Friday, June 1, 2007

Jalan-jalan di London

Mood : santai
Cuaca: panas tak berawan
Snack : gak berani maem karena ditegur mantan, kebanyakan maem snack
Song : Streets of London dari Ralph McTell
Genre : Balada
Tanggal : 27 Mei 2007

Dedikasi : satu adek angkatku di Surabaya

Roda kehidupan akan terus tetap berputar tanpa henti, hari ini kita bisa di bawah tetapi besok kita pasti berada di atas, hanya saja berapa cepat kita berusaha memutar roda kehidupan tersebut, semuanya tergantung pada diri kita sendiri. Tiada orang yang hanya akan mengalami kesusahan atau keceriaan dalam hidupnya, tetapi semuanya itu akan melengkapi hidup kita…

Aku harus mengakui, tidak banyak cowo seperti aku. Aku mempunyai banyak teman wanita sejak aku masi duduk di SMP dulu. Bahkan sampai kuliah dan bekerja sekalipun, aku masi punya lebih banyak wanita ketimbang teman lelaki yang menjadi teman dekatku. Aku merasa sangat bersyukur dengan keadaan ini, karena aku sebenernya tidak pernah benar-benar merasakan arti kesepian dalam hidupku. Tetapi, orang yang tidak pernah merasakan kesepian, berarti juga orang yang tidak pernah bisa bersyukur bila dia ditemani seseorang. Mengetaui hal itu, maka aku berusaha untuk mengenal kepribadian dari oarng-orang yang dekat denganku, agar aku tidak kehilangan feeling tentang apa itu artinya kesepian.

Banyak orang di sekeliling kita, yang bila diperhatikan dari luarnya aja keliatan kalo dia cerah ceria saja. Tetapi bila kita bole mengenal dia dari dekat, maka kita mungkin akan bisa menemukan kenyataan kalo dia adalah orang yang kesepian. Bole aja dia bergelimang harta, semua ada, tetapi ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. Misalkan kurangnya rasa kasi sayang, kurangnya perhatian dari yang dikasihinya, kurangnya penghargaan dari sesama, kurangnya rasa percaya diri dan sebagainya.

Aku ini tipe orang yang suka memperhatikan teman-temanku, bukan hanya dari luarnya, tapi terutama dari segi psikologi nya, dari aspek kejiwaan dan aku sangat suka untuk menebak-nebak sifat orang berdasarkan misalkan dari pilihan pakeannya, jenis-jenis film yang digemarinya, tipe-tipe musik yang didengar, atau lebih heboh lagi, kadang aku menilai seseorang dari latar belakang foto-foto yang dibuatnya.

Singkatnya, aku mau bercerita disini tentang seseorang yang baru kunilai kepribadiannya. Aku sendiri mengenalnya sejak kurang lebih enam bulan ini, tapi hubunganku dengannya tidak intensiv. Hanya aja baru-baru ini dia dekat denganku. Setelah menghabiskan beberapa waktu bersamanya dan setengah hari untuk menemaninya berbelanja di salah satu mol di kota buaya ini, aku mulai berpikir untuk memberikan ringkasan sifatnya di sini. Itung-itung cuma iseng-iseng aja. Untuk melindungi identitasnya aku memilih tidak menyebut kan namanya ataupun tanda-tanda yang bisa dikaitkan dengannya di sini.

Biarlah kumulai dengan hal-hal yang sederhana saja, tadi siang aku diajaknya berjalan-jalan di salah satu mol di kota Surabaya ini. Sehabis makan siang bersama, aku minta ingin dikasi tau seperti apakah selera pakean nya itu. Kemudian dia dengan segala senang hati mengajakku kemana aja dia biasanya mencari sandangan yang diperlukannya. Sementara aku mendampinginya aku juga melihat caranya memilih baju misalnya. Baju-baju atasan yang dipilihnya itu sejenis baju yang digunting secara sederhana tanpa renda-renda ataupun aksesori laennya, disinilah aku tau kalo dia ini tipe cewe yang sederhana tanpa banyak tunjutan dalam hidupnya. Ketika kuperhatikan kalo dia lebih suka memperhatikan baju atasan dengan motiv tulisan-tulisan yang sederhana, maka aku tau kalo dia ini adalah seorang cewe yang suka mendapatkan perhatian dari orang laen. Kemudian dari butik yang dipilihnya, kudengar kalo dia selalu datang ke butik tersebut untuk melihat apa ada model baru yang ditawarkan oleh butik itu, maka aku tau kalo dia ini tipe seorang cewe yang sebenarnya konservativ dan setia karena dia tidak suka ganti-ganti model baju, jadi kalo sekali dia menemukan sesuatu yang cocok (misalkan jodo), maka aku tau dia pasti akan bertahan dengannya.

Kemudian kutanyakan, jenis tas tangan yang disukainya. Dia bilang tidak suka tas jinjing. Ini melambangkan dia itu tipe cewe yang rajin membantu sesamanya, karena dia ingin kedua tangannya selalu dalam posisi terbebas dari apapun. Dari besarnya tas yang dia bawa, aku tau kalo dia ini adalah tipe cewe yang kadang pelupa, tidak sabaran dan kadang kurang percaya diri, maklum kalo tasnya kecil, sudah pasti dia tidak akan bisa menimbun semua barang keperluannya sehingga dia harus mengingat-ingat barang apa aja yang harus dibawanya serta dan itu semua menyebabkannya menyebabkan dia kehilangan waktu yang berharga. Banyaknya barang dalam tasnya itu juga menggambarkan kalo dia hanya pede kalo membawa serta semuannya.

Darimanakah sifat dan kepribadian seseorang bisa terbentuk? Untuk mengetahuinya kita harus mengenal dia nya sendiri lebih dekat. Semakin banyak kepercayaan yang bisa dibina antara kita dan dia, semakin banyak informasi yang bisa kita dapatkan. Demikian pula sewaktu kita mau mencari teman hidup, hendaknyalah kita menggunakan mata hati kita dan bukanlah mata tubuh. Dengan kata laen, lihatlah seseorang itu bukan melulu dari apa yang dia pakai dan dia punya, tetapi liatlah lebih jauh ke dalam lagi, lihatlah hatinya. Memang seperti yang pernah kuulas tanggal 19 Mei yang lalu di dalam karangan yang berjudul “Kisah Kasih“ dimana aku melukiskan kekotoran hati yang disebabkan oleh ketakutan pribadi dalam menjalani hidup ini, sehingga banyak orang lebih mengutamakan materi daripada cinta sejati.

Kembali pada seseorang yang baru ku nilai ini, setelah aku berkenalan lebih dekat dengannya, akupun tau lebih banyak tentang dia. Bahwa dibalik keceriaan wanita belia ini, ternyata dia banyak menyimpan duka dalam hatinya. Kini bisa kumengerti, mengapa sinar matanya sayu ketika dia datang ke rumahku untuk curhat beberapa waktu yang lalu. Aku bahkan masi teringat pada SMS nya kala itu, dimana dia yang dengan jujur mengatakan dia butuh aku karena dia sudah tidak tau lagi harus berbicara dengan siapa lagi untuk mengatasi kegalauan hatinya itu. Rupanya dia waktu itu sudah mengalami stres berat dan juga ketakutan bisa kehilangan seseorang yang selama ini dijadikannya tempat untuk membangun impian-impiannya.

Di ceritakannya padaku lebih lanjut, kalo dia sudah harus bekerja semenjak SMA untuk membiayai dirinya atas perintah papanya. Ya, di saat-saat mana teman-teman sekolahnya masi bisa berjalan-jalan dan bersenda gurau, dia harus belajar bekerja, bekerja untuk membiayai dirinya sendiri. Jujur aja, aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti, mana ada papa yang sejahat itu pada anak kandungnya sendiri? Laen cerita kalo keadaan ekonomi keluarganya yang mendesak dan mengakibatkan dia harus bekerja, tetapi dengan keadaan ekonomi yang mendukung, kenapa dia harus kehilangan semua keceritaan masa mudanya?

Kejenuhan dalam hidupnya pun sudah mulai dia rasakan dan dia mengakuinya pada salah satu pembicaraan pribadi denganku. Dia ingin sesuatu yang laen, sesuatu perubahan dalam hidupnya. Ya, dia inginkan sesuatu hal atau keadaan yang akan membuat hidupnya yang tidak berwarna dan tandus itu menjadi sesuatu yang dipenuhi oleh bunga-bunga beraneka warna. Sesuatu hal atau keadaan yang membuat hidupnya bisa lebih berarti daripada bekerja dan bekerja dan bekerja untuk bertahan hidup seperti sekarang ini.

Bisa kubayangkan, betapa sepinya hidupnya itu. Malam-malamnya sering dihabiskannya dengan menonton film atau pun televisi, pagi, siang dan sorenya dihabiskannya untuk bekerja. Tanpa seseorang yang mengasihinya diapun mungkin telah melupakan apa itu kasih sayang. Ketidakpuasannya dengan kehidupannya pun dilampiaskan dalam bentuk kejudesan dan keketusan, paling tidak itu yang diceritakan orang padaku. Yang orang tidak tau, segala kejudesan dan keketusan itu adalah tameng bagi dirinya, supaya hatinya tidak terluka. Seperti landak, dia mungkin telah melukai (hati) orang laen, walau dia tidak bermaksud demikian. Yang dia lakukan hanyalah melindungi dirinya agar tiada temannya yang mampu menyakiti hatinya ataupun menghina keadaannya, dan bahkan dia juga telah melindungi papanya, yang sebenarnya bukan hanya dicintainya tetapi juga dibencinya. Dia mencintai papanya seperti seorang anak yang tau terima kasih karena telah dibesarkan sampai usia tertentu, tetapi dia juga telah membenci papanya yang telah membiarkannya menderita seperti sekarang ini. Bisa kubayangkan, kalo dia ini termasuk anak yang diam semasa sekolah dan kuliahnya dulu, jadi seorang yang mempunyai sedikit rasa minder sehingga hanya mempunyai sedikit teman karena dia sulit bersosialisi dengan mereka dengan alasan tiadanya waktu, waktu yang dipakainya untuk bekerja demi bertahan hidup.

Kegembiraan hanya dirasakannya sewaktu dia bole pergi berbelanja. Dari uang yang diperolehnya melalui jerih payahnya itu, dia menghabiskannya untuk membali pakean. Dari ujung kaki ke ujung kepala, harus dia biayai sendiri. Tapi dia ini bukan tipe pesolek. Yang dia kagumi bukanlah pakean-pakean luar tetapi pakean yang ada didalam. Karena dia ingin tampil cantik hanya untuk dirinya sendiri. Sesuatu yang berada di dalam hanya bisa diliat olehnya seorang dan orang yang berarti baginya.

Akupun sadar, bahwa orang seperti dia ini akan bisa berbuat apa saja demi kebahagiaan yang tidak/sangat jarang didapatkannya dalam seumur idupnya. Dan ini terwujud misalkan dengan perhatian-perhatian yang diberikannya tanpa pamrih pada orang yang telah menghibur kepedihan hatinya, misalkan juga pada diriku sendiri. Dia ini tipe orang akan bisa melakukan apa saja, bahkan juga akan berani berkorban materi demi kebahagiaan hatinya, walau kebahagiaan itu hanya berlangsung sekejab saja. Tetapi andai orang tau tentang
kelemahan hatinya ini, akupun sangat kuatir, nanti akan ada orang jahat yang tega memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya.

Untungnya dia tidak sendiri di dunia ini, adek lelakinya pun mengalami hal yang sama. Maka dari itu hubungan kedua kakak beradek ini berkembang menjadi hubungan yang sangat akrab dan erat. Kasi sayang yang dipunyainya dilimpahkan seluruhnya kepada adeknya. Diapun pernah bercerita padaku, bahwa saat ini tiada lagi yang lebih diharapkannya daripada keinginan agar adeknya bisa mendapatkan seseorang yang tepat dan bisa segera menikah dan hidup berbahagia. Padahal hal ini sebenarnya sama dengan bunuh diri baginya, karena selama ini adeknya tinggal bersama ortunya di luar pulau sedangkan dia bekerja sebagai supplier di Surabaya. Andai adeknya menikah, maka ortunya akan kembali ke Surabaya dan temanku ini kemungkinan besar harus keluar dari rumah mereka di Surabaya saat ini. Kemanakah dia ini kemudian harus mengungsi? Begitu tanya ku padanya, tapi rupanya kasih yang sangat besar pada adeknya telah membuatnya tidak bisa berpikir lebih jauh. Yang diinginkannya hanyalah melihat adeknya bahagia.

Adeknya pun tau diri dan membalas budi cecenya dengan ganti memperhatikan segala kebutuhannya. Mereka berdua tumbuh dan berkembang menjadi dua individu yang telah saling menguatkan dalam suka dan duka. Bahkan adeknya pernah bercerita padaku, andai cecenya ini nantinya tidak menikah ataupun menikah dan berada dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan, maka dia akan rela membantu.

Tapi di pihak laen, aku sadar juga kalo semua ini dikarenakan hilangnya rasa kasi sayang dari papanya, papanya yang begitu tega “membiarkan” anak perempuan nya untuk mencari uang sendiri, walau tanpa desakan keadaan ekonomi keluarga. Kebijakan papanya yang mengijinkan kedua anaknya untuk mulai belajar bertanggung jawab atas diri mereka sendiri sejak di usia dini inilah yang membuat derita batin di anak perempuannya (dan adeknya) ini. Derita ini ditanggungnya berpuluh-puluh taon ini dan ini semuanyalah yang mengubah karakternya menjadi seperti yang kulihat.

Ingin hati, aku bisa menghiburnya bahwa dia tidak sendiri lagi, membisikkan kata-kata penyejuk jiwanya, membujuknya dan meyakinkannya bahwa penderitaan ini akan segera berakhir, menggandeng tangannya untuk mengajaknya mengikutiku ke dalam duniaku yang penuh bertaburan bunga-bunga indah. Tapi, aku sadar aku hanya manusia biasa, yang punya segala keterbatasan. Maka aku telah berusaha untuk membantunya dengan jalan laen, aku bilang padanya, aku ini tidak punya apa-apa yang berarti dan bisa kuberikan padanya, tapi aku punya sesuatu yang akan kuberikan padanya, yaitu kebahagiaan, kebahagiaan dari dalam. Dan akupun telah mewujudkannya, aku telah memberinya seorang pendamping yang telah membuat dia sangat gembira dan bisa melupakan sejenak kesedihan hatinya dalam empat bulan terakhir ini.

Ralph McTell termasuk salah satu penulis lirik dan penyanyi balada yang berbakat di jamannya, setara dengan Don McLean. Banyak tembang-tembang yang ditulisnya dengan kata-kata yang bole dikata mendekati puisi. Perpaduan kata-kata yang dipilihnya menyebabkan bukan hanya arti liriknya tetapi juga tembangnya sendiri secara keseluruhan menjadi tembang-tembang yang banyak mendapat penghargaan di kalanya. Bila lagu-lagu rock hanya mengandalkan beat yang mantap yang berasal dari pukulan dan ijakan drummer nya tanpa lirik yang komplex, maka lagu-lagu yang beraliran balada mangandalkan lirik yang lengkap tetapi menuang nilai minus dalam komposisi background music nya. Tapi ya memang semua ada kelebihan dan kelemahannya sendiri, aku pribadi lebih memilih balada ketimbang musik rock. Tapi ya sekali lagi semua tergantung pada mood kita pada waktu menikmatinya...tulisan dan lagu ini kupersembahkan untuk adek angkatku di Surabaya, semoga kamu tetap tabah dan tetap sabar menantikan kehidupan baru yang kamu harapkan...

Have you seen the old man in the closed-down market (lihatkah engkau orang tua di toko tertutup itu)
Kicking up the papers with his worn out shoes? (menendang-nendang koran dengan sepatu bututnya)
In his eyes you see no pride (di matanya kau liat tiada kebanggaan)
Hands held loosely by his side (tangannya tergantung lemas di sampingnya)
Yesterday's paper telling yesterday's news. (koran kemaren bercerita tentang berita kemaren)

So how can you tell me you're lonely (bagimana kamu bisa bilang padaku kalo kamu kesepian)
And say for you that the sun don't shine? (dan meyakinkan dirimu kalo matahari tidak bersinar)
Let me take you by the hand (biarkan aku menggandengmu)
And lead you through the streets of London (menuntunmu melalui jalan-jalan di London)
I'll show you something to make you change your mind. (akan kutunjukkan sesuatu yang akan mengubah pendapatmu)

Have you seen the old girl who walks the streets of London (lihatkah engkau gadis tua yang menyusuri jalan-jalan di London)
Dirt in her hair and her clothes in rags? (kotoran di rambutnya dan pakeannya yang terpotong-potong)
She's no time for talking (dia tidak punya waktu untuk berbicara)
She just keeps right on walking (dia hanya berjalan terus saja)
Carrying her home in two carrier bags.(membawa rumahnya dalam dua tas jinjing)

So how can you tell me you're lonely (bagimana kamu bisa bilang padaku kalo kamu kesepian)
And say for you that the sun don't shine? (dan meyakinkan dirimu kalo matahari tidak bersinar)
Let me take you by the hand (biarkan aku menggandengmu)
And lead you through the streets of London (menuntunmu melalui jalan-jalan di London)
I'll show you something to make you change your mind. (akan kutunjukkan sesuatu yang akan mengubah pendapatmu)

In the all-night cafe at quarter past eleven (di sebuah café sepanjang malam, jam sebelas seperempat)
Same old man sitting there all on his own (orang tua yang sama duduk di sana sendirian)
Looking at the world over the rim of his teacup, (melihat dunia melalui bibir cangkir tehnya)
Each tea lasts an hour (setiap the habis dalam satu jam)
and he wonders home alone. (dan dia pulang sendiran ke rumah)

So how can you tell me you're lonely (bagimana kamu bisa bilang padaku kalo kamu kesepian)
And say for you that the sun don't shine? (dan meyakinkan dirimu kalo matahari tidak bersinar)
Let me take you by the hand (biarkan aku menggandengmu)
And lead you through the streets of London (menuntunmu melalui jalan-jalan di London)
I'll show you something to make you change your mind. (akan kutunjukkan sesuatu yang akan mengubah pendapatmu)

Have you seen the old man outside the seaman's mission (lihatkah engkau orang tua diluar rumah misi pelaut itu)
Memory fading with the medal ribbons that he wears? (mengenang dengan pita-pita medali yang dipakainya)
In our winter city the rain cries a little pity (di musim dingin kota kita, hujan menangis sedikit rasa kasian)
For one more forgotten hero (untuk seorang pahlawan lagi yang terlupakan)
And a world that doesn't care. (dan dunia yang tidak peduli)

So how can you tell me you're lonely (bagimana kamu bisa bilang padaku kalo kamu kesepian)
And say for you that the sun don't shine? (dan meyakinkan dirimu kalo matahari tidak bersinar)
Let me take you by the hand (biarkan aku menggandengmu)
And lead you through the streets of London (menuntunmu melalui jalan-jalan di London)
I'll show you something to make you change your mind. (akan kutunjukkan sesuatu yang akan mengubah pendapatmu)