Sunday, May 30, 2010

Menikmati Hidup

Seminggu sudah aku mengulas beberapa dari isi bukunya Anthony de Mello, dan kini tiba saat nya aku menutupnya dengan banyak berpikir, bagaimana cara nya kita memuliakan Tuhan. Dan kemudian aku teringat ketika menonton movie tentang ‘Ancient Sumarian Astronomy’, dimana dipetikkan kutipan dari Mazmur 19

(2) Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;

Aha, jadi kita harus menengadah ke atas langit untuk melihat betapa besarnya karya cipta Tuhan itu. Di sanalah terletak sejuta rahasia yang tak dapat diselami oleh manusia. Dari sanalah kita belajar untuk menghormati Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Kehidupan kita tidak lah cukup untuk mengerti semuanya itu. Hidup ini terlalu singkat.

Namun bila, kita berpikir mendalam, untuk apa pula semua harta benda yang kita miliki dari hasil bekerja itu? Kalo kita suatu hari mati pun, tak ada yang akan kita bawa. Sungguh ironis, bila dipikir kita seumur hidupnya hanya bekerja dan mengumpulkan uang dan pada akhirnya menyadari bahwa kita punya sedikit waktu yang tersisa untuk menikmati kehidupan.

Bayangkan, berapa lama kita dalam seumur hidup kita, sekedar duduk di kebun, dan mendengarkan suara kicau burung yang merdu, memperhatikan kupu-kupu yang terbang dan memamerkan sayapnya yang cantik, mendengarkan suara angin yang menggoyangkan dedaunan dari ranting-ranting pohon di atas sana, menghirup udara segar ciptaan Tuhan?

Aku jadi teringat ini semua, ketika aku menonton kembali rekaman dari kuliah almarhum Prof Carl Sagan pada Royal Institute di London yang menjelaskan tentang perjalanan dari Voyager 1 yang telah meninggalkan solar system kita menuju ke suatu daerah yang tidak diketauinya.

Voyager 1 dalam perjalanannya membawa pesan dalam bentuk piringan emas, dan Prof Carl Sagan dalam kesempatan itu mendengarkan kepada audiens nya tentang isi dari piringan emas tersebut. Di antaranya terdapat suara dari binatang di dalam hutan, suara percikan air, suara dari burung berkicau dan tentunya suara dari segala jenis mesin yang telah diciptakan manusia.

Nah mendengarkan suara itu kembali, mengingatkanku pada kenyataan, bahwa kita ini semua, tanpa terkecuali tidak atau semakin jarang mendengarkan suara dari alam semesta. Sayang sebenarnya, karena itu adalah suara yang dapat menghibur telinga kita dan dapat membawa kita untuk lebih bersyukur kepada Tuhan pencipta alam ini.

Ya sudahlah, aku menutup minggu alkitab ini dan mau kembali bermeditasi seperti dulu lagi, sambil mendengarkan suara alam yang terrekam di dalam CD ku sambil merenung aku teringat kembali pada Yesaya 29 ayat yang ke enam

(6) engkau akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis.

IGNATIUS OF LOYOLA

The sixteenth century mystic, Ignatius of Loyola, said that at the time of his conversion he had no one to turn to for guidance, so the Lord Himself taught him the way a schoolmaster teaches a child. He once declared that even if all the scriptures were destroyed, he would hold on to what they revealed because of what the Lord had taught him personally.

Christian:
I have, unfortunately, had a surfeit of people to guide me. They badgered me with their persistent teachings till I could barely hear you through the din. I never thought I could have you for my teacher, for they said, “We are all the teachers you have; he who listens to us, listens to Him.”

But I am wrong to blame them or deplore their presence in my life. It is I who am to blame. For I lacked the firmness to silence them; the courage to find out for myself; the patience to wait for your appointed time; and the trust that someday, somewhere, you would break your silence and reveal yourself to me.