Sunday, March 14, 2010

Selamat Jalan Mawar Semarang

Untuk Keponakan Jauhku yang dimakamkan hari ini.

Kehidupan manusia memang dipenuhi dengan segala cerita, baek itu cerita indah maupun cerita susah. Namun bila tidak demikian mungkin kehidupan akan menjadi menjemukan. Karena pada dasarnya, disadari atau tidak, kita hanya hidup untuk sementara waktu.

Aku jadi teringat di masa lalu dimana aku masi di perantauan. Disana aku belajar, kalo hidup itu singkat dan sadis. Wah jadi ingat katanya Davy Jones dalam movie Pirates of Caribbeans nih, dimana dia bilang sambil mengetuk tangan kirinya yang sudah berubah jadi capit kepiting, ‘life is cruel’.

Minggu ini aku dapat kabar kalo anaknya sepupuku meninggal dunia di usianya yang ke delapan karena sakit dan telah dikuburkan pagi hari ini di Semarang. Rupanya masa transisi di dunia ini bagi gadis kecil itu hanya sepanjang itu. Bandingkan saja dengan kehidupanku di bumi ini yang sudah beberapa kali lipat dari kehidupannya.

Namun apapun yang setiap individu alami dalam hidup ini, ya harus disyukuri. Sebab hanya dengan bersyukur, kita bisa menikmati masa penantian kita sebelon kita pun berpulang kembali ke sang pencipta.

Yang aku teringat itu, kadang kala dalam satu masa kehidupan ini, kita acap kali membuat sesuatu yang mudah menjadi susah. Aku kasi contoh yang mudah aja, misalkan semasa kita remaja. Kita ingin sekali mendapatkan pacar. Tapi tentunya orang Indo ini sangat rewel sifatnya, pemilih gitu.

Ya sudah, milih sih bole-bole aja, kan katanya ‘harus dapat yang kaya-raya karena sudah tidak mau hidup susah’, ‘bibit bobot dan bebetnya harus bagus karena menikah hanya satu kali seumur hidup’, ‘harus dapat yang cantik atau ganteng supaya tidak malu-maluin kalo ketemuan dengan rekan-rekannya’, ‘harus dapat yang tinggi badannya, supaya anaknya tidak jadi tuyul’, ‘harus yang kulitnya putih bersih seperti tembok yang baru dikapur’, ‘harus yang sama agamanya biar nanti mudah prosesnya dan karena itu merupakan perintah pemuka agamanya’, ‘kalo menikah harus disetujui oleh seluruh anggota keluarga kedua belah pihak, karena menikah itu melibatkan seluruh keluarga’, ‘calon suami harus punya rumah sendiri karena sudah malas hidup ngirit kalo harus kredit rumah lagi’, ‘harus sudah ada mobil karena sudah malas naek angkot atau motor lagi’, ‘harus yang jabatannya direktur, karena udah malas makan gaji bulanan, mintanya ada bonus biar bisa jalan-jalan ke kebun binatang, ‘usianya tidak bole beda tiga, enam atau sembilan taon, karena bawa sial dan akan membawa keluarga ke jurang kematian atau kemiskinan’, ‘cari calon istri itu harus dibawah 30 taon usianya, supaya mudah buat anak dan tidak abis-abisin harga kekayaan untuk bayar si tukang buat bayi tabung’, ‘kalo cari calon istri harus yang dadanya besar, biar bayinya tidak kelaparan nanti’, ‘tidak mau sama yang endut, karena yang endut banyak penyakitnya, lamban, dan dungu’ Aduh cerewetnya!

Hmm.. sebentar.. aku kok jadi sepertinya ingat pada seseorang ya, kalo bicara tentang ‘lamban dan dungu?’, tapi siapa ya? Kok lupa?

Lalu setelah dapat jodo dan menikah, wah selalu aja ada alasan yang dijadikan bahan pertengkaran. Misalkan setelah menikah, masalah ingin punya keturunan selalu jadi masalah besar bila sang idaman hati tidak kunjung datang. Ada yang bilang kena santet lah, makanya tidak bisa punya anak. Ada yang menyalahkan pasangannya karena terlalu tambun dan tidak lincah waktu di ranjang. Ada yang menyalahkan istrinya karena sudah tualah, jadi udah mau expired makanya susah dibuahi. Ada yang yang menyalahkan sang istri karena sang istri tidak mau buka bra nya waktu sedang ‘berusaha’. Dan bahkan ada yang malahan menyalahkan pasangannya karena ‘tidak tau caranya’. Macam-macam aja alasannya. Hmm.. kalo yang terakhir ini mudah solusinya, tinggal tanya ke orang tuanya pasti nanti diajari.

Lanjutnya, setelah sukses punya keturunan, entah hasil produksi sendiri, bayi tabung atau hasil ko-produksi dengan tetangga, si orang tua biasanya kembali rewelnya seperti setan. Yang anak harus beginilah, harus begitulah, tak bole inilah, tak bole itulah. Dan masi banyak lagi yang laen. Pokoknya hidup ini yang mustinya mudah dibuat jadi rumit.

Heran aja aku jadinya, tapi ya ini adalah praktek yang ada di negara ini. Tapi kalo sampai ada kejadian seperti yang menimpa sepupuku gimana? Anak yang udah dengan susah payah diproduksi dan dibesarkan, ternyata cepat dipanggil pulang? Nah mungkin kita baru kemudian sadar, kalo ‘gitu saja kok dibuat repot’.

Aku pernah belajar dari para bule, yang menjadi temanku setiap hari dahulu. Bagi mereka hidup ini sangat singkat, makanya semuanya dibuat jadi mudah. Misalkan untuk cari jodo, mereka juga asal aja jadian, kalo cocok dalam komunikasinya. Tidak usah rumit, toh kalo pacaranpun belon tentu lanjut ke jenjang pernikahan.

Makanya orang bule maunya ambil yang mudah saja. Kalo cocok ya udah jadian dan kalo perlu cepat masuk ke dalam satu rumah yang sama agar bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Namun tidak oh tidak, hal yang menurut para ahli psikologi di luar negeri adalah hal yang sangat bagus untuk dilakukan, ternyata di negeri ini hal itu masi dianggap taboe dan bisa jadi sasaran polisi pamong praja untuk ditertibkan. Kurasa negara terlalu banyak mengekang kebebasan dan hak asasi warganya dalam hal ini. Maklumlah aku kan salah satu pejuang hak asasi manusia.

Perihal menikahpun mereka simple aja. Menikah kalo sudah sama-sama mantap dan terutama untuk mengurangi bagian dari pendapatan mereka yang harus diserahkan sebagai pajak ke kas negara. Kalo nanti tidak cocok, daripada bertengkar dan sama-sama menyakitkan hati masing-masing, mereka lebih memilih untuk berpisah dan kembali mencari jalan hidup masing-masing.

Jadi itu sangat berbeda sekali, kehidupan mereka dengan kehidupan masyarakat di negara ini. Di luar sana orang lebih menggunakan energi mereka untuk mencari inovasi baru daripada untuk mencari jodo baru. Di luar sana orang mengeluarkan emosinya bila nonton pertandingan sepak bola dan bukan di dalam rumah tangga nya. Maklum kan di luar sana porselen itu mahal, jadi ajang UFO terbang dalam rumah tentunya sangat dihindari, karena bisa buat miskin.

Ya udahlah, kukira cukup tulisanku hari ini, dan untuk mengenang keponakan jauhku. Dia telah pergi meninggalkan kami, seluruh keluarga. Dalam delapan taon kehidupannya, dia telah membawa kebahagian untuk orang tuanya, kakaknya dan kami semua.

Doa kami mengiringimu, selamat jalan dan semoga arwahmu diterima disisiNya.. amin..

Dan untuk mengenangnya aku ubah lirik dari tembang nya Sir Elton John yang dipersembahkan untuk Marilyn Monroe dan kemudian diubah untuk mengenang Lady Diana Spencer.

Candle In The Wind

Goodbye Smarang’s rose
May you ever grow in our hearts
You were the grace that placed itself
Where lives were torn apart
You called out to our family
And you whispered to those in pain
Now you belong to heaven
And the stars spell out your name

And it seems to me you lived your life
Like a candle in the wind
Never fading with the sunset
When the rain set in
And your footsteps will always fall here
Along Smarang's greenest hills
Your candle's burned out long before
Your legend ever will

Loveliness we've lost
These empty days without your smile
This torch we'll always carry
For our family's golden child
And even though we try
The truth brings us to tears
All our words cannot express
The joy you brought us through the years

Goodbye Smarang's rose
May you ever grow in our hearts
You were the grace that placed itself
Where lives were torn apart
Goodbye Smarang's rose
From a family lost without your soul
Who'll miss the wings of your compassion
More than you'll ever know