Hari sabtu ini orang Indo mengikuti anjuran dari WWF (World Wide Fund for Nature, atau juga dikenal sebagai World Wildlife Fund), yaitu memperingati event Earth Hour (Jam Dunia).
Peringatan yang dilakukan dengan cara memadamkan lampu dan alat-alat elektronik selama satu jam pada hari sabtu terakhir di bulan Maret ini, mulai dirayakan sejak taon 2007 setelah WWF mengajak 2.2 juta penduduk kota Sydney, Australia melalui surat kabar ‘The Sydney Morning Herald’, untuk mematikan lampu di luar gedung atau rumah serta peralatan listrik dan lampu lainnya yang tidak digunakan, mulai pukul 20:30 sampai 21:30 waktu setempat.
Ajakan untuk peduli lingkungan ini tanpa ragu dicontek WWF dari peringatan Nyepi umat Hindu di Bali, yang pernah ku-ulas dalam blog ku dua minggu lalu. Maklumlah, selama perayaan Nyepi, warga Hindu setempat dilarang menggunakan segala peralatan elektronik dan juga beberapa pantangan laennya. Sehingga banyak pihak yang menilai baek adanya, bila gerakan serupa dapat dilakukan oleh lebih banyak orang lagi.
Taon ini, Indonesia merayakan Jam Dunia ini secara nasional untuk pertama kalinya, dengan perkecualian kota Jakarta yang telah menerapkannya taon lalu. Diperkirakan banyak kota besar di republik ini yang ikutan melakukannya. Paling tidak dikotaku dan tepatnya di kampungku, kami mematikan lampu jalanan, sampai ke yang esensial saja. Dan aku yang sudah menyatakan diri sebagai pencinta lingkungan hidup, sudah ikutan mendukung event ini walau harus kepanasan dan berkeringat seperti babie endut.
Event ajakan dari WWF ini adalah suatu simbol kepedulian kita terhadap antisipasi perubahan iklim dan pemanasan global, terutama melalui upaya penghematan energi listrik. Karena listrik sudah menjadi kebutuhan utama bagi bangsa ini dan semua penduduk di dunia modern.
Nah terus, apakah ada upaya laen, selaen upaya peringatan event Earth Hour dari WWF tersebut? Ya tentu saja, sebut saja ada Earth Day dan World Environment Day.
Hari bumi atau lebih dikenal dengan istilah inggrisnya ‘Earth Day’ ini biasanya diperingati menjelang masuknya musim taonan ke musim semi untuk belahan bumi bagian utara. Event taonan ini disebut dalam bahasa inggrisnya sebagai ‘spring equinox’.
Karena pergantian lintasan matahari itu biasa terjadi pada tanggal 21 dan 22 maret setiap taonnya, maka ditentukan perayaan Hari Bumi secara internasional jatuh sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 22 April.
Hari Bumi ini awalnya digagas oleh aktivis perdamaian, John McConnell di taon 1969, dan baru benar-benar dilakukan pada taon 1970 dengan partisipasi dari banyak universitas dan diperkirakan diikuti oleh sekitar 20 juta penduduk Amerika. Jadi taon ini, Hari Bumi ini diperingati untuk ulang taonnya yang ke 40.
Peringatan Hari Bumi ini pada akhirnya mirip dengan Hari Lingkungan Hidup (WED World Environment Day) yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. Hari Lingkungan Hidup ini ditetapkan berdasarkan keputusan dari United Nations Conference on the Human Environment yang dimulai dari tanggal 5 Juni sampai dengan 16 Juni 1972 di Stockholm. Dan mulai diperingati sejak taon 1973. Dari taon ke taon, ditunjuk satu negara dimana perayaan ini dipusatkan. Untuk taon 2010 ini, Rwanda adalah penyelenggaranya.
Prof. John McCormick, seorang profesor untuk political science pada Indiana University Purdue University Indianapolis (IUPUI) dan terkenal akan aktivitasnya bersama World Wildlife Fund dan International Institute for Environment and Development mengulas gerakan pro lingkungan hidup ini dalam bukunya yang berjudul ‘Reclaiming Paradise – The Global Environment Movement’.
Di dalam buku setebal 278 halaman terbitan oleh Indiana University Press ,1 Juli 1989, itu dia menulis "Stockholm was without doubt the landmark event in the growth of international environmentalism.. It was the first occasion on which the political, social and economic problems of the global environment were discussed at an intergovernmental forum with a view to actually taking corrective action."
Ya baguslah ada pergerakan peduli lingkungan hidup. Paling tidak, bila kita tidak bisa ikutan aktif dalam mengatasi global warming, mungkin kita bisa ikutan event ED, EH atau WED setiap taonnya. Dan malahan lebih baek lagi, bila kita secara umum dapat menghemat listrik, misalkan dengan menggunakan monitor modern yang hemat listrik, mesin mobil./motor yang tidak boros, menggunakan bola lampu hemat listrik dan juga mengurangi pemakaian pendingin udara.
Pada akhirnya bukan hanya kita yang hemat, namun juga duit negara untuk subsidi energi jenis itu dapat dikurangi (dan semoga tidak dikorupsi lagi para oknum kementerian keuangan bagian pajak) dan bumi pun ikutan bernafas lega. Dan semuanya tentunya kita dedikasikan untuk anak cucu kita di kemudian hari.