Thursday, May 24, 2007

Kisah Kasih

Mood : riang
Cuaca: panas tak berawan
Snack : roti bluder super
Song : Love Story dari Andy Williams
Genre : Easy listening/jazz/slow
Tanggal : 19 Mei 2007

Dedikasi : Lusia di Surabaya

Kisah kasih? Hehehe, kedengarannya aneh bukan sebagai judul karangan? Hmmm...Aku hanya hampir selalu menamai judul dari karanganku ini sesuai dengan judul lagu yang ku dengar sewaktu lagi mengetik kenangan-kenangan dan opini-opiniku. Yang ingin ku ceritakan di sini adalah tentang pernikahan.

Haruskah menikah itu didasari oleh kecocokkan? (Mirip) begitulah judul email yang kuterima beberapa hari yang lalu dari adek angkatku Cecilia si Rong-Rong, biasa hasil kiriman teman-temannya, heran juga aku, kok bisa ya orang-orang itu dengan santainya meneruskan email-email seperti itu, seperti tidak bisa ngarang sendiri aja, hahaha, tapi jujur aja, aku juga suka sih kalo isinya bermutu karena mungkin bahkan aku rela mengklick tombol forward dan menambah alamat-alamat email dari teman-temanku. Tapi kalo isinya cuma gambar-gambar tidak berguna, aku juga ogah bukanya. Karena aku tertarik dengan isinya, maka aku memutuskan untuk menulis karangan ini yang didasari oleh inti dari email tersebut.

Dipertanyakan di email itu apakah dua insan bole memberanikan diri menuju jenjang pernikahan bila keduanya sama-sama doyan musik, dengan asumsi kalo itu merupakan gejala awal bahwa nantinya bisa langgeng ataupun jikalau keduanya sama-sama suka sop buntut bole diartikan kalo masa depan mereka berdua jadi cerah. Dan ada diulas lebih jauh, kalau pernikahan itu adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita yang dari segi anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi bila kita membahas urusan jiwa dan hatinya. Kemudian ditegaskan lebih lanjut, jika kecocokan, minat dan latar belakang kedua keluarga bukanlah jaminan segalanya akan berjalan dengan lancar karena menikah adalah proses pendewasaan. Untuk memasuki jenjang pernikahan diperlukan pelaku yang kuat dan berani, terutama keberanian menghadapi masalah yang akan terjadi dengan bersama dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya.
Memang benar, bukan hanya kecocokanlah yang harus dipunyai oleh kedua insan sebelon mereka memberanikan diri untuk melangkah lebih lanjut, yakni ke jenjang pernikahan, tetapi niat dan komitmen kedua belah pihaklah yang menentukan. Dua insan yang saling mengasihi, pasti akan lebih banyak bertindak secara emosional dalam menentukan segalanya, nah, di sinilah sebenernya kontrol dari kedua belah pihak itu diperlukan. Bila sang cowo khilaf, maka tugas cewe lah untuk mengingatkannya, demikian pula sebaliknya. Tapi kurasa kecocokan dari segi sifat dan minat dan misalnya juga hobi adalah penting. Karena dari pengalamanku pribadi, tanpa kecocokan dari segi sifat, minat ataupun hobi, maka dua insan tidak akan bisa saling bertemu untuk menjalin suatu kisah kasih. Bahkan menurutku, latar belakang kedua keluarga, latar belakang pendidikan dan latar belakang lokasi dimana keduanya tumbuh dan berkembang memang akan sangat mempengaruhi keberhasilan hubungan ini. Tapi perbedaan yang besar pada akhirnya bisa diluruskan dengan adanya sikap saling pengertian atau bole juga dibilang sebagai kedewasaan dalam berfikir. Juga penting jika segala sesuatunya selalu dilaksanakan dengan keiklasan dan kerelaan dan tanpa adanya faktor pemaksaan.
Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya memang agak rumit untuk dilakukan, karena harus ada faktor “komunikasi dua arah”, ”ada kerelaan mendengar kritik”, “ada keikhlasan meminta maaf”, “ada ketulusan melupakan kesalahan” dan yang paling penting “keberanian untuk mengemukakan pendapat” di antara kedua insan yang hendak menikah. Sayangnya, justru kelima hal inilah yang sering terlupakan. Komunikasi dua arah adalah hal yang selalu dituntut oleh temanku Lusia. Dia pernah berdiskusi denganku di musim panas 2006 yang silam tentang ini, dimana dia selalu mengatakan, baginya tanpa komunikasi keluarga akan berantakan, sementara walaupun aku juga memprioritaskan perhatian tapi juga merasa komunikasi hal yang penting. Terus terang, aku bekerja dengan katalog sifat yang kupunyai sejak dua puluh taonan ini, disana tercantum beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh cewe yang nantinya akan kusukai dan ingin kujadikan teman hidupku. Jadi aku menilai cocok tidaknya seorang cewe dengan ku berdasarkan dengan katalog itu, karena aku selalu berpendapat aku harus mengerti diriku dulu baru mengerti bisa mengerti orang laen, jadi aku harus tau apa yang kumau dan dengan itu aku mulai mencari orang yang kumau sesuai dengan daftar katalog itu. Memang agak lucu, tapi katalog itu telah berhasil mengkategorikan banyak teman-teman ceweku dan membantuku untuk mengerti mereka. Tapi memang tidak semua orang punya keberuntungan untuk bole mengenal pribadi banyak teman dekat dalam hidupnya. Hendaknyalah kita mengingat kalo jenjang pacaran adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup?
Jadi komunikasi dua arah itu penting dan juga karena kita semua adalah manusia biasa yang bisa berbuat salah, maka hendaknyalah kita rela mendengarkan kritik tanpa harus emosi, iklas untuk meminta maaf karena kitapun bisa salah dan mau melupakan kesalahan yang dibuat partner kita, karena diapun manusia biasa yang bisa buat salah. Sampai disini semua sudah oke, namun yang tidak bole dilupakan, kita sendiri juga harus berani mengutarakan pendapat, agar kita tidak hidup dengan tertekan. Tekanan batin yang tidak terungkapkan bisa menghancurkan semuanya. Jadi kita juga harus berani mengungkapkan unek-unek kita dan sekaligus memberi kesempatan partner kita untuk mengutarakan unek-uneknya sementara kita dalam posisi mendengarkan dengan minat dan dengan rendah hati. Hal-hal yang baek, hendaknya bisa direalisasikan dan hal-hal yang buruk bisa segera dibuang dan diganti dengan yang lebih baek.
Sementara itu jika kelima syarat diatas sudah dipraktekkan dengan benar, maka keputusan untuk menikah adalah langkah yang berikut. Dimana menikah itu merupakan sebuah proses penggabungan dua orang yang berlaenan dalam banyak hal dan mungkin juga berkepala batu dalam satu ruangan di mana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga dari cinta kasih.

Masalahnya disini, bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan yang akhirnya membuat keluarga saling tersinggung, apalagi kegemaran minum kopi yang sama. Menikah hendaknya didasari oleh kesucian hati dan bukan didasari atas kesucian diri. Apalah artinya menikah apabila tidak suci hati. Diri yang kotor dapat mudah diperbaiki, namun hati yang kotor tak mudah diperbaiki. Menikah sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk “Menerima“ dan “Memaafkan“. Dengan kata lain, menikah merupakan penggabungan dua bagian yang saling berbeda untuk dicari kecocokannya, bagaikan mur dan baut, bukan persamaan yang dangkal, bukan pula persamaan yang terlihat indah di mata. Perbedaan harus dicari kecocokannya bukan persamaannya. Perpisahaan dengan alasan perbedaan adalah alasan yang naif, dan dibuat-buat. Tapi itulah yang sering terjadi...

Memang pada dasarnya, banyak orang di kota Surabaya ini, terutama yang cewe, berpendapat, kalo mereka harus mencari pasangan hidup orang yang kaya raya atau paling tidak dari keluarga yang tergolong mampulah dengan dalih mereka tidak ingin nantinya mereka harus hidup susah dan dengan kesadaran kalo hidup di kota Surabaya ini menuntut pengorbanan materi yang besar. Tepat disinilah letaknya kekotoran hati, ketidak sucian hati mereka. Memang materi atau uang penting untuk bertahan hidup dan mendukung kehidupan yang enak dan layak, tapi terkadang kita bisa saksikan keluarga-keluarga sederhana disekeliling kita, yang hidup dengan sederhana tapi mereka bahagia. Bukankah hanya kebahagiaan yang kita cari dalam hidup ini?

Di sinilah aku jadi teringat dan kagum pada pemikiran Lusia, yang mengaku berasal dari keluarga yang cukup namun sederhana. Dia tidak pernah memusingkan masalah materi ataupun uang dalam mencari jodo nya. Baginya yang terpenting adalah cinta sejati, cinta yang didasari oleh rasa kasih sayang yang mendalam dan kesucian hatinya dan bukannya berdasarkan uang ataupun atribut laennya yang dipunyai cowonya. Sangat jarang aku bertemu dengan seorang wanita dewasa seperti Lusia ini di kota ini, karena kebanyakan cewe yang kukenal pada akhirnya lebih takut akan kesengsaraan hidup daripada kebahagiaan yang disebabkan rasa saling mengasihi dalam kebersamaan seperti temanku yang satu ini. Aku sangat berterima kasih banyak pada Lusia karena aku bole mengenal dia dekat dan tau bahwa di kota Surabaya ini tidak hanya ada kemunafikan tetapi juga ada seorang wanita yang mempunyai cinta sejati dalam hatinya yang suci…terima kasih banyak, Lusia…

Tembang Love Story (kisah cinta) ini populer karena dinyanyikan dengan lambat dan penuh perasaan oleh Andy Williams untuk versi cowo nya dan juga pernah dinyanyikan oleh Shirley Bassey untuk versi cewe nya tapi dengan ketukan irama yang lebih cepat, dimana kata-kata she diganti menjadi he dan kata-kata her menjadi his dan seterusnya bila dinyanyikan oleh cewe. Kupikir tembang ini adalah salah satu tembang yang paling menarik untuk diingat, liriknya bercerita sangat banyak tentang kerelaan untuk bercinta, kesepian yang telah terkalahkan dan ungkapan rasa terima kasih pada pasangannya. Di samping itu melodinya telah mengangkatnya menjadi salah satu lagu yang demen ngendon di charts di Eropa dan Amerika selama berminggu-minggu dijaman itu. Bahkan movie yang dibuat dengan judul yang sama dengan soundtrack tembang inipun sempat menjadi movie paling banyak ditonton oleh khalayak ramai. Banyak air mata telah diteteskan oleh penonton movie ini, di seluruh dunia, karena kisahnya sangat menyentuh perasaan baek cowo maupun cewe, terutama yang sedang memadu kasih maupun yang telah mengalami bagaimana itu rasanya bercinta dan orang-orang laen yang telah mengenal apa itu arti cinta yang sebenarnya.

Jujur aja, aku sendiri bahkan bisa mendengarkan dan ikut menyanyikan tembang ini satu hari penuh atau lebih, tidak ada bosannya. Melodinya yang syahdu membawa pendengar untuk merasakan ketulusan hati penyenandungnya. Bole dikata jenis melodinya sangat sesuai dengan seleraku untuk lagu-lagu berjenis easy listening dan jazz. Andy Williams memang sangat terkenal dengan lagu-lagu slow tipe demikian. Suara Andy Williams memang tergolong suara tenor setara dengan suara Shirley Bassey yang berasal dari grup penyanyi sopran. Karenanya kukira banyak dari kita yang kenal lagu ini. Lagu dan karangan ini spesial kupersembahkan untuk temanku Lusia yang taon 2006 dulu pernah sangat dekat denganku...

Where do I begin (dimanakah harus kumulai)
to tell a story of how great a love can be, (untuk menceritakan betapa luar biasanya sebuah cinta)
the sweet love story that is older than the sea, (cinta kasih yang manis itu lebih tua dari lautan)
the simple truth about the love she brings to me? (kebenaran yang sederhana tentang cinta dibawanya padaku)
Where do I start? (dimana ku harus memulai)

With her first hello, (dengan sapaan halo nya yang pertama)
she gave a meaning to this empty world of mine. (dia telah memberi arti dalam duniaku yang kosong)
There'd never be another love, another time. (tiada cinta yang laen, tiada waktu yang laen)
She came into my life and made the living fine. (dia telah datang dalam kehidupanku dan membuat hidupku menjadi indah)

she fills my heart, (dia penuhi hatiku)
she fills my heart with very special things, (dia penuhi hatiku dengan hal-hal yang istimewa)
with angel songs, (dengan dendang malaikat)
with wild imaginings. (dengan imaginasi yang sembrono)

She fills my soul (dia penuhi jiwaku)
with so much love that anywhere I go (dengan kasih sebanyak itu, sehingga kemanapun aku pergi)
I'm never lonely. (aku tidak pernah kesepian)
With her along, who could be lonely? (bersama dengannya, siapakah yang akan kesepian)

I reach for her hand, (aku meraih tangannya)
It's always there. (tangannya selalu ada disana)

How long does it last? (berapa lamakah ini bole berlanjut)
Can love be measured by the hours in a day? (dapatkah cinta diukur dengan jam dalam sehari)
I have no answers now (aku tidak punya jawabannya sekarang)
but this much I can say: (hanya sebanyak inilah yang bisa kukatakan)
I know I'll need her till the stars all burn away (aku sadar aku akan membutuhkannya, sampai semua bintang terbakar habis)
and she'll be there. (dan dia akan selalu ada di sana)

How long does it last? (berapa lama ini bole berlanjut)
Can love be measured by the hours in a day? (dapatkah cinta diukur dengan jam dalam sehari)
I have no answers now (aku tidak punya jawabannya sekarang)
but this much I can say: (hanya sebanyak inilah yang bisa kukatakan)
I know I'll need her till the stars all burn away (aku sadar aku akan membutuhkannya sampai semua bintang terbakar habis)
and she'll be there. (dan dia akan selalu ada di sana)