Entah kenapa kok timbul macam-macam kenangan dalam benakku hari ini, seakan memblokir segala inspirasiku malam ini.
Segala kenangan suka dan duka tiba-tiba datang menyelimuti ku. Aku jadi mengenang orang-orang yang pernah dekat denganku selama ini. Aku berusaha untuk mengingat yang baek-baeknya tentunya. Namun tak dapat diingkari, beberapa kejadian yang timbul malam ini ternyata kembali mengupas rasa pedih dalam hatiku.
Terutama aku teringat pada seseorang yang pernah kusayang beberapa waktu. Duh sungguh menyakitkan teringat semuanya.
Sempat aku ngobrol di chat box dengan temanku di Jerman sana. Komentarnya ya sebetolnya sesuai dengan logikaku. Lupakan saja yang menyakitkan itu. Tapi aku kok merasa makin aku merasa disakiti oleh kenangan itu, malahan membuat aku makin teringat lebih kuat lagi padanya. Temanku berusaha menghiburku, dia bilang, kalo sekarang udah ketauan belangnya, kan kita harus bersyukur, daripada dipaksakan, sehingga membuat kita semakin sedih di kemudian hari.
Tengah malampun aku sempat ngobrol dengan seorang teman lama. Ngobrol tentang ini dan itu lagi. Tentang kisah cinta yang hilang, tentang segala kejadian yang menghancurkan mimpi kita. Ya tentang mimpi yang tak terwujud sebenarnya.
Jadi ingat pada tembang nya si Bondan Prakoso yang pernah kufitur beberapa waktu lalu. Cukup menghibur sih, terutama liriknya
Ketika mimpimu yg begitu indah,
tak pernah terwujud..ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu,
dan tak pernah sampai..ya sudahlah..
ya sudahlah, temanku juga bilang begitu, tarik nafas dulu, satu dua tiga.. nanti kan semua jadi lebih tenang. Ya sudahlah, semua sudah berlalu, dan aku harus memulai hari yang baru. Masi ada harapan kecil yang kudapat dari temanku yang kuajak ngobrol subuh ini, ada seseorang yang pernah kukenal tiga taon yang lalu, dan dia masi di sini. Ntar deh aku kontak dia lagi, mungkin besok, biar aku hepi.
Malam ini semakin larut, dan dari loudspeaker ku mengalun dengan tenang dan syahdu sebuah tembang Musical dari The Cats yang berjudul ‘memory’. Ya memory, kenangan, itulah yang menyelimutiku malam ini.
Terdengar intro yang di komposisi oleh Andrew Lloyd Webber berdasarkan pada ‘Old Possum's Book of Practical Cats’ yang ditulis oleh T. S. Eliot, sungguh menyayat hatiku yang sedang bersedih malam ini. Kenangan itu seakan membawaku kembali ke Jerman dulu sewaktu aku masi menonton Musical ini, betapa bagusnya performa ‘The Cats’ kala itu.
Lirik dari tembang musical ‘Memory’ ini sebenarnya adalah sebuah puisi yang berjudul ‘Rhapsody on a Windy Night’ yang ditulis oleh Eliot dan digubah oleh Trevor Nunn, sang sutradara dari Musical ‘The Cats’ ini.
Komposisi dari tembang musical ‘Memory’ ini dirasakan agak diluar kebiasaan bila kita dengarkan. Overture (musik pembukaan) nya di sini sedikit ditumpangi oleh Fugue (dua suara yang didendangkan bersama) dan ada di beberapa bagian yang diikuti oleh kata-kata yang sekedar dilafalkan, tidak dilagukan. Mungkin keganjilan ini yang terdengar di telinga kita bila kita mendengarkannya untuk pertama kalinya dan akan mengingatnya sampai kapanpun.
Suara sopran dari penyanyinya itu yang aku sukai. Suara bulat dan bersambung indah terlantun seakan begitu saja, dengan diikuti oleh suara menggelegar dari beberapa alat musik yang dipadu dengan apiknya oleh Andrew Lloyd Webber. Ciri khas dari Andrew Lloyd Webber dapat dikenali di tembang-tembang dalam Musical ‘The Cat’ ini dengan berbagai coraknya mulai dari klasik ke pop, music hall, jazz, rock dan musik electro-acoustic.
Rugi deh kalo tidak nonton. Apalagi Musical ini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 20 bahasa dan sudah memenangkan beberapa award, seperti ‘Laurence Olivier Award’ dan ‘Tony Award for Best Musical’.
Untuk diketahui ‘Laurence Olivier Award’ adalah penghargaan tertinggi di British Theatre yang diberikan oleh Society of London Theatre dan diperuntukkan oleh insan theater yang luar biasa.
Sementara ‘The Antoinette Perry Awards for Excellence in Theatre’ atau lebih umum disebut dengan singkat sebagai ‘Tony Awards’, adalah penghargaan serupa untuk Live Theatre di US yang diberikan oleh The American Theatre Wing and The Broadway League secara taonan di New York City.
Sedangkan Andrew Lloyd Webber atau juga dikenal sebagai Baron Lloyd-Webber adalah komponis Inggris untuk bidang theater. Dia memulai mengkomposisi pada taon 1954 pada usianya yang ke enam dan telah mempublikasikan enam karyanya pada usia yang ke sembilan. Sampai sekarang sudah sekitar 13 musicals yang telah mendapat sentuhannya, dan tentunya Andrew Lloyd Webber masi berkarya sampai sekarang.
Memory
Midnight, Not a sound from the pavement
Has the moon lost her memory?
She is smiling alone
In the lamplight
The withered leaves collect at my feet
And the wind begins to moan
Memory, All alone in the moonlight
I can smile at the old days
I was beautiful then
I remember
The time I knew what happiness was
Let the memory live again
Every street lamp
Seems to beat
A fatalistic warning
Someone mutters
And a street lamp gutters
And soon it will be morning
Daylight, I must wait for the sunrise
I must think of a new life
And I mustn't give in
When the dawn comes
Tonight will be a memory too
And a new life will begin
Burnt out ends of smoky days
The stale cold smell of morning
The street lamp dies
Another night is over
Another day is dawning
Touch me, It's so easy to leave me
All alone with my memory
Of my days in the sun
If you touch me
You'll understand what happiness is
Look a new day has begun...
Puisi dari Eliot (1888–1965) : Rhapsody on a Windy Night
TWELVE o’clock.
Along the reaches of the street
Held in a lunar synthesis,
Whispering lunar incantations
Dissolve the floors of memory
And all its clear relations
Its divisions and precisions,
Every street lamp that I pass
Beats like a fatalistic drum,
And through the spaces of the dark
Midnight shakes the memory
As a madman shakes a dead geranium.
Half-past one,
The street-lamp sputtered,
The street-lamp muttered,
The street-lamp said, “Regard that woman
Who hesitates toward you in the light of the door
Which opens on her like a grin.
You see the border of her dress
Is torn and stained with sand,
And you see the corner of her eye
Twists like a crooked pin.”
The memory throws up high and dry
A crowd of twisted things;
A twisted branch upon the beach
Eaten smooth, and polished
As if the world gave up
The secret of its skeleton,
Stiff and white.
A broken spring in a factory yard,
Rust that clings to the form that the strength has left
Hard and curled and ready to snap.
Half-past two,
The street-lamp said,
“Remark the cat which flattens itself in the gutter,
Slips out its tongue
And devours a morsel of rancid butter.”
So the hand of the child, automatic,
Slipped out and pocketed a toy that was running along the quay.
I could see nothing behind that child’s eye.
I have seen eyes in the street
Trying to peer through lighted shutters,
And a crab one afternoon in a pool,
An old crab with barnacles on his back,
Gripped the end of a stick which I held him.
Half-past three,
The lamp sputtered,
The lamp muttered in the dark.
The lamp hummed:
“Regard the moon,
La lune ne garde aucune rancune,
She winks a feeble eye,
She smiles into corners.
She smooths the hair of the grass.
The moon has lost her memory.
A washed-out smallpox cracks her face,
Her hand twists a paper rose,
That smells of dust and eau de Cologne,
She is alone
With all the old nocturnal smells
That cross and cross across her brain.”
The reminiscence comes
Of sunless dry geraniums
And dust in crevices,
Smells of chestnuts in the streets,
And female smells in shuttered rooms,
And cigarettes in corridors
And cocktail smells in bars.
The lamp said,
“Four o’clock,
Here is the number on the door.
Memory!
You have the key,
The little lamp spreads a ring on the stair.
Mount.
The bed is open; the tooth-brush hangs on the wall,
Put your shoes at the door, sleep, prepare for life.”
The last twist of the knife.