dengan tujuan tidak jelas.
Ya udah, itu langkah awal, satu GSM sudah kubidik dan satu lagi nomer CDMA sedang dalam proses pengurangan jumlah nomerku yang saat ini terdiri atas delapan jenis kartu itu. Semoga semua berjalan lancar sehingga di kuartal pertama taon 2011 nanti jumlah nomerku akan tersisa enam saja. Sambil menunggu proses penyatuan dua operator yang kartunya kumiliki juga, siapa tau nanti bisa jadi lima saja.
Yup kita liat saja, siapa yang menawarkan tarif mahal, itu yang kita buang. Hari gini telefon harus bayar mahal, apa kata dunia?
Wednesday, July 28, 2010
Penjara
Sebenarnya kisahnya dimulai dengan cara sederhana saja. Seorang temanku baru saja bergabung dengan sebuah jejaring sosial dan mulai belajar menggunakannya. Untuk itu dia udah mengunggah fotonya yang ternyata dikomentari salah satu teman wanitanya sebagai foto seorang ‘oom’ alias pria paruh baya.
Untuk itu dia rencananya mau mengunggah fotonya yang dibuatnya di kantor polisi empat taon silam, tentunya bukan sebagai terdakwa, tersangka apalagi tahanan, tapi foto tersebut memang dibuat oleh oknum polisi sewaktu temanku itu membuat/memperbaruhi surat ijin mengemudinya.
Nah karena dia minta bantuan untuk scan, aku menawarkan cara laen, yaitu mengkreasikan sebuah foto dirinya dengan latar belakang berbeda. Tanpa sepengetauan dia, aku menyiapkan foto dari seorang tahanan di dalam penjara yang kepalanya sedianya akan kuganti dengan kepala temanku itu.
Dan begitulah terjadi. Dengan sukses dan banyak ketawa temanku itu mengunggah fotonya yang menggambarkan dirinya berada dalam penjara itu ke situs sosialnya dan tentunya membuat teman-temannya menjadi keheranan.
Ada yang tanya, apakah itu foto asli, ada yang tanya apakah dia sudah siap untuk menyusul teman dekatnya yang saat ini menjadi tahanan polisi beneran, dan laen laen. Tapi yang lucu bukan itu, tapi teman wanitanya yang tadinya mengkritik temanku sebagai pria tua bangka itu jadi heran dan bertanya-tanya kapan temanku itu di tahan polisi dan untuk kasus apa.
Begitu seriusnya dia bertanya, dan juga menghubungiku untuk mempertanyakannya, aku hanya senyum-senyum saja sih. Sambil heran kok ada orang yang bisa tertipu dengan hasil karya seniku itu? Hahaha. Lucu juga, padahal itu hanya kubuat dalam tempo tidak lebih dari lima menit.
Tapi singkat cerita, setelah teman wanitanya tau kalo itu foto rekonstruksi belaka, dia jadi marah-marah padaku. Awalnya dia pikir temanku itu membuat fotonya di rumahku, sehingga teman wanitanya berpikiran aku yang gila karena punya rumah seperti rutan (rumah tahanan).
Tapi setelah dia mendapatkan konfirmasi lebih lanjut, maka dia rupanya jengkel bisa tertipu oleh foto rekayasa begitu, hahaha. Di jaman sekarang masi ada banyak orang yang bisa ditipu oleh hasil karya cipta computer rupanya, hahaha, lucu juga bila aku mengingat segalanya.
Moral dari cerita ini adalah supaya kita jangan hanya memperhatikan dan langsung mempercayai apa yang kita liat, tapi mau bersikap kritis terhadap apa yang kita liat.
Untuk itu dia rencananya mau mengunggah fotonya yang dibuatnya di kantor polisi empat taon silam, tentunya bukan sebagai terdakwa, tersangka apalagi tahanan, tapi foto tersebut memang dibuat oleh oknum polisi sewaktu temanku itu membuat/memperbaruhi surat ijin mengemudinya.
Nah karena dia minta bantuan untuk scan, aku menawarkan cara laen, yaitu mengkreasikan sebuah foto dirinya dengan latar belakang berbeda. Tanpa sepengetauan dia, aku menyiapkan foto dari seorang tahanan di dalam penjara yang kepalanya sedianya akan kuganti dengan kepala temanku itu.
Dan begitulah terjadi. Dengan sukses dan banyak ketawa temanku itu mengunggah fotonya yang menggambarkan dirinya berada dalam penjara itu ke situs sosialnya dan tentunya membuat teman-temannya menjadi keheranan.
Ada yang tanya, apakah itu foto asli, ada yang tanya apakah dia sudah siap untuk menyusul teman dekatnya yang saat ini menjadi tahanan polisi beneran, dan laen laen. Tapi yang lucu bukan itu, tapi teman wanitanya yang tadinya mengkritik temanku sebagai pria tua bangka itu jadi heran dan bertanya-tanya kapan temanku itu di tahan polisi dan untuk kasus apa.
Begitu seriusnya dia bertanya, dan juga menghubungiku untuk mempertanyakannya, aku hanya senyum-senyum saja sih. Sambil heran kok ada orang yang bisa tertipu dengan hasil karya seniku itu? Hahaha. Lucu juga, padahal itu hanya kubuat dalam tempo tidak lebih dari lima menit.
Tapi singkat cerita, setelah teman wanitanya tau kalo itu foto rekonstruksi belaka, dia jadi marah-marah padaku. Awalnya dia pikir temanku itu membuat fotonya di rumahku, sehingga teman wanitanya berpikiran aku yang gila karena punya rumah seperti rutan (rumah tahanan).
Tapi setelah dia mendapatkan konfirmasi lebih lanjut, maka dia rupanya jengkel bisa tertipu oleh foto rekayasa begitu, hahaha. Di jaman sekarang masi ada banyak orang yang bisa ditipu oleh hasil karya cipta computer rupanya, hahaha, lucu juga bila aku mengingat segalanya.
Moral dari cerita ini adalah supaya kita jangan hanya memperhatikan dan langsung mempercayai apa yang kita liat, tapi mau bersikap kritis terhadap apa yang kita liat.
Tuesday, July 27, 2010
Computer Baru
Entah kenapa, kok aku merasa, kalo rupanya computer yang kupake ini sudah mulai tidak bisa memenuhi kebutuhanku. Bukan hanya dalam segi kecepatan, tapi sepertinya ada yang salah dengan memori nya sehingga sering kali menyusahkan aku saja dengan segala jenis pesan error nya.
Mulai dari pesan ada error di harddisk yang sampai saat ini tak pernah bisa ditemukan dimana duduk persoalannya, karena di cek berulang kali, dilaporkan tak ada error tapi kok selalu muncul peringatan adanya kesalahan disana. Sampe aku akhirnya kuatir juga dan mulai dari mendeaktifkannya sejak tiga bulan lalu, dan sejak seminggu ini aku mulai mencoba membackup nya ke DVD.
Semua ini kadang membuat aku berpikir untuk membeli computer baru. Lagian kan sejak Januari ini sudah keluar processor baru, yang konon kabarnya mendukung teknik baru yang mempercepat kerja kita terutama di bidang grafik nya. Maklum processor baru dari family i-core itu ternyata mendukung teknik visualisasi yang jarang ditemukan di versi-versi yang dijual di Indo saat ini.
Tapi kedatangan i-core ini tidak serta merta disambut dengan turunnya harga dari computer generasi sebelonnya, ya jelas aja, kan pihak toko juga sudah berinvestasi untuk menyediakan beberapa jenis untuk dijual. Karena itu masi tidak mudah untuk mendapatkan jenis computer berjantung i-core, terutama jenis i5 yang relatif menarik untuk diincar.
Tapi walaupun ada dipasaran, ternyata berita dari Eropa sana mengabarkan padaku kalo BluRay Disk Drive sudah mulai dipasang di dalam computer dan laptop yang dijual, sebagai pengganti DVD Drive yang saat ini sudah sangat umum dan menggantikan keberadaan teknik CD.
Nah ya, teknik CD kan populer di akhir 80an dan teknik DVD sudah populer di akhir 90an, maka tidak heran bila BluRay yang de facto menyediakan tempat penyimpanan yang lebih besar lagi itu sudah mulai dipasarkan sepuluh taon kemudian.
Tapi selaen teknik DVD, ternyata teknik USB 3.0 (Universal Serial Bus versi 3) juga sudah mulai dipasarkan di dalam computer dan laptop yang dijual. Hanya saja belon masuk ke Indo.
Nah disini lah pertimbanganku, untuk menunda membeli atau membeli sekarang. Tapi yang terpenting dari semuanya itu, adalah memori dari computer setidaknya harus lebih besar dari 1 GB, minimal 2 GB karena banyak aplikasi modern saat ini yang membutuhkan memori yang besar. Di Eropa sudah biasa computer atau laptop dijual dengan memori sebesar 4 GB atau 6 GB, tapi di Indo biasa computer dan laptop dijual dengan memori berukuran mini, yaitu 1 GB.
Maka dari itu, aku putuskan untuk menunda membeli computer dulu, buat backup dulu, dan nanti baru mikir lagi ke depannya, mau yang mana. Karena sekarang pun barang yang ku mau belon ada di pasaran.
Pada intinya, aku biasa membeli computer untuk digunakan lima taon ke depan, paling tidak kalo tidak rusak duluan. Dan pedomanku itu juga berlaku untuk semua jenis barang elektronik yang kumiliki. Sebelon berusia lima taon, biasanya masi layak pakai. Lagian dengan mengurangi konsumsi elektronik kita, kita bisa membantu mengurangi sampah elektronik. Maka membeli dengan berpikir mungkin adalah tindakan yang tepat.
Mulai dari pesan ada error di harddisk yang sampai saat ini tak pernah bisa ditemukan dimana duduk persoalannya, karena di cek berulang kali, dilaporkan tak ada error tapi kok selalu muncul peringatan adanya kesalahan disana. Sampe aku akhirnya kuatir juga dan mulai dari mendeaktifkannya sejak tiga bulan lalu, dan sejak seminggu ini aku mulai mencoba membackup nya ke DVD.
Semua ini kadang membuat aku berpikir untuk membeli computer baru. Lagian kan sejak Januari ini sudah keluar processor baru, yang konon kabarnya mendukung teknik baru yang mempercepat kerja kita terutama di bidang grafik nya. Maklum processor baru dari family i-core itu ternyata mendukung teknik visualisasi yang jarang ditemukan di versi-versi yang dijual di Indo saat ini.
Tapi kedatangan i-core ini tidak serta merta disambut dengan turunnya harga dari computer generasi sebelonnya, ya jelas aja, kan pihak toko juga sudah berinvestasi untuk menyediakan beberapa jenis untuk dijual. Karena itu masi tidak mudah untuk mendapatkan jenis computer berjantung i-core, terutama jenis i5 yang relatif menarik untuk diincar.
Tapi walaupun ada dipasaran, ternyata berita dari Eropa sana mengabarkan padaku kalo BluRay Disk Drive sudah mulai dipasang di dalam computer dan laptop yang dijual, sebagai pengganti DVD Drive yang saat ini sudah sangat umum dan menggantikan keberadaan teknik CD.
Nah ya, teknik CD kan populer di akhir 80an dan teknik DVD sudah populer di akhir 90an, maka tidak heran bila BluRay yang de facto menyediakan tempat penyimpanan yang lebih besar lagi itu sudah mulai dipasarkan sepuluh taon kemudian.
Tapi selaen teknik DVD, ternyata teknik USB 3.0 (Universal Serial Bus versi 3) juga sudah mulai dipasarkan di dalam computer dan laptop yang dijual. Hanya saja belon masuk ke Indo.
Nah disini lah pertimbanganku, untuk menunda membeli atau membeli sekarang. Tapi yang terpenting dari semuanya itu, adalah memori dari computer setidaknya harus lebih besar dari 1 GB, minimal 2 GB karena banyak aplikasi modern saat ini yang membutuhkan memori yang besar. Di Eropa sudah biasa computer atau laptop dijual dengan memori sebesar 4 GB atau 6 GB, tapi di Indo biasa computer dan laptop dijual dengan memori berukuran mini, yaitu 1 GB.
Maka dari itu, aku putuskan untuk menunda membeli computer dulu, buat backup dulu, dan nanti baru mikir lagi ke depannya, mau yang mana. Karena sekarang pun barang yang ku mau belon ada di pasaran.
Pada intinya, aku biasa membeli computer untuk digunakan lima taon ke depan, paling tidak kalo tidak rusak duluan. Dan pedomanku itu juga berlaku untuk semua jenis barang elektronik yang kumiliki. Sebelon berusia lima taon, biasanya masi layak pakai. Lagian dengan mengurangi konsumsi elektronik kita, kita bisa membantu mengurangi sampah elektronik. Maka membeli dengan berpikir mungkin adalah tindakan yang tepat.
Monday, July 26, 2010
Garam dan Katun
Cerita dari pastor Anthony de Mello yang judulnya ‘Salt and Cotton in the River’ ini kudengar pertama kalinya waktu aku masi SMP. Ya kira-kira bersamaan dengan terbitnya buku ‘Burung Berkicau’ nya si pastor yang sekarang sudah almarhum.
Menarik juga sih, bila kita telah belajar di tingkat SD dulu, kalo garam mencair di dalam air. Aku dulu waktu masi duduk di bangku SD terkagum-kagum sama yang namanya ilmu alam, atau IPA, Ilmu Pengetauan Alam yang mulai diajarkan di kelas empat SD.
Balik ke topik semula, ini kutipan dari cerita singkatnya:
Nasruddin was taking a load of salt to the market. His donkey waded through the river
and the salt dissolved. When it reached the opposite bank the animal ran around in
circles, overjoyed that its load had been lightened. But Nasruddin was annoyed.
On the next market day he packed the panniers with cotton. The ass nearly drowned
with the increased weight of the cotton soaked in the river water.
‘There I’ said Nasruddin gleefully. ‘That will teach you to think that each time you
go through water you stand to gain I’
Two persons walked into religion. One came alive, the other drowned.
Seperti biasa, bila kita baca cerita itu pasti tersenyum, namun kembali heran, bila membaca apa yang ditulisnya dibaris terakhir. Tentunya hal ini membuat kita kembali berpikir, apa maksud yang tersembunyinya?
Singkat saja, dalam ceita itu digambarkan bahwa air adalah ‘agama’. Agama? Gimana mungkin, apa yang mau diceritakan oleh si pastor?
Mudah saja, air itu sebenarnya adalah ajaran agama. Dan ajaran agama atau mungkin aku lebih suka mengatakannya sebagai ’tempaan agama’ adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada. Ada di sini dalam artian tidak diciptakan.
Bila kita menjalani tempaan agama ini seperti halnya garam, maka segala pikiran dan batin kita bisa larut ke dalamnya dengan mudah, dan ikutan mengalir bersama dengan aliran itu sendiri. Tak ada bahaya bagi kita sama sekali. Dan itu digambarkan dengan keledai yang menjadi ringan setelah melewati tempaan agama.
Namun, kita bisa saja bersikukuh mau berusaha menyerap segala ajaran agama itu. Seperti hal nya yang dilakukan oleh katun. Karena saking banyaknya dia menyerap ajaran agama itu, maka dia menjadi terbebani.
What? Pastilah orang berseru demikian membaca tulisanku ini. Tentu aku tulis di sini dengan maksud agar pembacaku mau memikir sendiri apa yang kumaksud.
Padahal mudah saja, bila kita mendapatkan ajaran agama dan kita bertindak fanatik terhadap ajaran itu, maka bisa dikata kita tidak mau larut ke dalam nya, atau bahkan mungkin berusaha untuk hidup sesuai dengan segala ajaran itu, baek yang benar maupun yang salah.
Akibatnya? Akibatnya jelas, seperti katun, kita akan mendapatkan beban dan bahkan tenggelam dalam ajaran agama itu sendiri, menjadi teroris atas nama agama, menjadi orang yang sombong atas nama agama dan laen-laen.
Mari kita bertindak yang tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita anut, namun juga jangan terlalu memaksakan segalanya. Biar semuanya itu kita serap dan kita larut di dalamnya secara alami.
Aku jadi teringat pada kitab Matius pasal ke 7 dan ayat ke 12 yang berbunyi:
‘Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.’
Atau surat Paulus kepada Jemaat di Roma pasal ke 3 dan ayat ke 20 yang berbunyi:
‘Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.eka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.’
Menarik juga sih, bila kita telah belajar di tingkat SD dulu, kalo garam mencair di dalam air. Aku dulu waktu masi duduk di bangku SD terkagum-kagum sama yang namanya ilmu alam, atau IPA, Ilmu Pengetauan Alam yang mulai diajarkan di kelas empat SD.
Balik ke topik semula, ini kutipan dari cerita singkatnya:
Nasruddin was taking a load of salt to the market. His donkey waded through the river
and the salt dissolved. When it reached the opposite bank the animal ran around in
circles, overjoyed that its load had been lightened. But Nasruddin was annoyed.
On the next market day he packed the panniers with cotton. The ass nearly drowned
with the increased weight of the cotton soaked in the river water.
‘There I’ said Nasruddin gleefully. ‘That will teach you to think that each time you
go through water you stand to gain I’
Two persons walked into religion. One came alive, the other drowned.
Seperti biasa, bila kita baca cerita itu pasti tersenyum, namun kembali heran, bila membaca apa yang ditulisnya dibaris terakhir. Tentunya hal ini membuat kita kembali berpikir, apa maksud yang tersembunyinya?
Singkat saja, dalam ceita itu digambarkan bahwa air adalah ‘agama’. Agama? Gimana mungkin, apa yang mau diceritakan oleh si pastor?
Mudah saja, air itu sebenarnya adalah ajaran agama. Dan ajaran agama atau mungkin aku lebih suka mengatakannya sebagai ’tempaan agama’ adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada. Ada di sini dalam artian tidak diciptakan.
Bila kita menjalani tempaan agama ini seperti halnya garam, maka segala pikiran dan batin kita bisa larut ke dalamnya dengan mudah, dan ikutan mengalir bersama dengan aliran itu sendiri. Tak ada bahaya bagi kita sama sekali. Dan itu digambarkan dengan keledai yang menjadi ringan setelah melewati tempaan agama.
Namun, kita bisa saja bersikukuh mau berusaha menyerap segala ajaran agama itu. Seperti hal nya yang dilakukan oleh katun. Karena saking banyaknya dia menyerap ajaran agama itu, maka dia menjadi terbebani.
What? Pastilah orang berseru demikian membaca tulisanku ini. Tentu aku tulis di sini dengan maksud agar pembacaku mau memikir sendiri apa yang kumaksud.
Padahal mudah saja, bila kita mendapatkan ajaran agama dan kita bertindak fanatik terhadap ajaran itu, maka bisa dikata kita tidak mau larut ke dalam nya, atau bahkan mungkin berusaha untuk hidup sesuai dengan segala ajaran itu, baek yang benar maupun yang salah.
Akibatnya? Akibatnya jelas, seperti katun, kita akan mendapatkan beban dan bahkan tenggelam dalam ajaran agama itu sendiri, menjadi teroris atas nama agama, menjadi orang yang sombong atas nama agama dan laen-laen.
Mari kita bertindak yang tidak bertentangan dengan ajaran agama yang kita anut, namun juga jangan terlalu memaksakan segalanya. Biar semuanya itu kita serap dan kita larut di dalamnya secara alami.
Aku jadi teringat pada kitab Matius pasal ke 7 dan ayat ke 12 yang berbunyi:
‘Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.’
Atau surat Paulus kepada Jemaat di Roma pasal ke 3 dan ayat ke 20 yang berbunyi:
‘Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.eka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.’
Sunday, July 25, 2010
Perbedaan Vital
Dedikasi: S Lily
Kisah kedua yang menarik minta dari temanku Lily itu, adalah hal mengenai perbedaan khas atau perbedaan yang mendasar yang digambarkan oleh cerita singkat pastor Anthony de Mello SJ.
Cerita nya yang berjudul ‘A Vital Difference’ aku kutipkan kembali di sini:
Uwais, the Sufi, was once asked: ‘What has Grace brought you?’
He replied: ‘When I wake in the morning I feel like a man who is not sure he will live till evening.’
Said the questioner:
‘But doesn’t everyone know this?’
Said Uwais: ‘They certainly do. But not all of them feel it.’
No one ever became drunk on the word ‘wine’
Kembali seperti biasa, makna dari cerita pendek itu ada di kalimat terakhirnya, yaitu: ‘tidak akan ada seorangpun yang menjadi mabok karena kata anggur’. Nah apa artinya?
Mari kita liat beberapa baris di atasnya yang kira-kira berarti, ‘banyak dari kita yang tau bahwa tidak semua tau apakah besok pagi kita masi hidup, namun tidak semua merasakan kegembiraan yang dialami oleh beberapa orang’.
Ya terus terang, dari berbagai aliran agama dan kepercayaan yang pernah kupelajari, mungkin hanya agama Islam yang mengajarkan jemaat nya untuk bersyukur setiap pagi. Tepatnya diajarkan adalah di pagi hari bersamaan dengan terbitnya matahari untuk mengucap syukur sebelon beraktifitas.
Mengapa bersyukur di pagi hari, karena kita telah dijaga sepanjang malam oleh sang Pencipta selama kita tertidur. Kita kan tau bila kita tertidur, artinya kan kita tidak berada di dunia ini untuk sementara waktu. Nah siapa yang bisa menjamin bahwa keesokkan harinya kita masi bisa bangun dengan sehat?
Banyak yang tau bahwa kehidupan kita adalah anugerah sang Pencipta, tapi siapa yang mau bersyukur setiap pagi ?
Mungkin itulah yang harus kita biasakan, pagi hari kita harus merasa bersyukur kepada sang Pencipta, karena kita telah dijaga beberapa jam sebelonnya, dan dibangunkan dalam keadaan sehat dan masi dapat kembali beraktifitas dan meneruskan apa yang telah kita rencanakan.
Bandingkan dengan orang yang bangun tidur nya di kamar rumah sakit. Masi dapatkah mereka bersyukur dengan selang yang terpasang di hidungnya? Mustinya harus, kenapa? Karena mereka masi bisa tidur..
Maka mari kita menyadari (bukan hanya cukup puas dengan merasa tau) dan mulai bersyukur setiap hari, begitu mata kita terbuka, marilah bersyukur dan berterima kasi, kita masi bisa bangun dan meliat terang. Mata masi berfungsi, hidung masi bernafas dan telinga masi mampu mendengar..
Kisah kedua yang menarik minta dari temanku Lily itu, adalah hal mengenai perbedaan khas atau perbedaan yang mendasar yang digambarkan oleh cerita singkat pastor Anthony de Mello SJ.
Cerita nya yang berjudul ‘A Vital Difference’ aku kutipkan kembali di sini:
Uwais, the Sufi, was once asked: ‘What has Grace brought you?’
He replied: ‘When I wake in the morning I feel like a man who is not sure he will live till evening.’
Said the questioner:
‘But doesn’t everyone know this?’
Said Uwais: ‘They certainly do. But not all of them feel it.’
No one ever became drunk on the word ‘wine’
Kembali seperti biasa, makna dari cerita pendek itu ada di kalimat terakhirnya, yaitu: ‘tidak akan ada seorangpun yang menjadi mabok karena kata anggur’. Nah apa artinya?
Mari kita liat beberapa baris di atasnya yang kira-kira berarti, ‘banyak dari kita yang tau bahwa tidak semua tau apakah besok pagi kita masi hidup, namun tidak semua merasakan kegembiraan yang dialami oleh beberapa orang’.
Ya terus terang, dari berbagai aliran agama dan kepercayaan yang pernah kupelajari, mungkin hanya agama Islam yang mengajarkan jemaat nya untuk bersyukur setiap pagi. Tepatnya diajarkan adalah di pagi hari bersamaan dengan terbitnya matahari untuk mengucap syukur sebelon beraktifitas.
Mengapa bersyukur di pagi hari, karena kita telah dijaga sepanjang malam oleh sang Pencipta selama kita tertidur. Kita kan tau bila kita tertidur, artinya kan kita tidak berada di dunia ini untuk sementara waktu. Nah siapa yang bisa menjamin bahwa keesokkan harinya kita masi bisa bangun dengan sehat?
Banyak yang tau bahwa kehidupan kita adalah anugerah sang Pencipta, tapi siapa yang mau bersyukur setiap pagi ?
Mungkin itulah yang harus kita biasakan, pagi hari kita harus merasa bersyukur kepada sang Pencipta, karena kita telah dijaga beberapa jam sebelonnya, dan dibangunkan dalam keadaan sehat dan masi dapat kembali beraktifitas dan meneruskan apa yang telah kita rencanakan.
Bandingkan dengan orang yang bangun tidur nya di kamar rumah sakit. Masi dapatkah mereka bersyukur dengan selang yang terpasang di hidungnya? Mustinya harus, kenapa? Karena mereka masi bisa tidur..
Maka mari kita menyadari (bukan hanya cukup puas dengan merasa tau) dan mulai bersyukur setiap hari, begitu mata kita terbuka, marilah bersyukur dan berterima kasi, kita masi bisa bangun dan meliat terang. Mata masi berfungsi, hidung masi bernafas dan telinga masi mampu mendengar..
Subscribe to:
Posts (Atom)