Friday, July 2, 2010

Online

Tak terasa udah dua belas taon, aku bisa dibilang selalu berada dalam keadaan ‘online’, tentunya yang kumaksud bukan online ‘ngobrol di telefon’, tapi dalam artinya terkoneksi dengan dunia luar lewat jaringan internet.

Ada banyak hal yang menarik yang dapat kita temukan bila kita selalu berada dalam keadaan online, namun juga ada banyak hal yang kita lewati bila selalu online.

Memang betol ada banyak hal yang kita dapatkan dan pelajari dari internet, karena ada ensiklopedia online, koran online, dan segala jenis info laennya. Dalam keadaan selalu online, maka kita selalu akan mendapatkan info teraktuil dan mungkin lebih cepat dari yang tidak online.

Tapi kadang kala, manusia juga butuh untuk offline, sekedar untuk baca buku, baca koran klasik yang dicetak di atas kertas dan bukan yang dibaca di layar komputer. Tapi nanti bilamana dibutuhkan, kan selalu masi bisa kita buka internet dan kembali online.

Saat ini sudah tersedia berbagai perangkat elektronik untuk terkoneksi ke internet, mulai dari hape yang ada fasilitas GPRS nya sampai kepada Blekberi yang bisa dipake buat chatting selama dalam keadaan On dan dapat signal, juga ada perangkat Ovi dari Nokia yang menyediakan layanan chat on demand, dan tentunya ada banyak third party software gratisan seperti ebuddy dan kawan-kawannya.

Bila dulu dianggap luar biasa kalo kita balas email lewat hape, sekarang hal itu adalah hal yang biasa. Tidak lagi aneh, bila kita dapat balasan lewat hape yang dilengkapi dengan software seperti opera mini, skyfire, bolt browser dan semacamnya.

Paling tidak, aku senang aja, bisa mengikuti perkembangan internet ini dari awalnya. Aku teringat kala itu aku dan temanku, Hartanto sewaktu SMA kelas dua mengikuti seminar dari jawapos dimana diperkenalkan dan didemonstrasikan untuk pertama kalinya bagaimana jaringan internet itu bekerja.

Aku masi ingat, untuk ikutan dalam seminarnya itu, kita harus bayar lima ribu rupiah dan mendapatkan fotokopian dari seminar itu dan juga sebuah disket raksasa ukuran lima sepertempat inci yang berkapasitas 360 Kilobytes. Isi dari disket tersebut adalah driver dari modemnya. Tentunya hal itu tidak ada gunanya, kecuali untuk kenang-kenangan aja, karena driver tanpa modem nya, kan tidak ada artinya. Dan harga modem saat itu masi relatif mahal. Kagum akan kemajuan teknologi computer itulah yang kemudian mendukung aku untuk mendalami ilmu computer di perguruan tinggi beberapa taon kemudian dan menjadikannya hobi saat ini.

Bayangkan, bila anak muda jaman sekarang membaca tulisanku, pasti mereka terkagum-kagum tuh mendengar ada disket raksasa dengan ukuran super kecil begitu. Karena mungkin mereka terbiasa dengan flash disk berukuran dua centimeter dengan kapasitas delapan Gigabyte.

Tentunya sulit dibayangkan, ada disket yang ukuran kapasitasnya hanya 0.004 persen nya dari yang ada sekarang. Namun biar bagaimanapun juga, mereka pasti akan terkagum-kagum kalo sudah liat barangnya, karena walaupun ukuran raksasa, namun tipisnya luar biasa. Ketebalan sebuah disket jalan dulu itu sekitar satu milimeter. Bayangkan mana ada flashdisk yang ukurannya segitu saat ini? Hehehe, paling juga CD, DVD, atau BD (BluRay Disk). BD tentunya belon terlalu populer di telinga orang indo. Tapi teknologi ciptaan enam taon silam ini, mulai merambah pasaran computer di Eropa dan tentunya Amerika. Tinggal kita tunggu saja kedatangannya di computer di Indo.

Ya udah dulu deh, cape ketiknya, tadi cuma ingat aja kalo ternyata aku sudah lama kenal dunia online itu, tepatnya 23 taon silam aku dengar nama internet dan bole menggunakannya langsung lima taon kemudian, ketika aku masi kuliah di Eropa sana.