Mood : riang gembira
Cuaca: panas dan berawan
Snack : mie duk-duk
Song : lagi dengar Metro FM Surabaya
Genre : bervariasi
Tanggal : 1 September 2007
Dedikasi : Swandi alias ibu Angsa
Sejak aku mudik dari Jerman dan memutuskan ngendon di Surabaya ini, aku jadi teringat ama kebiasaan lama sewaktu aku masi kecil, yaitu cangkruk menunggu datangnya penjaja keliling di komplex-komplex perumahan yang memakai rombong, yach semacam PKL lah (pedagang kaki lima). Ada beberapa jenis dari mereka. Jenis yang pertama adalah jenis orang-orang yang jualan mie goreng dan nasi goreng, mereka pada umumnya memukul bambu yang dilobangi sehingga terdengar bunyi duk… duk... duk… duk…seperti bedug saur itu…yang bagi beberapa orang di Indonesia sudah tidak asing lagi didengar karena bisa membantu membangunkan orang dari alam mimpi-mimpi yang indah dengan tidak suka rela…
Golongan kedua adalah bapak-bapak yang berkeliling menjajakan sajian khas kota buaya ini, yaitu tau tek. Disebut tahu tek karena mereka memukul wajan penggorengan mereka yang biasanya sudah sangat item seperti tidak pernah kenal air sabun pembersih saja, sehingga suaranya sumbang teng… teng… teng… hahaha…memang biasanya orang berpikiran kalo nama tahu tek itu berasal dari suara wajan item itu yang tepinya sudah tak berbentuk dipukul-pukul dengan riangnya tiap hari. Tapi andaikata begitu, maka namanya harusnya “tahu teng“ donk, bukan “tahu tek“, hehehe… Untungnya ada beberapa orang lebih pinter yang bilang nama tersebut didapat dari suara gunting yang dipake untuk menggunting tahu goreng tersebut, sehingga bunyinya tek.. tek.. tek.. tek.. Hmm…aku sendiri ga tau mau ikut grup yang mana yang penggemar mukul-mukul wajan atau yang rajin memainkan alat pangkas rambut itu, yang jelas rasanya lumayanlah…terutama kalo dimakan disaat kita lagi kelaparan, hahaha…
Sedangkan golongan ketiga adalah golongan mas-mas yang berjualan baso atau bakwan sambil membunyikan suara tek… tek… tek… Hehehe… jadi jangan tertukar, yang jualan tahu tek itu bunyinya teng… teng… teng… sedangkan yang bunyinya tek… tek… tek… malah jualan baso ato bakwan. Hahaha… nah mas-mas ini dulunya abang-abang becak yang dimutasi menjadi penjual baso dan bakwan, karena itu rombong mereka bermodel becak, hehehe…mereka ini biasanya menjual dagangannya berdasarkan berapa biji baso/bakwan, gorengan, tahu dan siomai nya, jadi kuahnya gratis, hehehe… kalo kita kreativ, maka kita kalo beli baso/bakwan ini, minta kuah yang banyak, karena gratis, hehehe… terus kita tinggal beli baso/bakwan sendiri di supermarket terdekat dan hanya butuh di rebus dalam air kuah punya mas nya itu yang dijamin sudah dibumbui, hahaha… jadi itung-itung kita dapet baso extra, hehehe, tanpa susah payah bikin kuahnya…
Sementara golongan keempat adalah saudagar baso ikan yang memakai bel sepeda yang bunyinya toeet… toeet… toeet…Nah makanan khas si bapak penjaja yang satu ini biasanya hanya bisa dinikmati sama pelanggan-pelanggan setia yang bisa gerak cepat, maksudnya, kalo mau cegat makanan yang satu ini orang harus berlari-lari mengejar. Napa? Bukan karena bapak-bapak itu pelatih fitnes bersertifikat yang kerjanya di balai kelurahan terdekat, tapi karena bapak-bapak itu memakai sepeda yang dirombak menjadi tempat jualan. Gimana cara ngejar bapak-bapak yang bersepeda dengan cepat itu seperti tidak niat jualan tapi hanya berniat iming-iming aja? Ya, tepat! Sang peminat yang sudah kelaparan harus berlari-lari keluar rumah sambil berteriak-teriak seperti orang yang sedang kelaparan (ya emang khan?) “pak… pak… pak… pak…” Hmm… tapi kalo dipikir ulang, benar juga ya, yang dijajakan itu baso ikan yang logisnya dibuat dari ikan (tapi hanya yang asli lho) dan semua tau kalo untuk menangkap ikan itu orang harus gerak cepat. Cara terbaek untuk belajar menangkap ikan, ya bila kita ada dikit uang sisa dari jatah belajaan bulanan untuk beli tiket, nebus visa dan bayar akomodasi di Canada, maka kita bisa banyak belajar dari beruang coklat besar yang idup dan bersosialisasi di sana, beruang grizzli yang terkenal garang dan suka maem ikan salmon yang berdaging merah muda itu. Hehehe…Tapi kalo kita lagi bokek, ya kita nonton aja TVRI tiap hari, sapa tau kita beruntung dan bisa liat tayangan ilmu pengetauan tentang beruang grizzli dan habitatnya, hahaha…siapa sih yang di jaman ini masi nonton TVRI kecuali aku, hahaha…
Kategori kelima itu adalah abang-abang penjaja es walls yang biasanya memakai becak bercat putih pudar dan memutar lagu khas walls yang tidak pernah diganti-ganti itu. Ya iyalah, kalo diganti-ganti khan orang jadi bingung, makanan apa pula itu yang ditawarkan si abang, hahaha, tapi bila dipertimbangkan ulang, mungkin dengan ganti-ganti lagu orang jadi lebih mau keluar rumah nengok jajanan apa yang sedang ditawarkan, hehehe…dan yang paling penting lagu yang diganti-ganti itu tidak membuat sinting abang yang jualan itu (itung-itung itu juga hak asasi manusia, hehehe). Aku aja bila dengar lagu itu jika mereka lewat dua kali di depan rumahku, pasti bisa ikutan senewen, hehehe, karena benar-benar musik usang seperti lagu-lagu jaman purba yang dijadikan lagu wajib dan diajarkan pada tiap orang yang baru gedhe, hehehe…kasian juga para abang itu yang terpaksa mendengarkan melodi itu sampe mungkin dah hafal diluar kepala, hehehe…
Regu keenam adalah regu penjaja roti sari roti, yang selalu lewat di pagi hari sambil membunyikan lagu suara anak kecil yang ngomongnya tidak jelas itu, sampe-sampe para sopirku pada ikut berpantun mirip dengan lagu itu tapi lucunya driver yang satu dan yang laennya nyanyi dengan lirik yang beda-beda karena yang nyanyi itu seperti kumur-kumur, hahaha. Idem dengan abang dari kategori keempat, pasti si penjaja roti sari ini pasti dikupingnya terngiang-ngiang lagu tidak bermutu itu dan setelah bertugas lebih dari sebulan, dianya jadi pelanggan acara dangdutan dengan lagu kucing garong, hehehe…
Kalo kita mendengar musik radio yang didengungkan dari gerobak penjaja keliling itu, maka itu pasti salah satu dari anggota perkumpulan peracik jamu tradisional door to door. Mereka biasanya berdagang obat-obat kuat dan food supplements laennya untuk memperkuat badan, menaekkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu (makan) lelaki, de el el. Di komplex perumahanku sini, mereka biasa cangkrukan di pos satpam terdekat untuk ngerumpi ngomongi istri mereka di rumah yang bawel-bawel sambil memutar lagu-lagu dangdut beken yang lagi menduduki top ten indo dangdut chart versi radio Dungdat Nasional… hehehe… eh bukannya aku bilang lagu dangdut itu jelek lho, ada beberapa yang masi enak didengarkan. Bahkan lagu dangdut indo lebih merdu suaranya dan melodinya dibandingkan lagu-lagu daerah Jerman, hehehe…
Kontingen yang berikut adalah kontingen elit tukang sate ayam yang munculnya hanya sekitar suara adzan magrib yang dikumandangkan lewat pengeras suara dari masjid terdekat yang secara kebetulan selalu dipasang mengarah ke rumah di mana aku tinggal. Heran juga, entah dimanapun aku tinggal, secara kebetulan pasti ada satu loudspeaker yang mengarah ke rumahku, usut punya usut ternyata pengeras suara itu memang dipasang ke segala penjuru mata angin, supaya semua penduduk tanpa memandang bulu agama apa yang dianutnya dan tanpa pandang bulu bagaimana sulitnya kehidupan yang sedang dijalani, untuk selalu sadar kalo setidaknya lima kali dalam sehari kita harus bersujud pada Sang Pencipta guna berterima kasih atas kehidupan yang kita ini. Sebab Sang Pencipta-lah yang memelihara kita dan selalu mengasihi kita. Hmm… aku jadi ingat ada tebakan kenapa tuh corong pengeras suaranya masjid selalu dipasang jauh tinggi di atas menaranya. Jawabannya sangat mudah, bila sandal butut saja bisa hilang, apalagi loudspeaker yang mahal itu bilamana loudspeakernya diletakkan dibawah, hahaha…
Kembali kepada bang sate yang budiman itu, aku pribadi sangat senang mendengar teriakan tertahannya abang sate yang bunyinya “tee… tee…satee…” dengan mengingat kalo mereka itu berteriak dengan penuh semangat menjajakan jualan barbeque-nya yang berbau harum itu dan dijamin hampir tanpa zat-zat yang mempercepat pertumbuhan kanker dalam tubuh, hehehe… aku yang setiap tahunnya selalu mengadakan acara BBQ ama familiku tau bagaimana kita menghargai ketangkasan abang sate dalam mempersiapkan dan membakar bangkai ayam yang sudah dipotong kecil-kecil dan ditusuk rapi dengan sapu lidi itu dengan sedikit bagian yang gosong. Memang ada masa-masa suram dimana omzet mereka turun karena adanya isue daging yang dibakar bukan daging ayam kapung atau ayam horn melaenkan daging tikus pilihan. Ya itulah suka dukanya hidup seorang si jago barbeque, hehehe…
Kelompok yang terakhir, biasa keliling sambil bersepeda dan teriak-teriak “beeeng…rombeeeng…”. Nah seperti yang dikatakannya sendiri, tuh abang kelilingan cari barang rombeng alias barang usang, dia bersedia kasi kita beberatus rupiah untuk sebuah panci bocor, baju usang ataupun alat-alat rumah tangga laennya. Abang-abang ini biasa muncul di komplex ku sebulan sekali dan umumnya di hari minggu. Pernah satu masa dimana kami asik mengosongkan gudang dari barang-barang usang dan kebetulan si abang rombeng melihatnya, maka dia tidak sungkan-sungkan bertanya apa ada barang yang bisa dia beli. Alhasil kami berikan semuanya secara gratisan, (hanya bangkai tikus dan kecoa ngesot yang dia tidak mau, hehehe…), itung-itung tuh bapak membantu kami untuk membuang sampah, hehehe…sungguh mulia benernya jasa dia ini, karena telah meringankan tugas kami, mana gratis lagi, hehehe…
Penduduk baru kota buaya pasti kebingungan mendengar gangguan yang datang sepanjang hari melewati rumah idaman masa depan mereka, terutama bagi yang tinggal di komplex perumahan di Surabaya ini, tapi paling tidak sampe mereka tau kalo kota ini bukan hanya diramekan oleh para penjaja maeman keliling, tapi juga dimeriahkan oleh para pengamen yang hobinya mengancam-ngancam penduduk yang ga mau kasi sedekahan sambil bernyanyi dengan suara sumbang yang menceritakan kalo pacar sang penyanyi baru saja selingkuh “…o o o kamu ketauan, pacaran lagi, dengan si dia…”, pernah dengar ndak lagunya? Itu lho lagu dari Matta Band yang judulnya Ketauan dari albumnya yang berjudul Ketauan. Hehehe… Aku jadi ingat jaman orde baru dulu. Aku dulu sangat sering terbang ke Jakarta PP (pulang pergi). Nah di bandara Juanda dan di bandara Cengkareng itu sering kali kita dicegat sama wakil-wakil dari panitia PON (pekan olahraga nasional) atau dari PMI (palang merah Indonesia) atau dari organisasi yayasan-yayasan yang tidak jelas untuk dimintai sumbangan suka rela dengan jalan membeli kupon mereka. Padahal namanya suka rela, tapi kalo kita tidak bayar, kita tidak bole naek pesawat (boarding). Sangat ironis ya. Ya maklumlah pejabat di sini siapa sih yang masi bersih? Kan ada lagu dangdut yang intinya mengeluhkan kalo jaman sekarang ini jaman gila, siapa tidak ikut gila tidak akan kebagian, hehehe…Gimana mau mengurangi korupsi kalo pejabat-pejabat yang berwenang juga ikutan korupsi, senjata makan tuan khan namanya? Hehehe… tidak heran bila para pejabat negara itu pada kaya-kaya sedangkan rakyatnya menderita dan hidup serba kekurangan dan harus rela membanting tulang dengan segala suka rela demi sesuap nasi dan segenggam emas, hehehe… tapi ya itulah situasi sosial politik di negara ini…
Ngomongi pengamen, beberapa bulan yang silam, pas hari Kartini, para pembantu rumah tanggaku heboh, karena mereka kaget melihat ada banci berkebaya lengkap dengan sanggul yang lagi joget dangdutan di depan rumah sambil membawa sound sistem gedhe gitu, hanya untuk menanti pemberian uang sedekahan. Dah gitu dia pake pasang tarif mininum 500 rupiah segala lho, maklum banci ganjen itu khan sudah cape-cape menyeret tuh sound sistem high tech yang kemungkinan besar didapat dari pasar loak terdekat dan pasti uang hasil pendapatannya itu dipake untuk beli baterenya, hehehe… ya memang lah kita harus maklum, di Surabaya ini cari uang susah, jadi ya terpaksa “anything goes” seperti kata Frank Sinatra dalam salah satu lagu jazz nya yang tersohor. Selama orang tidak merampok orang laen, ya oke ajalah, tapi kalo tiba-tiba rumah kita kedatangan banci yang berprofesi pengamen gitu dan minta duitnya maksa banget dengan cara mengeraskan volume sound sistem bulukan nya, aku bilang sih sudah saatnya satpol PP (satuan polisi pamong praja) ikutan nimbrung, paling tidak untuk ikutan joget bareng-bareng si banci di depan pos satpam, supaya tidak digigit nyamuk-nyamuk yang juga ikutan dengan riangnya meminta sedekahan darah segar mereka itu, hehehe… sebel sekali aku liat ada banci ganjen dan joget di depan pagar rumah gitu…
Nah, selaen merasa diganggu ama para usahawan keliling kampong gitu, aku yakin kalo terkadang para penghuni juga merasakan membutuhkan kehadiran mereka lho. Coba bayangkan aja bila kita lagi susah, lagi melow gitu, khan ada enaknya mendengarkan lagu dangdut yang diputarkan secara gratis oleh penjaja keliling. Dijamin pendengar pasti ketawa deh bila membayangkan si penjaja es walls yang dikupingnya pasti terngiang-ngiang lagu es walls yang tersohor karena membunuh urat syaraf itu, hehehe…tapi kalo aku melow, tentu aku puter aja lagu-lagu jazz dari CD ku, maklum, gengsi donk!
Atau dalam kasus yang laen, bila hari sudah malam sedangkan kita malas untuk keluar mencari makan ataupun memasak sendiri, dan sudah bocen dengan masakan instan berlapis lilin seperti mie sedap instan, indomie ato supermie itu, maka satu-satunya penolong dalam kesulitan perut itu pastilah jasa sang penjaja keliling. Hehehe… lucunya aku yakin pasti sudah banyak orang yang mendapatkan pengalaman yang sama denganku, yaitu waiting for mie duk duk dan waiting for tahu tek, hehehe… apa itu? Ya jelas seperti yang bisa ditafsirkan dari kata-kata itu, kalo aku harus menunggu tanpa ujung kedatangan sang abang penjaja mie duk duk ataupun tahu tek, hehehe… heran dijaman modern gini kok mereka belon sadar akan perlu dan pentingnya teknologi komunikasi tanpa kabel ya? Hehehe…
Itu lho setidaknya semejak hadirnya operator Three di Surabaya beberapa bulan terakhir ini, mestinya mereka-mereka ini mulai memikirkan investasi yang menguntungkan di bidang telekomunikasi guna meningkatkan omzet penjualan mereka, hehehe… bagi yang belon kenal operator seluler berbasiskan GSM ini, Three menawarkan program isi ulang seperti isi bensin, jadi isi ulang bisa mulai dari seribu rupiah terus bisa dipilih dengan kelipatan seratus rupiah, hehehe… bukan promosi sih, tapi itu satu alternativ yang sangat bagus yang bisa segera ditiru oleh semua operator yang laen, biar meringankan kocek masing-masing individu yang sadar pentingnya bersosialisasi lewat komunikasi bisnis, hehehe…
Bayangkan andaikata pengurus paguyuban abang mie duk-duk, asosiasi penjual tahu tek, perkumpulan peracik jamu tradisional door to door, organisasi saudagar baso ikan ataupun komite nasional penjaja sate ayam itu mewajibkan anggotanya untuk memiliki telefon genggam dan melukiskan nomer hape nya di gerobak mereka, pasti deh mereka tidak perlu susah-susah keliling komplex perumahan. Jadi peminat gorengan mereka tinggal kirim SMS seperti “pak kami sudah mau mati kelaparan, tolong segera mampir ke blok JN nomer 4” dan dijamin dengan semangat empat lima sang pedagang pun tinggal segera menuju ke rumah sang pengirim SMS tersebut guna mendemonstrasikan keahliannya menggunting tahu ataupun melempar-lemparkan nasi ataupun mie goreng berminyak mereka ke udara. Aku yakin pasti inisiativ seperti itu pasti banyak pendukungnya…tentu saja asalkan dana untuk beli hapenya tersedia, hehehe…
Ya aku tau pasti banyak juga ahli-ahli ekonomie yang protest keras karena memakai jasa Three pastilah juga menguras kocek para peminat high tech tersebut, tapi tentu saja ada program-program laen misalnya dari Indosat dengan IM3 nya yang bisa dikombinasi dengan voucher panjang umur atau juga program dari XL dengan isi ulang yang cuman sepuluh ribu tapi dapet masa aktiv sebulan seperti juga Mentari dari Indosat, atau juga kartuAs yang untuk membiarkan aktiv hanya memerlukan uang lima ribu rupiah sebulan, hehehe… jadi adil nih semua operator sudah disebut di sini, hehehe…
Ya, ya. aku tau, pembaca yang kritis pasti segera protes, nanya napa bukan pake hape berteknik CDMA saja supaya komunikasi murah meriah, hehehe, tentu saja aku tau itu, tapi mana ada program dari golongan kartu CDMA yang menawarkan isi ulang nominal tertentu dengan imbalan masa aktiv sampe setaon seperti IM3? Belon ada khan? Ato mana ada operator CDMA yang menawarkan isi ulang lima ribu dengan masa aktiv sebulan penuh seperti kartuAS? Belon ada juga, makanya GSM itu pilihan yang tepat, hehehe…khususnya operator GSM Three yang menawarkan masa tenggang hingga tiga bulan (seperti kartu CDMA Starone), bandingkan saja dengan operator laen yang rata-rata masa tenggangnya hanya tiga puluh sampe empat puluh hari. Karenanya julukan kartu gakin (warga miskin) memang pantas diambil dari kartuAS dan diberikan dengan suka rela pada Three dengan program isi ulang seperti di pom bensin itu, hehehe…
Yah begitulah kisah hubungan tahu tek dan high tech, hehehe…
Harvey Maleholo adalah penyanyi kawakan Indonesia yang telah menyanyikan banyak lagu-lagu yang bermelodikan tenang dan dilengkapi dengan lirik berbasis puisi. Memang lagu-lagu jenis balada ini sangat cocok untuk didendangkan oleh Harvey. Seperti juga lagu Bila Kau Seorang Diri yang liriknya kusertakan dibawah ini…
Bila kau seorang diri
Jangan kau bersedih
bila kau seorang diri
kuingin menemani
Kan kuceritakan tentang
sekuntum mawar merah
kan kunyanyikan lagu
tentang asmara
Bila kau seorang diri
tanya pada hatimu
walau kau seorang diri
aku kan menemani
Masi ada di sana
segelas anggur merah
biarkan bercerita
tentang dunia
Apa saja yang ada dihatimu
aku tak tahu
apa saja yang ada dihatiku
engkau tak tahu
Kau duduk di sana
kududuk di sini, menyepi
dari dunia ini
yang takkan peduli
Nyanyikan saja lagu
tentang gereja tua
bukannya lagu tentang
engkau dan aku
Masi ada di sana
segelas anggur merah
biarkan bercerita
tentang dunia
Apa saja yang ada dihatimu
aku tak tahu
apa saja yang ada dihatiku
engkau tak tahu
Kau duduk di sana
kududuk di sini, menyepi
dari dunia ini
yang takkan peduli
Nyanyikan saja lagu
tentang gereja tua
bukannya lagu tentang
engkau dan aku