Semalaman aku nonton video yang kuunduh beberapa hari yang lalu dari situs yang sering kukunjungi bila aku cari ilmu tentang sejarah atau sains. Dan ceritanya itu aku nonton sejarah Perang Dunia I tentang tenggelamnya RMS Lusitania (RMS adalah Royal Merchant Ship) yang dimiliki oleh The Cunard Line (milik US yang dioperasikan oleh orang Inggris) dan dibangun oleh John Brown and Company of Clydebank, Scotland.
Cerita singkatnya itu, di awal taon 1910an, tentara Kerajaan Jerman sudah mulai menggunakan kapal selam nya (sub marines) untuk menenggelamkan kapal-kapal musuh. Terutama kapal yang berbendera negara musuh dari Jerman. Dan pada tanggal 4 Februari 1915, Kerajaan Jerman mendeklarasikan bahwa semua area laut di sekitar kepulauan Kerajaan Britania Raya dan Irland adalah daerah perang (War Zone).
RMS Lusitania pada waktu itu sempat didekralasikan sebagai AMS (Armed Merchant Ship) oleh British Admirality (pimpinan tertinggi angkatan laut Inggris). Karena Lusitania rencananya akan digunakan sebagai kapal cadangan pengangkut amunisi dan senjata perang untuk menggantikan beberapa kapal serupa yang sudah ditidurkan di dasar laut oleh torpedo nya Jerman. Namun entah kenapa perubahan deklarasi dari AMS menjadi RMS tidak diumumkan kepada semua negara.
Pada tanggal Captain William Thomas Turner, yang juga dikenal sebagai "Bowler Bill", dipilih untuk menggantikan Captain Daniel Dow yang stress dari penyeberangannya dari Liverpool ke New York (17 April – 24 April 1915), karena harus bermanover mengindari kepungan kapal-kapal selam nya Jerman yang sudah memasuki War Zone.
RMS Lusitania dalam pelayarannya menuju New York ini sempat dikawal oleh dua kapal perang Inggris, yaitu oleh HMS Louis dan HMS Laverock (HMS adalah His Majesty Ship karena Inggris waktu itu diperintah oleh King George V).
Pada tanggal 1 Mei 1915 RMS Lusitania bertolak meninggalkan pelabuhan kota New York kembali ke Liverpool, walaupun mendapat peringatan sejak tanggal 22 April dari Kedutaan Kerajaan Jerman di Washington D.C. yang dipublikasikan di 50 surat kabar di Amerika, termasuk yang di New York. Bahkan peringatannya diposisikan tepat dibawah pemberitauan tentang keberangkatan RMS Lusitania dari Pier 54.
RMS Lusitania membawa 1959 orang, yang terdiri atas 1257 penumpang dan 702 awal kapal. Diantaranya terdapat sekitar 200 warga Amerika Serikat. Juga terdapat didalamnya beberapa puluh orang terkenal dijamannya, termasuk politisi, diplomat, ilmuwan, penulis, artis, pianis, usahawan, pendeta dan masi banyak yang laennya.
Yang tidak mereka ketahui, bahwa kira-kira pada tanggal yang sama dari pangkalan kapal selam di Wilhelmshaven, SM U-20 (Sub Marine Undersea-Boat) di bawah komando Kapten Letnan Walther Schwieger juga beranjak untuk berpatroli di sekitar War Zone dengan perintah menenggelamkan setiap Vessel (baca: kapal) musuh. Sementara itu Jerman sudah berhasil membuat pemblokiran wilayah Britania Raya dengan bantuan jajaran kapal selam nya empat bulan sebelonnya.
Dalam pelayarannya memasuki wilayah Kerajaan Inggris, RMS Lusitania sudah mendapatkan beberapa kali peringatan lewat telegram dari Admirality tentang bahaya dari kapal selam di sekitar mereka.
Tanggal 7 Maret 1915 Lusitania berada pada jarak 48 km dari Cape Clear Island dan mengurangi kecepatannya menjadi 18 knot, karena ganguan kabut. Mereka sedang berada pada jarak 70 km dari pelabuhan yang ingin dicapainya, Port of Queenstown, Ireland, ketika nasib mereka segera berubah.
Sementara itu, sekitar pukul 13:40, pengintai U-20 melaporkan keberadaan dari sebuah kapal besar di depan mereka. Dan setelah diteliti dari periskop, ternyata itu adalah AMS Lusitania dengan dua tiang layar besar dan empat cerobong asapnya. Lusitania waktu itu tidak mengibarkan bendera Inggris, karena hanya dengan cara begitu mereka dapat mengelabuhi musuh, namun anehnya mereka tidak menghapus nama kapal mereka.
Tentunya awak U-20 masi menduga bahwa itu adalah AMS dan bukan RMS, jadi mereka berhak untuk menenggelamkannya, karena diduga membawa amunisi dan alat perang laennya. Perintah menyelam dan mengejar pun diberikan, dan perintah menembak dikeluarkannya pada pukul 14:10. Dari Legenda nya, diceritakan kalo salah satu anak buah Kapten Letnan Schwieger yang bernama Charles Vögele sempat membangkang perintah untuk meneruskan perintah tembak. Akibatnya, Charles Vögele divonis bersalah dan ditahan selama tiga taon di salah satu penjara di kota Kiel.
Sementara itu di atas RMS Lusitania, Leslie Morton, seorang pemuda berusia 18 taon, secara tiba-tiba melihat kedatangan torpedo yang meluncur sedikit di bawah permukaan air, menuju ke lambung kanan tengah kapal. Dan dia berteriak memperingatkan semua orang akan kedatangan torpedo tersebut. Panik melanda di atas kapal dan Kapten Turner memberikan perintah untuk membelokkan kapal namun kalah cepat.
Ledakanpun terjadi dan ruangan di lambung kanan (starboard side) kapal itu pun meledak, kemudian dalam investigasinya diketahui bahwa disekitar tempat itu terdapat amunisi untuk suplai tentara Kerajaan Inggris, bensin dan juga batu bara yang digunakan kapal untuk berlayar.
Perintah untuk menyiapkan sekoci penyelamat (lifeboat) dan mengirimkan SOS segera dikeluarkan, dan setelah Lusitania berhenti total, sekoci pun mulai diturunkan, ditengah kekacauan di atas dek kapal tersebut. Kecepatan tenggelamnya kapal ini, membuat banyaknya penumpang yang tidak punya waktu lagi untuk menyelamatkan diri. Dan dinginnya air di lautan tersebut membuat banyak orang jadi pingsan dan meninggal sebelon bantuan tiba.
Sementara itu Kapten Turner yang membawa log kapal dan peta kapal bersama dirinya tetap berada di atas kapal sampai air mengaliri tempatnya berdiri. Ajaibnya, dia berhasil berpegangan pada sebuah kursi yang mengapung dan itu membuatnya berhasil diselamatkan dalam keadaan pingsan. Total 1198 orang meninggal, termasuk 100 anak kecil dalam insiden ini.
Kenyataan bahwa hanya dikenai satu biji torpedo saja, Lusitania telah meledak dan tenggelam dalam waktu 18 menit, mengejutkan semua awak dari U-20 karena mereka tidak menduga kapal sebesar itu bisa dikirim ke dasar laut dalam waktu singkat.
Dalam log perjalanannya, Kapten Letnan Schwieger mencatat, bahwa dia heran kalo Lusitania cepat sekali meledak dan tenggelam. Dia menduga kapal itu membawa amunisi atau senjata, karena ledakan akibat torpedo tersebut diikuti oleh minimal satu lagi ledakan susulan.
Dalam buku hariannya, dia mencatat lebih lanjut, bahwa dia dan awaknya melihat begitu banyak orang yang terjun dari Lusitania ke laut untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing, sehingga dia tidak tega untuk memberikan perintah penembakan torpedo kedua atau perintah untuk menembaki perahu penyelamat dari Lusitania, walau perintah tembak itu sudah diperoleh dari pusat. Pukul 14:25, Kapten Letnan Schwieger memberikan perintah untuk kembali ke pangkalan meninggalkan penumpang Lusitania yang berusaha menyelamatkan diri.
U-20 sendiri lahir pada taon 1912 dan dikomandani oleh Kapten Letnan Dröscher (sebelon ditugaskan ke U-78) dan kemudian oleh Kapten Letnan Schwieger. Nasib U-20 berakhir empat taon kemudian setelah karena kandas di perairan Denmark dan diledakkan oleh awaknya sendiri agar tidak jatuh ke tangan musuh.
Tindakan brutal oleh Kapten Letnan Schwieger sempat dikecam karena aksinya ini telah menewaskan banyak rakyat sipil dan terlagi juga telah menarik Amerika ke kancah perang dunia pertama. Namun setelah U-88 yang dikomandani nya menerjang ranjau dan tenggelam sewaktu dikejar oleh kapal perusak HMS Stonecrop, Kapten Letnan Schwiger diampuni oleh Kerajaan Jerman dan mendapatkan penghargaan untuk kepahlawanannya.
Kapten Letnan Schwieger dikenal sebagai Kapten kapal selam tersukses yang ke enam dengan total 49 kapal yang ditenggelamkannya dan bobot total 183883 GRT (Gross Register Tons) setelah Lothar von Arnauld de la Perière (453716 tons), Walther Forstmann (384300 tons), Max Valentiner (299300 tons), Otto Steinbrinck (231614 tons) dan Hans Rose (213900 tons) dan berada di atas prestasi Reinhold Saltzwedel (170526 tons), Johannes Lohs (165000 tons) dan Waldemar Kophamel (148852 tons).
Selaen Lusitania, Kapten Letnan Schwieger pernah menenggelamkan HMS Hesperian yang sering menyamar sebagai kapal rumah sakit atau kapal cargo umum, disamping SS Cymric yang dimiliki oleh White Star Line, pemilik RMS Titanic. SS adalah Steamship, kapal uap.
Nah cerita itu difilmkan menjadi satu movie berdurasi hampir dua jam, dan sempat aku tonton sampai subuh, sebelon menuangkan ceritanya kemari. Dan sangat menarik untuk ditonton, karena mirip dengan RMS Titanic yang menabrak karang es dan menewaskan 1517 dari 2223 penumpangnya pada 15 April 1912.
Yang menarik dari cerita ini, adalah kenyataan kalo Admirality di Inggris membiarkan beberapa warga Amerika menjadi korban untuk menarik Amerika untuk ikutan terjun dalam perang dunia pertama ini, guna membantu Inggris. Dan juga kenyataan bahwa RMS Lusitania ternyata berlayar sambil membawa amunisi itu sebenarnya membahayakan penumpangnya. Ya itulah, di masa perang segalanya dihalalkan.
Di salah satu videoclip kenangan yang memuat foto-foto dari RMS Lusitania ini untuk mengenang tenggelamnya dilampirkan untuk latar belakangnya, melodi ‘Sleeping Sun’ dari dari grup symphonic, power metal Nightwish dari albumnya yang kedua ‘Oceanborn’ (setelah Angel Fall First, 1997) yang diluncurkan pada taon 1998.
Sesuai dengan tragisnya kejadian tenggelamnya RMS Lusitania ini, suara lantunan sopran dari ‘Tarja Soile Susanna Turunen Cabuli’(jangan heran, namanya memang begitu) terdengar sangat menyayat hati. Cocok untuk mengenang kematian dari begitu banyak orang yang tak bersalah dalam kasus ini.
Grup yang didirikan oleh Tuomas Holopainen dan Emppu Vuorinen di Finnland taon 1996, digawangi oleh Tarja Turunen (1996-2005) dan Anette Olzon (mulai 2007) pada vocals, Emppu Vuorinen pada gitar, Sami Vänskä pada Bass gitar, Tuomas Holopainen pada Keyboards dan Backing vocals dan Jukka Nevalainen sebagai penggebug Drums dan Backing vocals.
Tembang ‘Sleeping Sun’ sendiri ditulis oleh komposer kelahiran 1976, Tuomas Holopainen yang dikenal juga sering bekerja sama dengan Anette Olzon, penyanyi sopran asal Swedia. Anette Olzon yang pada Mei 2007 bergabung dengan Nightwish ini menggantikan Tarja Turunen, yang meninggalkan grup ini pada Oktober 2005 untuk bersolo karir. Dan seperti diketahui Anette Olzon akhir-akhir ini bekerja sama dengan grup band asal Finnland, ‘The Rasmus’ dengan tembangnya ‘October and April’ yang dirilis taon lalu.
The sun is sleeping quietly
Once upon a century
Wistful oceans calm and red
Ardent caresses laid to rest
For my dreams I hold my life
For wishes I behold my night
The truth at the end of time
Losing faith makes a crime
I wish for this night-time
to last for a lifetime
The darkness around me
Shores of a solar sea
Oh how I wish to go down with the sun
Sleeping
Weeping
With you
Sorrow has a human heart
From my god it will depart
I'd sail before a thousand moons
Never finding where to go
Two hundred twenty-two days of light
Will be desired by a night
A moment for the poet's play
Until there's nothing left to say
I wish for this night-time...
I wish for this night-time...