LIFE is difficult. This is a great truth, one of the greatest truths. It is a great truth because once we truly see this truth, we transcend it. Once we truly know that life is difficult -- once we truly understand and accept it -- then life is no longer difficult. Because once it is accepted, the fact that life is difficult no longer matters.
Hari ini aku membaca status dari temanku yang di Canada yang bunyinya seperti aku kutip di atas itu. Memang benar hal itu, siapa sih yang tidak pernah mengeluh betapa susahnya hidup ini. Makin hari makin susah kan?
Ingat saja jaman kita masi kecil. Pasti kita akan ingat kalo orang-orang yang sudah tua akan mengatakan hidup ini makin hari makin sulit, harga barang-barang makin hari makin mahal terutama bila kita hidup di negara ini dimana para ahli ekonomi makro nya sebenarnya masi kurang ahli sehingga tingkat inflasi masi tinggi dan itu tercermin dari tinggi nya tingkat suku bunga (pinjaman) bank. Dan laen sebagainya.
Ya memang begitulah hidup, kebanyakan orang memang menjalani hidupnya dengan tidak mudah. Hidup adalah perjuangan. Sudah semenjak kita belon dilahirkan, kita sudah harus berjuang. Bayangkan, ada jutaan sperma yang ditembakkan ke arah indung telor, tapi hanya satu saja yang berhasil bertahan hidup, yaitu kita ini yang sudah dilahirkan. Bila sejak belon terbentuk sudah harus berjuang, maka apalah artinya bila kita harus kembali berjuang dan bersaing dengan yang laen setelah dilahirkan? Jadi setiap orang dari kita sebenarnya adalah pemenang, pemenang yang unggul atas jutaan yang laen.
Bahkan lebih brutal itu kehidupan seekor ikan hiu. Di dalam rahim hiu betina yang mengandung, biasa terdapat dua ekor ikan hiu yang tumbuh dan berkembang. Begitu mereka terbentuk dan tumbuh menjadi dewasa, mereka sudah bersaing satu sama laen, dan saling membunuh, di dalam rahim sang ibu. Akibatnya satu dari mereka pasti akan mati dan ikan hiu muda yang dilahirkan itu adalah ikan hiu yang sudah membunuh dan memakan sodara nya sendiri. Maka dari itu, tidaklah heran bila kita meliat bayi ikan hiu yang baru saja dilahirkan ternyata sudah bercacat di badan atau di bagian siripnya. Catat itu diakibatkan dari perjuangan di dalam perut ibunya.
Tapi ingat, secepat kita mengerti bahwa hidup tidak mudah, maka kita akan mensyukuri apa yang kita punya, apa yang kita lakukan, apa yang jalani. Karena dengan mengakui bahwa hidup ini tidak mudah, maka segalanya akan menjadi mudah. Ironis bukan?
Aku jadi teringat kalo sekitar setengah abad silam, grup musik legendaris ‘Koes Plus’ telah melantunkan tembang yang berisi cerminan hidup ini setengah abad silam, yakni dengan tembang nya yang populer dengan judul ‘Ojo Podho Nelongso’ yang kulampirkan di bawah ini dengan terjemahan (transliteraris, diterjemahkan dengan memberikan arti) ke bahasa Indo.
Jo Podo Nelongso (jangan semua mengeluh)
Jamane Jaman Rekoso (jaman nya jaman susah)
Urip Pancen Angel (hidup memang susah)
Kudune Ra Usah Ngomel (sedatinya tidak perlu mengeluh)
Ati Kudu Tentrem (hati harus tentram)
Nyambut Gawe Karo Seneng (bekerja dengan senang hati)
Ulat Ojo Peteng (pikiran jangan gelap)
Nek Dikongkon Yo Sing Temen (kalo disuruh, lakukan dengan kesungguhan)
Lha Opo Tho Konco (ya apalah, teman)
Ati Kerep Loro (hati (memang) sering sakit)
Ra Gelem Rekoso ((kalo) tak mau susah)
Mbudi Doyo ((ya) berusahalah sendiri)
Pancen Kabeh Podo (memang semua sama)
Pengin Urip Mulyo (ingin hidup enak)
Wiwitan Rekoso (tanpa (mau) bersusah payah)
Pancen Nyoto (memang (itulah) kenyataannya)