Akhir-akhir ini aku kadang iseng, suka godain temanku. Masalahnya dia itu relatif udah berumur namun masi juga suka pilih-pilih kalo cari suami. Nah beberapa malam yang lalu, aku sempat ngobrol dengan dia, per telefon. Tak kusangka kalo dia tiba-tiba bertanya, apakah aku ada kenalan yang bisa dikenalkan ke dia.
Karena dia ini carinya yang seagama dengannya, aku jadi teringat pada seseorang. Aku tanya dia apakah dia mau kukenalkan ‘Joseph’. Aku membayangkan kalo matanya pasti berbinar membesar mendengar ada cowo baru yang bisa dia kenal. Dengan antusias dia bertanya dengan penuh harapan, apakah itu teman baekku.
Lalu dengan ringan aku menjawabnya, kalo Joseph itu sopirku. Wah rupanya nada humor nakal dalam suaraku tidak didengarnya, namun dia merasa baru aku kerjain dan dengan nada sewot dia menawarkan apakah aku mau berkenalan dengan Tini, yang adalah pembantu nya.
Hahaha temanku ini relatif kreatif jadi bisa serta merta membalas rupanya, walau diiringi dengan segala sumpah serapahnya, hahaha, lucu sekali deh. Aku suka dengan orang yang tidak langsung marah-marah tak terkendali namun masi bisa memikirkan serangan balasan begitu. Lebih lanjut dia berkomentar dengan sebalnya, kalo sama juragan nya aja dia belon tentu mau apalagi sama sopir nya.
Hahaha.. cerita yang lucu yang kemudian sempat aku ceritakan kembali pada beberapa temanku yang laen dan mereka semua ketawa, jato lagi satu korban keisenganku, hahaha…
Nah ya hidup ini biarpun harus dilalui dengan serius, namun kadang kala humor itu perlu, apalagi humor yang bisa diingat seumur hidup. Dalam banyak kejadian, humor itu ternyata dapat digunakan sebagai pengikat tali persahabatan.
Kembali ke tema semula, ya itulah hidup sebagai jomblowan dan jomblowati. Santai tidak ada ikatan apa-apa dan dapat kumpul sana dan sini. Juga canda ria dengan siapa saja tidak dilarang, namun biar bagaimanapun juga tidak mengubah keadaan, bahwa bagi beberapa orang, hidup sendiri itu tidak enak, karena sebetolnya mereka butuh seorang pendamping, yang sedapat mungkin bobot, bibit dan bebet nya sesuai dengan yang dicari.
Sementara itu bagi beberapa orang yang laen, hidup membujang malahan jadi pilihan hati. Tentunya jalan hidup semua orang berlaenan, namun selama kesendirian masi bisa dinikmati, ya dijalani saja. Nanti suatu hari bisa aja berubah kan?
Jadi teringat pada tembang melow nya Hijau Daun, sebuah grup luncuran taon 2008 dari Bandar Lampung yang berjudul ‘Suara (Ku Berharap)’. Single pertama grup ini aku kenal dari rekomendasi salah satu teman SMP ku yang juga masi membujang di Jakarta sana.
Dia ini punya banyak pengetauan tentang tembang-tembang enak berbahasa Indo yang relatif baru. Terutama tembang yang telah mencapai rekor penjualan CD nya ataupun rekor dalam donlot sebagai ring back tone dari handphone.
di sini aku masih sendiri
merenungi hari-hari sepi
aku tanpamu, masih tanpamu
bila esok hari datang lagi
ku coba hadapi semua ini
meski tanpamu oooh meski tanpamu
bila aku dapat bintang yang berpijar
mentari yang tenang bersamaku disini
ku dapat tertawa menangis merenung
di tempat ini aku bertahan
suara dengarkanlah aku
apa kabarnya pujaan hatiku
aku di sini menunggunya
masih berharap di dalam hatinya
kalau ku masih tetap disini
ku lewati semua yang terjadi
aku menunggumu, aku menunggu