Menarik untuk mengamati bahwa orang di Indo sini tergolong orang yang konsumtif. Maka tidak heran, bila banyak pengamat di luar sana mengatakan, bahwa ekonomi di negera ini hanya ditopang oleh tingkat konsumsi yang tinggi. Dan negera ini adalah pasar yang besar untuk segala jenis produk, terutama produk yang mampu meningkatkan harga diri atau gengsi dari pemiliknya.
Nah bagaimana sebenarnya kita harus hidup sesuai dengan ajaran Tuhan? Aku iseng buka Alkitab ku dan menemukan di Surat Paulus kepada Titus yang kedua pasal kedua tentang ‘Kewajiban orang tua, pemuda dan hamba’
(2) Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
(3) Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik
(4) dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,
(5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.
(6) Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal
(7) dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
(8) sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita.
(9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah,
(10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
Kurasa disini semua sudah jelas dan tak perlu aku urai lagi, namun bagaimana dengan Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius di pasal yang kedua ‘Mengenai sikap orang laki-laki dan perempuan dalam ibadah jemaat’?
(12) Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.
(13) Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.
(14) Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.
(15) Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.
Ah, kok rasanya sedikit diskrimatif terhadap perempuan tuh ayat, hehehe, kalo ada perempuan tidak dikarunia anak, apa artinya dia dikutuk dan tidak dapat diselamatkan? Hahaha.. ya itulah Alkitab, bila dimengerti seayat demi seayat bisa berbahaya.
Oke kita kembali ke topik semua, apakah kita salah bila kita menjadi kaya? Karena kan ada peringatan di dalam Surat Yakobus di pasal yang kelima tentang ‘Peringatan kepada orang kaya’
(1) Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
(2) Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
(3) Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
(4) Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.
(5) Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.
(6) Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.
Jadi bagaimana ini? Bole tidak kita jadi kaya atas usaha kita dan mempunyai banyak harta benda yang nantinya tidak akan kita bawa ketika kita mati?
Kurasa di sini jawabannya cukup simple, bila kita menyadari, bahwa kita hanya numpang lewat di dunia ini, katakanlah maksimal beberapa puluh taon. Dan selama itu pulalah kita bisa berbuat baek untuk sesama, dan banyak membantu sesama.
Paling tidak bila kita butuh meja tulis, ya kita bole punya meja tulis, bila kita butuh dipan untuk tidur, ya kita bole punya dipan, dan yang terpenting, kita tidak perlu mempunyai harta benda yang berlebihan.
Oke, aku tau, pasti aku di protes semua orang yang mempunyai henpon lebih dari satu. Kan katanya idealnya cukup satu saja. Memang benar, namun juga kadang kala bila kita ingat akan banyaknya kebutuhan kita di dunia ini, maka sangat penting kiranya untuk berhemat agar di kemudian hari kita tidak menyusahkan orang laen. Jadi bila mempunyai henpon lebih dari satu, atau dengan kata laen, mengambil jasa dari beberapa operator ternyata membuat hidup kita lebih hemat, maka ya itulah jalan yang terbaek yang semestinya kita tempuh.
Misalkan bila kita sakit atau semacamnya. Jadi kita harus pandai-pandai mengelola semua milik kita itu dan tidak menjadi boros. Ingat kata Confusius, ‘tengah-tengah itu sempurna.’ dan ingat akan cerita seorang Rabbi dari Polandia di bawah ini, maka hidup kita akan dapat kita ubah, menjadi kehidupan yang bahagia dalam segala kecukupannya. Walau tentunya ukuran ’cukup’ tersebut dapat berbeda dari satu orang ke orang yang laen nya’.
Semua harta kita dapat diambil dari kita dan itu bisa terjadi sewaktu-waktu. Kita di dunia ini cuma mampir kok..
HOFETZ CHAIM
In the last century, a tourist from the States visited the famous Polish rabbi, Hofetz
Chaim.
He was astonished to see that the rabbi’s home was only a simple room filled with
books. The only furni-ture was a table and a bench.
“Rabbi, where is your furniture?” asked the tourist.
“Where is yours?” said Hofetz.
“Mine? But I’m passing through. I’m only a visitor here.”
“So am I.”