Wednesday, August 4, 2010

Ketik Mengetik

Duh hari ini kok kerjanya mengetik terus, untungnya aku bisa mengetik dengan kecepatan yang relatif sulit dikejar orang yang tidak biasa mengetik. Paling tidak hari ini aku harus menulis banyak email

Salah satunya email tentang pemikiran atas sedikit kesalahpahaman yang harus diluruskan di kalangan teman SMP yang baru aja melakukan kumpul-kumpul bersama untuk merayakan acara ulang taonan keroyokan dari tiga temanku.

Ada juga temanku yang minta dibuatkan ringkasan surat keluhannya sehingga pas untuk dimasukkan ke rubrik ‘Pembaca Menulis’ di salah satu surat kabar lokal disini.

Dan dari yang bersifat rutin, tentunya ada waktu untuk menulis apa yang ingin aku tuliskan dalam buku harian online ku. Kadang lucu juga, bila aku baca apa yang dulu pernah kutulis, walau entries yang di taon-taon lalu akhirnya banyak yang aku sensor dan aku tarik kembali dari konsumsi publik. Namun aku harus bilang, aku menikmati kegiatan rutin, sekedar menulis sesuatu dan kemudian mempublikasikannya di blog ku. Dan besok begitu lagi, dan besok lagi dan seterusnya, dan seterusnya.

Menarik sih, bila kita terbiasa untuk mengetik apa yang kita pikirkan, atau apa yang kita alami, pasti kecepatan menulis kita bisa digolongkan sangat lancar, dibandingkan dengan tulisan orang yang mungkin belon terbiasa menulis.

Aku jadi ingat pada almarhum pak Tino Sidin, guru menggambar yang pernah aku fitur di blog ku ini beberapa bulan lalu. Bila pak Tino Sidin punya pedoman ‘menggambar itu mudah’, maka mungkin aku punya pendapat ‘menulis itu mudah’.

Tentu, segala sesuatu bisa dibuat mudah, bila kita mau menulis seperti kita berpikir. Wah aku jadi ingat lagi nih, dari selentingan pak Maarif pendiri Maarif Institut yang waktu diwawancarai di acara Kick Andy menggambarkan bahwa lidahnya pak Jusuf Kalla, mantan wakil Presiden negara ini, kewalahan diberi tugas oleh otaknya yang kalo berpikir luar biasa cepat. Sehingga terkesan kalo pak Jusuf Kalla yang sangat aku kagumi karena ketegasannya itu, selalu bicara dengan terbata-bata.

Memang benar sih, kadang kita bisa berpikir lebih cepat dari apa yang bisa kita tuangkan dalam karya tulis kita. Dan kita tau, bahwa menulis dengan pensil dan kertas bisa jadi lebih lambat daripada mengetik. Hal ini sudah diatasi dengan diciptakan methode menulis cepat ala stenografi atau kemudian diciptakan alat perekam suara.

Namun bila kita perhatikan di ruang persidangan misalkan, di sana ada penitera yang mencatat semua kejadian di ruang sidang itu sebagai notulen persidangan. Dan kita juga tau kalo si panitera itu mengetik di alat ketiknya yang bentuknya tidak seperti mesin tik biasa. Ya itu adalah mesin tik steno.

Namun di jaman modern, dimana segala jenis alat elektronik tersedia untuk membantu kita menuangkan apa yang kita pikirkan atau apa yang kita dengar, maka tinggal kemauan aja dari kita yang dituntut.

Menulis itu selaen mudah, juga menulis itu ikut membuat otak kita berpikir dan bekerja. Sehingga pengapuran akan dapat lebih dikurangi dengan cara menulis. Berbeda dengan membaca, dengan menulis otak kita melakukan usaha multi-tasking atau pekerjaan parallel. Yaitu memikirkan apa yang ingin kita tulis, dan memerintahkan jari jemari kita untuk mulai menekan-nekan tombol keyboard kita, dan tentunya memerintahkan kepada mata kita untuk mengambil alih fungsi kontrol dan fungsi koreksi.

Bukan hanya itu, tanpa disadari, otak kita juga memerintahkan otot di punggung kita untuk menjadi sedikit tegang dan membuat punggung kita menjadi tegak dan hal ini tentunya mengurangi proses pengapuran dan pembungkukan diri.

Tanpa disadari, otak juga memerintahkan hidung kita untuk bernafas teratur. Nah ya, kalo nafasnya tersengal-sengal kan sulit menulisnya, hahaha. Terkadang tanpa kita tau otak kita juga memerintahkan kaki kita untuk mengambil sikap relax, sehingga bisa dibilang seluruh tubuh kita sedang di kontrol oleh otak kita.

Pada dasarnya, menulis dengan cara mengetik itu ternyata bisa menyehatkan diri kita, asal saja tidak terlalu lama. Maka dari itu posisi monitor, posisi keyboard dan posisi duduk kita harus sesuai dengan aturan ergonomi. Ergonomi sendiri adalah ilmu yang mengajarkan kita untuk duduk dengan benar, tidak membungkuk, dan mengatur mata kita untuk tidak menengadah ke atas, namun lebih ke arah bawah. Juga letak penerangan dalam ruangan diperhatikan oleh teknik ergonomi ini, terlebih tentang pantulan cahaya.

Yo, pokoknya mengetik itu mudah deh, asal kita tidak malu-malu menulis apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, atau apa yang baru kita alami. Dan bila semuanya bisa mengalir secara alami, maka tanpa di rasa kita sudah memproduksi berratus-ratus kata tanpa kita sadar atau rencanakan sebelonnya dalam waktu singkat. Tulisan kita mungkin akan berguna sebagai pencatat sejarah hidup kita di kemudian hari.

Aku sendiri berpendapat, mengarang tanpa memiliki rangka karangan, adalah mengarang yang lebih mudah, ketimbang mengarang dengan memperhatikan kerangka karangan yang kita buat atau pikirkan sebelonnya.

Nah siapa yang mau ikutan menulis di blog? Mulailah menulis hari ini, dan pastikan dirimu tidak akan menyesal.