Monday, March 22, 2010

Bebe

Bebe akhir-akhir ini menjadi seperti penyakit di kalangan masyarakat Indo. Penyakit sosial ini dikenal dengan nama demam bebe alias demam blekberi. Bebe sendiri adalah sebuah alat perangkat komunikasi modern yang dulunya disebut blek (baca: hitam) karena memang layarnya hanya itam putih sewaktu pertama kali diluncurkan akhir 90an.

Demam bebe ini mulai terasa sejak presiden amrik yang sekarang ini waktu kampanye terpergok menggunakan perangkat canggih ini. Dan seperti biasa, orang Indo kan biasanya suka ikut-ikutan. Dan wabah bebe pun mulai berkembang jadi epidemi disini.

Gimana tidak, di setiap sinetron bodong pasti deh diperliatkan kalo pemaennya menggunakan bebe. Di banyak iklan dipertunjukkan kalo peraganya menggunakan bebe. Dan hal ini pun bisa di mengerti, karena rupanya orang Indo lebih suka menggunakan perangkat yang semestinya adalah alat telefon ini sebagai alat pengirim pesan singkat.

Memang beda dengan di luar sana, dimana telefon adalah telefon. Di sini karena operatornya dulunya membentuk kartel ilegal dan menetapkan tarif telefon mahal, sehingga bagi pengguna yang tidak mau ketinggalan mode pun, terpaksa memanfaatkan jalur komunikasi lewat jempol dan bukan lewat mulut.

Nah oleh karena budaya komunikasi lewat jempol itulah, maka blekberi dapat meraih sukses di sini. Fenomena ini sama persis dengan fenomena communicator nya punya Nokia yang paling banyak terjual di Indo di bandingkan di negara laen. Padahal hal utama dari communicator tidak banyak dimanfaatkan orang, yaitu jalur messengernya (setara dengan BBM-blackberry messenger) dan jalur fax nya). Orang membeli communicator dulu hanya untuk menjaga gengsi dan sekedar ikut-ikukan saja. Sangat berbeda dengan orang luar yang memanfaatkan suatu peralatan elektronik canggih karena fungsinya dan bukan karena gengsi.

Blekberi ini harganya jauh lebih murah dibanding communicator, makanya dampaknyapun cepat meluas, terutama ditujukan ke kalangan ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak muda, sebagaimana dikemukakan oleh para sales manager dan direktur dari operator seluler dalam beberapa wawancaranya dengan media cetak dan elektronik.

Namun ada efek menarik dari blekberi yang membawa perubahan budaya untuk orang Indo. Misalkan orang yang dahulu tidak sabaran bila disuruh antri waktu hendak membayar belanjaannya, sekarang jadi terliat tenang, dan tidak menunjukkan gejala kekesalan sama sekali.

Budaya antri sambil mengomelnya ternyata pindah dari bagian sebelah kasir ke pojok penyetruman batere gratisan yang dapat ditemukan di beberapa supermarket. Maklum batere mereka sekarat, jadi mereka rela antri dari pada maenan mereka yang baru tidak berfungsi lagi.

Di beberapa lokasi pelayanan umum (bank, kantor-kantor pemerintah dll) terliat orang yang hilir mudik mengambil nomer antrian. Karena biasanya pas dipanggil di speaker tidak kedengaran. Alhasil sewaktu mata melirik ke arah monitor, weks, harus ambil antrian ulang, tapi tetap saaantaiii..

Antrian di sekitar WC umum menjadi makin panjang, sehingga aksi para copet pun menjadi makin membeludak. Kenapa? Karena waktu BAB (buang air besar) menjadi makin lama. Dan itu diamati tidak hanya terjadi di tempat umum, namun juga di lingkungan sendiri, terutama di kos-kos dimana WC nya dipake secara bergantian. Maklum walau isinya udah kosong tapi tetap saja senang nongkrong untuk kejar target baca kabar (message).

Lift terliat makin padat saja, namun orang yang antri terliat tetap tenang. Sementara di bagian dalamnya dipenuhi oleh orang yang kebablasan lantainya. Kalo tidak lupa mencet tombol tujuan ya lupa keluar, alhasil waktu lebih banyak dihabiskan di ruang sempit yang naek turun itu atau antri di depan pintu Lift.

Juga disaat jalan raya sedang macet total, sudah mulai jarang terdengar suara klakson dari mobil. Dan beberapa di antaranya malahan suka bila di suruh menunggu lampu lalu lintas yang tidak segera berubah menjadi hijau. Sebaliknya kalo lampunya terlalu cepat berubah jadi hijau, orang jadi bersikap kesal.

Polisi lalu lintas yang biasanya bertindak seenaknya sendiri dengan punggutan liar atas nama hukum pun menjadi kelabakan karena penghasilan mereka berkurang. Maklumlah para pengemudi lebih senang menunggu lampu kembali menjadi hijau daripada berusaha tancap gas saat lampu baru sedetik berubah dari hijau menjadi kuning.

Dan karena fenomena lampu merah kuning hijau ini terkadang membuat kesal pengguna jalan yang tidak berbebe, maka pengguna bebe biasanya menyiasatinya dengan menempelkan sebuah stiker "harap sabar, pengguna blekberi".

Bisnis yang sempat lesu karena banyaknya orang berpindah dari angkutan umum dan taxi karena rendahnya tingkat suku bunga cicilan kredit dari sepeda motor dan mobil, kini kembali mulai menggeliat, karena orang lebih suka menggunakan jasa angkutan umum dan taxi daripada nyupir sendiri.

Pola kehidupan sosialpun mulai sedikit berubah. Orang yang dulunya selalu suntuk dan kusut bawaannya, sekarang sudah mulai bisa senyum-senyum sendiri. Banyak pekerja dipecat atau dapat SP (surat peringatan) karena waktu kerja jadi tidak konsen. Kalau diajak ngomong sering kali tidak nyambung karena matanya terpaku pada blekberinya.

Kehidupan rumah tanggapun jadi rada kacau. Jeritan sang anak yang lapar tidak diindahkan. Bila sang anak rewel terus, blekberi nya langsung ditunjukkan ke sang anak buat menghibur. Dan sewaktu tidur, senangnya tidur miring. Di bawah bantal yang biasanya ada buku, kini terdapat blekberi.

Langganan koran dan majalah yang biasanya diperebutkan oleh anggota keluarga, sekarang dengan mudah dapat ditemui di atas meja, masih tertumpuk rapi tak terbaca. Bahkan setelah dua tiga bulan berlalu, abonemen nya dihentikan.

Ucapan yang sering terdengar bila kita jalan di plasa atau mal adalah ‘maap’ dan ’sori’, atau caci maki, karena banyak sekali orang yang waktu jalan tidak pasang mata ke depan tapi ke bawah ke arah layar bebenya. Akibatnya banyak yang saling bertabrakan dan bersenggolan sewaktu jalan. Tapi fenomena ini tentunya tidak luput dari observasi dari para copet profesional. Jadi harap hati-hati.

Di kalangan sahabat pun fenomena baru bebe ini dapat diamati. Orang kini lebih jarang marah tapi jadi sering dimarahin orang karena kalo diajak ngobrol gak nyambung. Dan juga hubungan harmonis antar teman kini bisa jadi tegang, bila yang bersangkutan sewaktu di sapa melalui jalur bebenya tidak menjawab. ‘Zero tolerance’ katanya dalam hal ini..

Istilah ‘datang dengan tangan kosong’ kini menjadi istilah jadul untuk bernostalgia dengan kawan lama. Karena tangan siapa sih yang kosong? Walaupun tidak chatting, tetap aja bebe ada di tangan! Tidak bisa ditaro di kantong atau tas.. sepertinya udah jadi settingannya gitu. Bebe itu dipegang tangan, karena kalo dimasukkan di kantong atau tas, gengsi kita turun donk, karena siapa yang tau kalo kita punya bebe?