Saturday, July 17, 2010

Listrik Mahal

Rencana pemerintah untuk menaekkan TDL alias tarif dasar listrik rupanya kacau balau lagi jadinya. Ada kesan di pemerintahan presiden yang sekarang ini hampir semua keputusan yang dibuat kacau balau dan terkesan dibuat asal-asalan.

Ambil contoh tentang kenaekan BBM. Siapa yang masi ingat taon 2004 lalu BBM dinaekkan dan juga diikuti oleh taon 2005 dan seterusnya? Ada kenaekan BBM dan juga ada penurunan sedikit dari BBM yang berakibat kacau nya ekonomi negara ini. Heran aja aku siapa sih orang bego yang memilih penguasa yang sekarang ini?

Coba liat, tadinya kaum pengendara sepeda motor yang hampir saja diwajibkan menggunakan BBM tidak bersubsidi. Gitu kok mengatakan pemerintah peduli ‘orang kecil’. Lalu sekarang setelah mendapatkan kritik dari sana sini, akan ditetapkan hanya mobil yang dikeluarkan taon 2005 ke atas saja yang akan diwajibkan menggunakan bensin tidak bersubsidi. Bayangkan bagaimana nantinya prakteknya? Pasti akan ada penyimpangan di mana-mana. Kenapa kok tidak harga bensin saja yang dinaekkan sedikit, kan katanya pemerintah mau mengurangi subsidi.

Disamping itu, aku dengar katanya pemerintah mau mengurangi subsidi ke PLN, padahal PLN termasuk BUMN yang menghasilkan untung bagi pemerintah. Apa artinya? Artinya bahwa tarif PLN yang berlaku sampai dengan bulan Juni lalu sudah tepat. Ngapain dinaekkan lagi? Serakah? Atau hanya karna salah urus dari pihak kementerian terkait?

Ingat awalnya menurut rencana pemerintah, seluruh rakyat Indo akan dinaekkan TDL nya, tentu saja rakyat kecil menjerit dan DPR pun segera menyetop rencana gila itu. Kemudian pemerintah melalui kementerian terkait kembali membuat salah hitung yang mendapat kecaman dari pihak pelaku ekonomi dan asosiasinya, karena perhitungan pemerintah yang kembali salah dan membebani dalam praktek nya pihak pengusasa sampai dengan lebih dari 50%. Gila atau tidak itu.

Untung setelah protes di muat di berbagai media masa, akhirnya pemerintah mau mengalah, sebelon mereka merusak ekonomi negara ini lebih jauh, dan dengan dijembatani oleh pihak DPR, akhirnya kenaekan TDL hanya sampai maksimum 18%, namun ternyata tarif satuan kWh nya ikutan naek, gila tidak. Liat aja apa jadinya negara ini bila dipimpin oleh orang yang tidak becus. Thank God aku tidak memberikan suaranya kepada orang-orang bego seperti itu yang tidak peduli derita masyarakat kecil.

Tapi tidak lepas dari itu semua, pertanyaan yang mendasar adalah, kenapa subsidi harus dikurangi? Bila akan di hemat 4 trilyun rupiah per taon, bagaimana dengan penghapusan remunerasi (atau kompensasi) dari pegawai pajak gayus dan teman-teman nya itu yang besarnya juga berkisar di angka 4 trilyun? Lagian kan sudah terbukti kalo remunerasi itu tidak tepat sasaran. Untuk apa dilanjut dan TDL yang berakibat lebih fatal bagi ekonomi Indo yang dinaekkan?

Bagaimana dengan hasil sensus penduduk yang menggunakan utang dari Bank Dunia dan menyebabkan bangsa kita makin terpuruk karena utang makin menumpuk itu? Siapa sih yang bertanggung jawab atas peminjaman uang dari Bank Dunia untuk sensus penduduk yang hasil resmi nya hingga kini masi belon diumumkan? Kemana perginya menteri yang bertanggung jawab itu? Nah kita kan sudah tau jawabannya, tanpa perlu aku tulis lagi di sini.

Jadi teringat ketika menjelang pemilihan taon lalu, ada temanku yang menyeletuk, karena presiden kala itu diprediksi akan menang pemilu lagi, maka sudah pasti bisnis glangsing (karung plastik) untuk raskin (beras orang miskin) akan berkembang pesat. Sungguh suatu sindiran yang kini menjadi kenyataan.

Liat aja itu sejak adanya konversi minyak tanah ke gas. Konversi ini sangat baek, karena minyak tanah itu sebenarnya salah satu penyebab kanker di dunia dan di seluruh dunia hanya ada 3 negara saja yang menggunakan minyak tanah sebagai alat bantu masak. Tapi dalam realisasinya ternyata tabung gas yang diproduksi atau lebih tepatnya diawasi oleh pemerintah melalui kementerian dan institusi terkait seperti Pertamina, tenyata tidak mau bertanggung jawab atas hilangnya ratusan nyawa dalam kaitannya dengan tabung gas yang jelek kualitasnya.

Lantas bagaimana dengan penilaian unit kerja presiden yang memberikan rapor biru untuk kementerian terkait? Liat dulu donk siapa menteri nya dan dari partai mana dia, tentunya kalo menteri nya dari partai pemerintahan pasti dapat rapor biru. Duh gila betol ini negara bila penguasanya bak diktator jaman dulu, bahkan mantan Presiden Soeharto ternyata lebih memperhatikan rakyatnya ketimbang pemerintah yang sekarang dengan segala arogansinya. Mereka lupa rupanya, kalo mereka ada karena dipilih rakyat, wah jadi ragu nih, jangan-jangan hasil pemilu juga penuh rekayasa, seperti yang dibicarakan orang selama ini sebagai rahasia umum. Bobrok sudah negeri ini, semoga malapetaka hebat segera kembali muncul untuk menghukum seperti di masa yang silam dan si Ebiet G Ade akan bernyanyi kembali tembang ‘untuk kita renungkan’..


Kita Mesti Telanjang dan Benar-benar Bersih
Suci Lahir dan Di Dalam Batin
Tegaklah Ke Dalam Sebelum Bicara
Singkirkan Debu Yang Masih Melekat

Singkirkan Debu Yang Masih Melekat

Anugerah dan Bencana Adalah Kehendaknya
Kita Mesti Tabah Menjalani
Hanya Cambuk Kecil Agar Kita Sadar
Adalah Dia Di Atas Segalanya

Adalah Dia Di Atas Segalanya

Anak Menjerit-jerit
Asap Panas Membakar
Lahar dan Badai Menyapu Bersih
ini Bukan Hukuman
Hanya Satu Isyarat
Bahwa Kita Mesti Banyak Berbenah

Memang
Bila Kita Kaji Lebih Jauh
Dalam Kekalutan
Masih Banyak Tangan
Yang Tega Berbuat Nista Oh
Tuhan Pasti Telah Memperhitungkan
Amal dan Dosa Yang Telah Kita Perbuat
Kemanakah Lagi Kita Kan Sembunyi
Hanya Kepadanya Kita Kembali
Tak Ada Yang Bakal Bisa Menjawab
Mari
Hanya Tunduk Sujud Padanya

Kita Mesti Berjuang Memerangi Diri
Bercermin dan Banyaklah Bercermin
Tuhan Ada Di Sini Di Dalam Jiwa Ini
Berusahalah Agar Dia Tersenyum Oh
Berubahlah Agar Dia Tersenyum