Do all the good you can,
by all the means you can,
in all the places that you can,
at all the times you can,
to all the people you can,
as long as you ever can
sebenarnya adalah hal yang mudah untuk berbuat baek, seperti tertulis di atas, kita dapat berbuat baek dimanapun juga, pada siapapun, kapan saja, kepada siapa saja, entah bagaimana caranya, dan tentunya selama kita mampu.
Pertanyaannya : maukah kita berbuat baek terhadap sesama?
Banyak yang bilang, ‘oke siap, setiap saat’, namun bilamana saatnya tiba, dia akan mengatakan, ‘maaf tidak ada waktu’.
‘Tidak ada waktu’ bisa selalu diartikan, ‘ada kegiatan laen yang lebih penting untuk dikerjakan’. Tentunya hak tersebut dimiliki setiap orang, dan bila kita ingin orang laen berkorban waktu kepada kita, hendaknyalah kita juga sadar, kalo waktu orang laenpun berharga untuk orang itu sendiri, jadi bila kita ditolak, kita tidak perlu ngomel.
Namun acap kali kita tidak sadar bilamana teman atau kerabat kita telah berbuat baek kepada kita. Kita ambil contoh yang mudah saja, budaya di Indo sini sangat berbeda dengan budaya Eropa. Tentunya aku bisa menilai budaya Eropa karena lebih dari sepertiga hidupku telah aku habiskan di Eropa sana.
Budaya berterima kasih misalnya, bila kita memberi seseorang, coba kita ingat berapa kali teman kita berterima kasi kepada kita? Bila kita bersenggolan dengan seseorang, coba ingat berapa kali kita mengucapkan kata maaf?
Kadang kala kitapun jadi sakit hati, karena setelah kita berbuat kebaekan, ternyata bukan ucapan terima kasi yang kita dapatkan, namun caci maki. Bukan sulap bukan sihir, coba kita pikirkan apa kita pernah mengalaminya. Aku kasi contoh deh, berapa sering atasan kita mengucapkan rasa terima kasihnya, setelah kita memberikan laporan padanya? Atau pernahkah seorang guru mengucapkan terima kasi kepada siswa nya setelah siswa nya menyelesaikan tugas rumahnya?
Mungkin aneh bagi kita, karena budaya Indo atau budaya timur Indo ini tidak mengenal hal yang demikian. Beda hal nya dengan budaya Eropa sana. Bila kita telah menyelesaikan tugas sekolah misalkan, maka sang guru akan berterima kasi kepada kita, sewaktu kita menyerahkan tugas kita. Aneh?
Seharusnya tidak, karena orang di sana sangat menghargai ‘waktu’. Ya waktu yang kita habiskan untuk mengerjakan suatu tugas itu adalah waktu yang tidak akan pernah kita dapatkan kembali. Sangat berbeda dengan uang, karena uang yang lenyap masi dapat dicari kembali.
Semoga bila orang membaca tulisanku yang super singkat ini, dia mau memikirkan kembali kata-kataku, hargailah waktu dan belajarlah untuk berterima kasi untuk waktu yang diberikan orang laen kepada kita, meminta maaf dengan rendah diri bila kita bersalah, dan tentunya: berbuatlah baek kepada sesama.