Thursday, May 24, 2007

Itu seharusnya kamu

Mood : riang
Cuaca: panas tak berawan
Snack : permen alpenliebe
Song : It had to be you dari Billy Holiday
Genre : jazz
Tanggal : 20 Mei 2007

Dedikasi : Annie si Pinguin Kecil di Banjarmasin

Aku ini adalah penggemar berita-berita pelayaran terutama tentang bajak laut di jaman pemerintahan Ratu Britania Raya, Elizabeth pertama sekitar taon 1600an, sejak aku rajin membaca cerita petualangan di komik Barbarossa bajak laut si janggut merah jaman aku masi di sekolah menengah dulu. Sejak itu aku pun selalu tertarik pada cerita-cerita tentang bajak laut ini, maka tidak heranlah bila aku terkadang membandingkan sesuatu hal dengan perumpamaan kisah kapten sebuah kapal layar.

Aku bahkan membayangkan, perjuangan mendapatkan seorang wanita bagi seorang lelaki adalah seperti sebuah pelayaran dengan sebuah kapal layar yang dinahkodai oleh sang pria yang membawa tugas menamankan benih tanaman yang dibawanya. Ada banyak pulau yang bisa ditemukan di samudera luas. Memang tidak semua pulau dapat ditemukan ataupun tercatat lokasinya dengan jelas dipeta yang dibawanya, tetapi setiap kali sang nahkoda mendengar teriakan laporan dari pengintainya yang ditempatkan diujung atas tiang layarnya bahwa ada pulau yang nampak di horison, dia atau pun perwira navigasinya pasti segera mengamatinya, mengukurnya atau mengira-ngira letaknya dengan bantuan tanda-tanda di langit seperti letak bulan dan bintang, kompas dan jam standar di Greenwich (dengan asumsi kalo GPS (general positioning system, sistem navigasi dengan bantuan satelit) waktu itu belon ada). Tentu saja pada akhirnya sang nahkoda akan mencatat sendiri posisi tersebut dengan cermat di atas petanya atau memerintahkan perwira kartografinya untuk segera mencantumkan secara tepat letak pulau di peta dan akan mengambil teleskop emasnya dari atas meja kerjanya untuk mengamati pulau tersebut dengan teliti dan juga kemungkinan besar dia juga akhirnya akan membubuhkan sendiri beberapa catatan tambahan mengenai keadaan yang diliatnya melalui lensa teropong emasnya itu di dalam buku pelayarannya (buku log), seperti letak dan posisi relativ pohon-pohon nyiur tertentu, bukit yang terlihat dari kejauhan, air terjun yang mungkin nampak, letak karang yang terlihat menonjol di pesisir pantai pulau itu dari sudut tertentu dan laen-laen. Kemudian tentunya dia akan mulai bertanya-tanya dalam hatinya sendiri maupun berdiskusi dulu dengan letnannya guna meminta pendapat profesionalnya, apakah menguntungkan untuk mencoba mendekati pulau tersebut, membuang sauhnya di sana guna mengenal situasi di pulau itu beserta penghuninya lebih dekat.

Tapi ada kemungkinan juga sang nahkoda sengaja berlayar ke sebuah pulau dengan sengaja, karena dia telah mendapatkan koordinat pulau itu dari temannya sesama nahkoda. Dan jika dia mempunyai teman yang baek hati, maka dia tidak hanya mendapatkan peta lokasi tetapi juga akan mendapatkan catatan pribadi rekannya itu dengan gratis pula sehingga bisa dimanfaatkannya secara maksimal guna menghadapi segala kejutan yang menunggunya di pulau tersebut, seperti titik pendaratan, gambaran tentang kelemahan pertahanan pantai pulau itu, letak-letak meriam pertahanan strategisnya, gambaran tentang wanita elok yang menghuni pulau tersebut, hiburan yang dihasilkan dari merdunya suara air terjun yang menggelegar menuruni tebingnya, kekayaan alamnya, kesuburan tanahnya, hama-hama yang sedang mengganas disana dan laen-laen.

Setiap pulau di laut itu memang dihuni oleh seorang wanita yang elok dan setiap pulau mempunyai pertahanan pantai sendiri-sendiri, ada yang dilengkapi dengan mercu suar untuk membantu navigasi kapal-kapal yang berlayar terlalu dekat untuk menjauh maupun mendekat diwaktu malam, dengan menara-menara pengintai yang dipersenjatai lengkap dengan meriam-meriam anti kapal dengan amunisi bola-bola besi besarnya yang masiv sehingga bisa menenggelamkan kapal-kapal yang mendekat dengan cara merusak badan kapal dan tiang-tiang layarnya, maupun dengan bola-bola besi yang berukuran sedang untuk mengoyak layar-layar kapal yang mendekat dan tentu saja dengan paku dan benda-benda berat apa aja untuk menyapu awak kapal di geladak bila kapal musuh sudah berada dalam jarak tembak. Bahkan ada juga pulau yang dijaga oleh kapal-kapal perang pengawal lepas pantai dan laen-laen, tetapi ada juga dermaga-dermaga yang didekorasi dengan hiasan-hiasan indah untuk menyambut kapal-kapal yang hendak berlabuh.

Andai sang nahkoda setelah meneliti melalui lensa teropong emasnya keadaan pulau dambaan hatinya itu dan kemudian dia tertarik untuk berlabuh disana, maka pertamanya dia harus mencoba berkomunikasi dengan penghuni pulau itu dengan bantuan signal morse lewat cermin di siang hari ataupun lentera dimalam hari. Jadi sang nahkoda akan mengirim pesan singkat guna memberitakan dan menjelaskan keinginannya untuk mendekati pulau tersebut hanya dengan tujuan damai dan meminta ijin syah bandar untuk merapat ke dermaga pulau itu. Secepat signal tersebut tertangkap dan dimengerti oleh staf komunikasi pelabuhan yang segera memberitau syah bandar yang segera membawa informasi tersebut kepada sang putri sebagai pemilik dan penguasa pulau. Dengan kata laen, sang nahkoda berusaha bernegosiasi dengan sang putri melalui pesan-pesan yang jelas yang ditukarkan perwira komunikasinya (telegraph operator/officer) kepada staf bagian hubungan masyarakat (public relation) sang putri.

Bila usaha komunikasi tersebut tidak bertepuk sebelah tangan, dan permintaan ijin berlabuh dikeluarkan oleh syah bandar atas nama sang putri, maka juru mudi sang nahkoda kapal hanya perlu mengarahkan buritan kapalnya ke pulau tersebut untuk memasuki pelabuhan itu dengan tenang baek dengan kekuatannya sendiri maupun dipandu ataupun ditarik oleh kapal-kapal pemandu pelabuhan yang disiapkan untuk tujuan itu. Pengarah acara (event organizer) pulau itu bisa segera mengorganisir sambutan yang dibutuhkan dan dan para petugas imigrasi pun telah disiapkan berjejer di dermaga untuk menstempel visa menetap sementara pada para awak kapal. Pasukan pengawal pelabuhan pun akan memberi jalan dan membiarkan sang nahkoda memasuki pelabuhannya dan pada akhirnya menginjakkan kaki ke pulaunya sehingga sang putri pemilik pulau bisa menyambutnya dengan suka cita dan bersilahturami dengannya di istana negaranya.

Tetapi andai usaha negosiasinya ternyata gagal, dan visa ijin mendarat ditolak oleh petugas imigrasi atas titah sang putri, maka sang nahkoda harus mencari akal laen guna mengatasi atau menyiasati pertahanan pantai yang biasanya komandoi seorang kepala resimen anti invasi pulau yang garang itu. Semuanya tentunya bergantung pada situasi yang aktuil dan terutama tergantung pada kemampuan komunikasi kedua belah pihak. Sang putri yang juga mendapat informasi tentang kedatangan kapal tersebut biasanya akan berusaha menilai dulu maksud hati sang nahkoda berdasarkan informasi dari staf hubungan masyarakatnya dan komentar-komentar pengintai-pengintainya yang juga banyak ditempatkan di menara-menara pengawas maupun diatas pohon kelapa di sepanjang tepi pantai. Setelah mendengarkan pendapat menteri-menterinya sang putri akan mengambil keputusan yang sesuai dengan kata hati nuraninya.

Seorang putri yang masi ragu-ragu atau tidak suka dengan maksud kapal yang mendekat itu atau seorang putri yang ketus bisa juga dengan judesnya tanpa pikir panjang segera memerintahkan dayang-dayangnya untuk menyampaikan pesan kepada kepala resimen anti invasi pulau di markas besarnya untuk segera memperkuat pertahanan pantai guna mengusir kedatangan kapal tersebut.

Tetapi bila sang putri dalam menilai maksud nahkoda yang mendekat itu masi ragu ataupun terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi, maka pertempuran terjadi antara pertahanan pantai pulau tersebut dan kapal sang nahkoda tidak akan dapat dielakkan lagi. Bila pertahanan pantai pulau tersebut ternyata lebih kuat dan penghuni pulau idaman sang nahkoda tersebut memenangkan perang tersebut, maka tiada jalan laen bagi sang kapten yang malang itu untuk mengarahkan kapalnya pergi menjauh dari pulau tersebut sebelon kapalnya karam dengan sukses dan dengan menelan rasa malu dia harus memulai proses pencarian pulau yang baru lagi dari awalnya, karena disana dia telah gagal total. Memang dia tidak akan tau nantinya berapa lama dan berapa jauh dia harus berlayar sampai dia menemukan pulau berikut yang menarik hatinya untuk sekedar memperbaiki kapalnya ataupun hanya untuk berlindung sejenak di pelabuhan yang bersahabat dengannya.

Meskipun masi ada kemungkinan laen, yaitu bila sang putri ternyata berhati emas menjadi iba dengan keadaan kapal sang kapten yang kapalnya nyaris tenggelam itu karena terkena pecahan-pecahan mortir ganas dari pertahanan pantainya dan kemudian memutuskan untuk menginstruksikan kepala resimen anti invasi pulau untuk segera menghentikan serangan dan menyuruh kepala badan SAR (save and rescue) nya untuk segera mengirimkan sekoci-sekocinya keluar, lengkap dengan petugas medisnya guna menyelamatkan sang kapten, mengobati luka-luka awak kapalnya serta memerintahkan pimpinan kapal pemandu untuk menarik kapal sang kapten masuk ke pelabuhannya untuk diperbaeki di dermaganya. Bole jadi kemudian sang putri malah jato hati pada sang kapten malang yang lagi tergolek lemah di atas ranjang rumah sakitnya dan dirawat oleh kepala dokter dan kemudian mengijinkan kapten kapal itu untuk mengibarkan benderanya di sana serta membantu sang putri mempertahankan pulau tersebut karena sang putri telah menerimanya sebagai kekasih. Ataupun sang putri hanya sekedar memberinya bekal yang cukup supaya sang kapten setelah sembuh bisa melanjutkan perjalanan jauhnya kembali untuk mencari satu pulau yang tepat dan mereka berdua menjadi sahabat sehingga sang kapten bole datang berlabuh kapan saja untuk menambah bekal perjalanannya ataupun memperbaekin kapalnya jika laen kali rusak lagi.

Tapi bila pertempuran sengit antara kapal dan pertahanan pantai ternyata dimenangkan oleh sang nahkoda atau dengan kata laen sang nahkoda berhasil melumpuhkan pertahanan pantainya sang putri, maka singkatnya sang putri pemilik pulau akan (dengan gembira ataupun terpaksa) mengijinkan si nahkoda masuk untuk mengenal isi pulau itu lebih dekat sementara sang putri pun dengan dibantu oleh bendaharanya bisa ikut memeriksa keadaan dan mungkin juga muatan kapal yang dibawa sang nahkoda tersebut, sementara para pelaut kapal dan petugas dermaga pulau itu bergotong royong memperbaeki kapal yang cedera itu. Andaikata semua yang ada seperti yang diharapkan dari kedua belah pihak, maka bolehlah sang nahkoda menetap di pulau tersebut selama beberapa saat ataupun selamanya dan dengan segera sang nahkoda bole mengibarkan bendera kapalnya di pulau itu sebagai pertanda bahwa pulau itu menjadi miliknya juga. Bila sang nahkoda itu adalah nahkoda yang super hati-hati, maka dia juga tidak akan segan-segan memerintahkan kelasi-kelasinya untuk menempatkan meriam-meriam tambahannya di tempat-tempat yang strategis di sekeliling pulau tersebut untuk memperkuat pertahanan pantai dari pulau sang putri tercintanya dari serangan kapal-kapal yang tidak sopan dan nahkoda-nahkoda keji yang tidak menghargai kode etika sesama pelaut.

Di kasus yang paling ekstrem, jika sang putri ternyata telah memerintahkan kepala resimen anti invasi pulau nya untuk menempatkan semua meriam yang tersedia di gudangnya di tepi pantai dan memasang ranjau-ranjau yang dengan judesnya mengoyak buritan kapal-kapal yang mendekat hanya dengan tujuan untuk menjaga pulaunya dengan ketat dan membiarkan meriam-meriamnya menyalak galak setiap kali ada kapal mendekat, dalam hal ini pasti para nahkoda yang kapalnya pernah berada di dekat pulau itu akan mencatat kejadian itu dan meneruskannya secara sukarela kepada rekan nahkoda laennya agar semua nahkoda menjauhi pulau itu. Tetapi berdasarkan pengalaman, bila pertahanan yang masiv seperti ini bisa ditaklukkan, maka tidak akan ada lagi pertahanan-pertahanan yang bisa dilakukan sang putri, dan dia akan pasrah melakukan apa aja yang di inginkan oleh sang nahkoda. Jadi kadang sang nahkoda harus berani menempuh risiko seperti ini.

Tetapi tentu saja masi ada kemungkinan yang satunya lagi, yaitu bila setelah sang nahkoda setelah diijinkan masuk kemudian dia atau sang putri menemukan kalo ternyata tidak ada kecocokan di antara mereka atau jika kenyataannya tidak seperti yang diinginkan kedua belah pihak, maka mungkin aja terjadi kalo sang nahkoda akan pergi meninggalkan pulau itu dengan suka rela ataupun diusir oleh sang putri.

Andaikan sebuah pulau sudah dihuni seorang nahkoda maka jika ada nahkoda laen yang tergolong sopan dan kesatria melihat sebuah bendera berkibar di pulau itu, maka dia tidak akan berpikir untuk mencoba berlabuh di sana. Karena dia tau pulau itu sudah berpenghuni lengkap. Tapi memang tidak bisa diramalkan, bila pulau itu benar-benar cantik, maka pertempuran antara kedua anak buah nahkoda dengan dibantu pertahanan pantaipun bisa aja terjadi guna memperrebutkan hak huni di pulau tersebut, sejauh sang putri pemilik pulau itu mengijinkannya.

Jadi pada akhirnya semua nahkoda akan bisa berlabuh di salah satu pulau di samudera tersebut, tanpa terkecuali, karena jumlah pulau-pulau itu tidak terbatas. Tapi bisa juga terjadi, ada nahkoda yang selalu gagal dalam usahanya untuk menaklukkan pertahanan pulau-pulau tersebut dan berakibat dia harus lebih lama lagi berlayar guna menemukan pulau yang tepat, bahkan sampai akhir hayatnya.

Tapi tentu saja perjuangan mendapatkan hak huni sebuah pulau bisa diperoleh dengan lebih mudah untuk tipe-tipe pulau-pulau tua. Ini tentu saja dikarenakan persenjataan pertahanan pantai yang dimiliki oleh pulau-pulau tua itu sudah usang, sehingga bisa ditaklukkan denganmudahnya. Situasi seperti ini bisa terjadi bila usia sang putri yang sudah lanjut usia, sehingga tidak ada pedagang senjata lagi yang mau berlabuh disana dengan sukarela. Karena dengan semakin bertambahnya usia sang putri dan juga usia pulaunya maka kekayaan alam pulaunya akan semakin berkurang dan kualitas hasil buminya makin menurun sehingga sang putri tidak mampu lagi barter dengan sang saudagar senjata. Atau lebih parah lagi, sampai suatu usia tertentu, ada kemungkinannya tanah di pulau itu tidak subur lagi untuk ditanami oleh benih yang dibawa oleh sang nahkoda idaman hati. Maka hendaknyalah sang putri pun sadar kalo tingkat kesuburan tanahnya sangat terbatas dan dia tidak bole menjadi orang yang terlalu pemilih dalam hal ini. Jadi segalanya harus dipikirkan dan dipertimbangkannya secara masak-masak dan dengan kepala dingin tanpa emosi sejenak sebelon memerintahkan kepala resimen anti invasi pulau nya mengarahkan moncong meriam-meriam kejamnya ke setiap kapal yang berminat mendekat. Karena itu memang biasanya sang putri berfikir sewaktu dia masi muda akan siapa dulu yang berani mati mengarahkan buritan kapal ke pulaunya, tetapi ironinya, bila usianya sudah lanjut biasanya dia akan berfikir, sudahlah siapa saja yang berminat mengarahkan moncong kapalnya ke pulaunya pasti akan diterima dengan senang hati, daripada dia harus hidup sendiri diistananya.

Keadaan seperti ini seringkali bisa diliat dari kejauhan oleh sang nahkoda melalui teropong emasnya, apalagi kalo signal yang dikirim dari pulau itu terlalu ramah nadanya. Demikian juga sang nahkoda yang berpengalaman dapat menilai model peralatan tempur, meriam-meriam yang ditempatkan di sekeliling pulaunya itu dari kapalnya. Tetapi andaikata sang nahkoda pun sudah tua ataupun sudah capek berlayar jauh, mungkin saja, bila dia akhirnya memutuskan untuk nekad berlabuh disana, walaupun dia tau kalo pada akhirnya dia tidak akan bisa menanam benih tanaman yang dibawanya di pulau itu lagi. Tapi semua nahkoda yang masi muda dan berjiwa petualang, pastilah menghindari ajakan-ajakan yang membuai dan menjebak itu karena dia tau kalo dia masi saja bisa menemukan pulau-pulau laen yang lebih berharga, meskipun harus berlayar lebih jauh lagi.

Mungkin aja cerita seperti ini sangat menyenangkan untuk orang-orang tertentu yang kenal rasa humor tinggi, tapi mungkin juga bisa membuat orang yang laen menjadi sewot, tapi biar bagaimanapun, bila dipikirkan dengan lebih cermat, maka kita semua akan setuju kalo apa yang tersirat dalam cerita ini adalah benar dan mencerminkan kenyataan sehari-hari...

Billy Holiday adalah wanita Amerika yang terkenal dengan suara vokal nya yang melengking tinggi di kalangan para pengemar berat musik jazz. Suaranya yang bulat, tarikan nafasnya dan improvisasinya sewaktu dia menyenandungkan tembang seperti It Had To Be You patutlah diacungi jempol. Memang tidak banyak penyanyi musik jazz yang berbakat seperti ibu yang satu ini, karenanya dia sudah menjadi legenda musik sebelon dia meninggal. Tembang It Had To Be You ini pertama kalinya kudengar di taon 1989 di movie When Harry Met Sally yang dibintangi oleh Billy Christal dan Meg Ryan. Billy Christal sendiri dikala itu sudah menjadi pelawak yang handal dikalangan penggemar NBC di Amerika Serikat dikala itu sementar Meg Ryan yang sebenarnya bernama asli Margaret Hyra, dimana Hyra adalah nama keluarga ayah kandungnya yang bercerai dengan ibunya yang juga pemaen drama di New York. Sewaktu itu Meg Ryan baru mulai meniti karirnya di bidang komedi. Oleh karenanya bole dibilang Billy Christal lah yang mengangkat pamor Meg Ryan menjadi bintang komedi terkenal di Amerika dengan bayaran setinggi langit di taon 2000an. Film When Harry Met Sally ini ditulis alur ceritanya oleh Nora Ephron yang kemudian menjadi terkenal dengan film-film seperti Sleepless in Seatle dan You Got Mail yang juga diperani oleh Meg Ryan. Ada satu adegan di film When Harry Met Sally ini yang mencengangkan pemirsa dikala itu, itu adalah adegan pemeragaan orgasme secara spektakuler di meja makan, yang banyak disensor di banyak negara yang masi memandang adegan humor seperti itu adalah tabu.

It had to be you. (Itu seharusnya kamu)
It had to be you. (Itu adalah kamu)
I've wandered around, (aku telah mengembara kemana-mana)
finally found somebody who, (akhirnya aku menemukan seseorang)
could make me be true. (yang membuatku berarti)
Whoa whoa whoa could make me be blue. (membuatku menjadi sedih)
And, even be glad just to be sad thinkin' of you... (dan bahkan membuatku senang sewaktu baru saja berfikir dengan sedih tentangmu)

Some others I've seen (semua yang pernah kuliat)
might never be mean (mungkin tidak pernah berarti)
Might never be cross (mungkin tidak pernah jengkel)
Or, try to be boss. (atau berusaha untuk menjadi bos)
But, they wouldn't do. (tapi mereka tidak akan melakukannya)
For nobody else gave me a thrill. (karena tiada seorangpun yang memberiku gairah)
With all your faults I love you still. (walau banyak kesalahanmu, aku tetap cinta kamu)
It had to be you. (Itu seharusnya kamu)
Wonderful you. (kamu yang luar biasa)
It had to be you...(itu adalah kamu)

'Cause nobody else gave me a thrill. (karena tiada seorangpun yang memberiku gairah)
With all yo' faults - I love you still now. (dengan banyak kelalaianmu, aku tetap sayang kamu)
And it had to be you. (dan itu seharusnya kamu)
It just had to be you. (itu mestinya kamu)

It had to be you... (itu adalah kamu)