Tuesday, March 23, 2010

Koneksi Lemot Ane Jadi Sewot

Sesiangan ini aku melakukan ‘blogwalking’ dari satu blog ke blog yang laen mencari ide untuk menulis dan juga ingin tau apa kata blogger yang laen tentang lemotnya koneksi internet di Indo.

Nah ya, masalah lemot atau tidak rupanya bukan lagi tergantung dari jenis program apa yang kita ambil dari operator. Contohnya aku bisa pilih beberapa program dengan kecepatan transfer yang berbeda-beda dari operator yang kupilih. Namun setelah aku test, ternyata tidak tergantung program apa yang aku ambil, tetap saja layanannya lemot, putus nyambung dan sering kali gagal konek.

Yang jadi masalah rupanya jaringannya. Pada awalnya promosi yang dilakukan oleh operator sangat agresif, maka akibatnya makin banyak pula konsumen yang terpikat dan akhirnya join program internet dari operator tersebut. Karena jumlah koneksi yang tersedia hanya terbatas dan itupun harus dibagi dengan beberapa client, maka efek penurunan kecepatan atau gagal koneksipun mulai dirasakan oleh pengguna.

Untuk menyiasati hal tersebut, aku memutuskan untuk tidak berlangganan program yang ditawarkan dengan harga tertinggi, karena janji akan kecepatan maksimum nya tidak akan terraih. Memang kan, kalo dipikir lagi, untuk apa kita bayar mahal kalo koneksinya ternyata hanya sebatas itu?

Hasil dari blogwalking ternyata memberiku suatu info yang menarik. Karena banyak blogger bercerita ketika mereka membeli modem dari operator yang sama dengan yang kugunakan, ternyata kecepatan stabilnya hanya dapat diperoleh di bulan pertama. Jadi setelah masuk ke bulan kedua, kecepatan stabilnya menurun dratis.’

Aha ! ternyata itu lah praktek yang dilakukan oleh operator yang huruf awalnya adalah S itu. Akupun mengalaminya. Aku pada mulanya membeli satu hape yang dapat dijadikan modem dan memang hanya di bulan pertama segalanya lancar. Lalu kemudian jadi lemot. Untuk membuktikan kecurigaanku, aku membeli hape kedua dan ternyata benar di bulan pertama saja segalanya lancar. Dan ketika sedang rame-rame nya modem EVDO, aku juga tertarik untuk mencobanya, alhasil, sama aja, di bulan pertama oke banget tapi begitu menginjak hari ke 31, kecepatannya ngedrop seperti pake modem buatan tukang reparasi radio sebelah.

Kebetulan aku kenal dengan pimpinan wilayahnya dan pernah dimintai tolong untuk mempromosikan produknya itu. Namun dengan kinerja program seperti ini, aku tidak berani lagi menganjurkan teman-temanku untuk menggunakan fasilitas ini, tapi aku sarankan mereka untuk menggunakan jasa dari operator saingannya, yang memang sudah terbukti stabil selama beberapa taon terakhir ini dan selalu aku jadikan cadangan bila koneksi internetku jadi bikin sewot dan darah tinggi.

Hari gini tentunya tidak lagi bisa berdalih, mau murah kok ingin service bagus. Tapi dari service dan janji yang ditawarkan pihak operator itu, kita bisa liat kinerja nya. Dan bila itu memang menipu pelanggan, pasti nanti lama kelamaan penggunanya akan makin meninggalkan layanan jasa dari operator tersebut.

Aku kasi contoh, ada operator layanan jasa internet besar di tanah air, dengan inisial I. Nah operator yang dulunya terkenal bagus kinerjanya ini, sekarang makin hari makin buruk saja kinerja jaringannya, terutama kinerja customer service nya.

Okelah aku bisa mengerti kalo yang bekerja di bagian customer service itu bukanlah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan pandai. Kalo sudah dianggap pandai kan udah dijadikan managernya. Tapi biar bagaimanapun juga, itu salah dari pihak personalia dan bagian pembinaan nya, karena mereka telah lalai mengajarkan sopan santun kepada orang yang bertugas di bagian CS tersebut.

Biar bagaimanapun juga, service itu artinya pelayan. Dan seorang pelayan yang baek itu hendaknya tau bersikap sontan santun terhadap orang yang dilayani nya. Namun hal ini rupanya tidak diindahkan oleh operator I tersebut, sehingga kita banyak membaca di surat pembaca dari pelanggan yang kecewa atas layanan dari para CS yang sok tau tersebut. Aku sendiripun juga telah membuang nomer ku dari operator I tersebut.

Di jaman modern, dimana orang mulai mengutamakan pelayanan, CS adalah jembatan yang menghubungkan antara pelanggan dan pihak penyedia jasa. Sayang kalo para manager dan direktur yang berhubungan dengan bagian hubungan masyarakat itu yang katanya orang sekolahan, punya ijasah sarjana atau malahan master ternyata tidak bisa mendidik dan mengarahkan anak buahnya. Patut dicurigai kalo ijasah perguruan tinggi merekapun bodong dan tidak punya pendidikan yang cukup di bidang itu atau mereka sendiri tidak punya etika. Percuma mereka makan gaji besar, kalo hasilnya seperti yang kita baca di surat-surat pembaca di surat-surat kabar itu.

Makanya tidak heran, bila ada orang yang menulis keluhan nya di surat pembaca, pasti dia akan dapat sms dari pengguna laen yang bersimpati padanya dengan pesan untuk membuang kartunya, karena saingan di dunia bisnis telekomunikasi ini sudah sangat ketat. Jadi siapa yang bisa menawarkan tarif murah meriah DAN CS yang beretika baek dan siap membantu, dia akan menang. Kita tunggu saja, nanti kan akan tersortir dengan sendirinya. Saat ini ranking pertama masi diduduki oleh Axis dalam penilaianku untuk kategori penyedia layanan GSM dan Esia untuk penyedia layanan CDMA. Entah gimana lanjutannya..