Wednesday, August 18, 2010

Jas Merah

‘Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah’

…begitu kata almarhum bung Karno yang telah bersusah payah memperjuangkan kemerdekaan negara ini.

Pertanyaannya apa sih ‘jas merah’ itu? Bila kita kaji lebih jauh dan kita cermati, maka ‘jas merah’ bukanlah pakean jas, namun itu adalah singkatan dari JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH. Perhatikan yang aku tulis dengan huruf besar, maka kita akan sadar bahwa ‘jas merah’ itu adalah singkatan.

Ya, aku tau, pasti banyak pembaca blog ku yang melongo setelah tau kalo itu artinya. Namun jangan takut, orang yang tidak tau nantinya akan menjadi tau setelah membaca blog papa bear dan menjadi cerdas, karena tujuanku menulis blog ini adalah mencerdaskan pembacaku.

Kembali ke ‘jas merah’. Kita semua tau apa dan siapa serta mengapa kita tidak bole melupakan sejarah. Namun juga sebagai pembela hak asasi manusia aku ingin sekali lagi mengangkat sejarah negara ini walau hanya kecil.

Inspirasi nya aku dapat dari seorang tokoh masyarakat, doktor Ahmad Syafi'i Ma'arif, seorang ilmuwan berusia 75 taon yang juga mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah. Doktor Ma’arif juga dikenal mempunyai komitmen kebangsaan yang kuat. Sikapnya yang plural, kritis, dan bersahaja telah memposisikannya sebagai Bapak Bangsa. Ia tidak segan-segan mengkritik sebuah kekeliruan, meskipun yang dikritik itu adalah temannya sendiri.

Dalam salah satu acara di televisi, beliau mengatakan bahwa bangsa ini aneh. Bandingkan dengan bung Karno yang dulu demi memperjuangkan kemerdekaan sampai masuk penjara, namun setelah negara ini merdeka, beliau baru mengenakan baju jas, berdasi dan naek mobil mewah.

Pandang sekarang pemerintah negara ini, para pejabatnya pake jas dan berdasi dulu, maunya pake mobil mewah dan menghambur-hamburkan uang rakyat, baru kemudian masuk penjara kena kasus korupsi dan laen sebagainya. Sungguh terbalik bukan?

Aku sungguh berharap, setelah kini bangsa ini merdeka 65 taon silam, adanya seorang yang memulai era kepemimpinan yang baru, era kepemimpinan yang mengabdi kepada masyarakat, yang berjuang demi kepentingan masyarakat terlebih dahulu, sebelon dia bersenang-senang menikmati hasilnya.

Aku bermimpi, adanya seorang presiden yang bekerja untuk negara ini tanpa dibayar dan cukup diberi makan, tempat tinggal saja, tanpa harus di gaji. Dan semua menteri serta pejabat pemerintahan, di segala lapisan masyarakat, yang mau bekerja demi bangsa dan negara tanpa di gaji. Sehingga pendapatan dari pajak, dapat digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.

Tengok kanan dan kiri, ada begitu banyak rakyat kecil yang belon bisa makan tiga kali sehari. Lirik kanan dan kiri, ada begitu banyak anak kecil yang tidak mampu ke sekolah dengan mengenakan sepatu yang tidak sudah usang atau bahkan berlobang. Liat ke kanan dan ke kiri, tidakkah kita liat ada banyak pengemis di jalanan yang kadang harus mengais di tempat sampah untuk mencari barang yang masi dapat dijual atau di manfaatkan?

Coba kita semua mau menjadi peka, terutama para pejabatnya. Coba ingat, mereka itu kan bukan orang miskin, ideal nya mereka tidak perlu digaji sudah bisa hidup enak.

Sekarang bayangkan, berapa banyak uang negara yang dapat disimpan untuk membangun sekolah, membangun rumah susun untuk rakyat miskin dan menyingkirkan perumahan kumuh. Menyediakan fasilitas kesehatan bagi manusia dan hewan. Menyediakan angkutan umum yang berguna bagi masyarakat semua. Menyediakan dapur-dapur umum sebagai tempat rujukan bagi orang yang miskin untuk makan, seperti di ada di luar negeri.

Bayangkan bila semua pejabat naek angkutan umum, pasti mereka tau betapa buruknya angkutan umum itu sehingga akan ada banyak hal yang dapat diperbaeki di bidang angkutan umum. Dan bila semua masyarakat gemar menggunakan angkutan umum, siapa yang untung? Sekali lagi negara akan untung, karena subsidi BBM (bahan bakar minyak) akan dapat dikurangi dan juga jalanan macet akan dapat dikurangi. Pikirkanlah sekali lagi.

Ya itu semua masi impian, namun dimulai dari mimpi, siapa tau nanti suatu hari akan dapat terwujud. Yang jadi pertanyaannya, adakah orang yang siap bekerja untuk negara ini tanpa di gaji? Aku siap, bagaimana dengan dirimu?