Semalam aku dapat SMS dari temanku, yang isinya lucu-lucu aja, yaitu tentang pembicaraan seorang artis cewe yang dituduh bejat karena dipergoki maen dengan tiga orang pria dan seorang artis cowo yang konon gosipnya itu bermaen dengan 32 wanita.
Singkat cerita, artis cewe sebut saja bernama J (bukan nama sebenarnya) dan artis cowo kita sebut dengan nama A (juga bukan nama sebenarnya).
Nah si J curhat kepada si A: kenapa sih saya yang cuma tidur dengan tiga laki-laki dibilang ‘bejat’ sedangkan kamu tidur dengan 32 cewe malah dibilang ‘jantan’, kenapa?
Dengan santainya si A menjawab.; karena kalo satu lubang kunci bisa dibuka dengan tiga anak kunci, itu artinya lubang kunci tersebut sudah rusak. Tapi kalo satu anak kunci bisa membuka 32 lubang kunci, itu namanya ‘master key’.
Ketika SMS itu aku forward ke beberapa temanku, ada beragam balasan yang kuterima, tapi intinya mereka tertawa akan lelucon tersebut. Hanya ada satu yang menjadi serius dan bertanya balik kepadaku, tentang perbedaan antara wanita dan pria di dunia barat dan di dunia timur.
Dia berargumentasi, kalo di barat mestinya yang ‘butuh’ itu bukan hanya pria, namun juga wanita. Kalo di timur sini kan yang bisa di toleransi masyarakat itu bila seorang pria berselingkuh. Bila seorang wanita berselingkuh, acap kali itu dikategorikan sebagai wanita bejat.
Dalam beberapa hal aku mengerti, bahwa anggapan seperti itu ada karena itu adalah ajaran dan norma dari agama. Dimana kita diajarkan bahwa bila seorang wanita yang berselingkuh itu sepertinya lebih besar hukumannya, sedangkan walaupun tindakan selingkuh dari yang pria juga tidak ditoleransi, namun sepertinya (sepertinya lho) hukuman untuk si pria lebih kecil.
Makanya sering kali kita tau kabar bahwa seorang pria bole memiliki beberapa wanita, dan sangat jarang kita tau, bahwa seorang wanita punya banyak pria.
Aku tak tau kenapa kok bisa begitu, tapi kalo sudah jadi pendapat bersama, ya udah, kita terima saja, walau aku pribadi berpendapat laen. Menurut aku, di dalam segala hal, pria dan wanita harus punya kedudukan yang sama.
Namun pendapat seperti pendapatku juga punya konsekuensi, aku kasi contoh di sini sebuah kapal yang sedang tenggelam. Maka selalu kita dengar aturan ’wanita dan anak-anak harus terlebih dahulu diselamatkan, baru yang pria’. Mustinya, siapa cepat dia dapat, itu lebih adil bila kita berpendapat pria dan wanita punya kedudukan yang sama.
Juga di beberapa universitas dan perusahaan di Eropa, saat ini berlaku, bilamana ada dua pelamar kerja yang berkualifikasi yang sama, maka ada aturan kalo yang wanita harus diutamakan. Aneh kan? Apakah itu suatu bentuk diskriminasi terhadap laki-laki? Mustinya kan siapa cepat dia dapat.
Masi ada banyak hal seperti itu di dunia ini, dan bukan hanya masalah ‘tidur’ yang nantinya dapat dipermasalahkan, namun yang namanya emansipasi wanita itu sendiri harusnya ada batasnya. Begitu menurutku, karena aku berpendapat pria dan wanita harus mempunyai kedudukan yang sama.
Bila pria bole selingkuh, maka aku berpendapat wanita juga bole berselingkuh. Namun aku mengerti hal selingkuh yang kata orang indah itu, sebagai suatu kegagalan dari pasangan orang yang selingkuh.
Misalkan ada suami dan istri, sang suami berselingkuh, maka sebelon kita menuduh sang suami tidak bermoral, mustinya kita perhatikan juga apa yang dilakukan sang istri terhadap suami nya itu, apakah hubungan sudah tidak romantis lagi, apakah perhatian masi ada, apakah segala kebutuhan biologis dari sang suami bisa dipenuhi sang istri?
Demikian juga sebaliknya, bila sang istri yang pergi selingkuh, sebelon kita menghujat sang istri, mari kita perhatikan terlebih dahulu apakah sang suami masi mampu mengatasi nafsu besar sang istri, apakah sang suami perhatian terhadap istrinya, apakah sang suami masih mampu bersikap romantis terhadap sang istri.
Dan tentunya masi banyak faktor yang laen yang dapat aku ulas disini, namun untuk menyingkat cerita, aku bahas hal yang umum saja. Bila kita batasi masalah persamaan hak antara pria dan wanita ini hanya untuk kehidupan berkeluarga, maka dalam banyak hal segala pokok masalah itu berakar pada adanya kebosanan dalam keluarga itu.
Seorang pria yang menikahi istri yang jauh lebih muda darinya, acap kali akan ditemukan dalam keadaan ditinggalkan oleh istrinya untuk selingkuh. Kenapa? Bisa diduga bahwa menjelang usia pubertas kedua dari si istri, ternyata sang suami yang sudah jadi kakek-kakek ternyata sudah ‘tidak mampu’ lagi. Sehingga sang istri harus jajan diluar untuk memenuhi kebutuhan biologis nya.
Demikian pula bila usia sang istri dan suami terlalu dekat, acap kali kita meliat suatu situasi bahwa sang istri yang telalu cepat matang secara emosional, acap kali melupakan bahwa sang suami masi butuh perhatian dan juga butuh sentuhan kasih sayang. Apalagi bila sang buah hati keburu nongol, sudah bisa dipastikan sentuhan kasih sayang dan perhatian dari sang istri hanya untuk sang buah hati, dan sang suami akan menjadi terlupakan. Bila hal ini tidak ada di dalam kehidupan pernikahan, maka bisa dipastikan kalo sang suami pasti akan jajan diluar.
Nah di sinilah kuncinya, selingkuh dapat menyebabkan pasangan kita sakit hati, sehingga kita harus berusaha untuk menghindarinya dengan segala cara. Disitulah kedewasaan kita harus kita gunakan.
Ingat: Bila kita dipukul, kita merasa sakit, maka jangan memukul orang karena orang itu akan merasakan sakit. Namun bila kita telah memukul orang laen, maka janganlah marah bila orang laen akan memukul kita.
Sekali lagi, seperti aku mengulas tulisan nenek temanku di facebook beberapa hari yang lalu di blog ku ini, ‘perpaduan’ dari ada yang ada itulah yang dapat mewujudkan keindahan dalam kehidupan. Ini aku lampirkan lagi apa yang ditulis si nenek dan telah kuulas beberapa waktu lalu.
‘Life is Like a Piano,White keys are happy moments; lack keys are sad moments; but remember both keys are played together to give sweet music in life..’