Saturday, April 17, 2010

Berkebun

Dedikasi dengan terima kasih untuk Mery di Tanggerang

Nah ya, bukan berkebun beneran maksudku, walau aku ada kebun kecil, yang tanamannya makin hari makin sedikit aja jumlahnya karena kalo sudah tumbuh sehat, pasti deh diambil adekku untuk dibawa ke rumahnya. Buat aku sih untung-untung aja, kan itu artinya aku tidak harus banyak menyiram tanaman, terutama bila pembantu pada mudik lebaran.

Tapi yang kumaksud itu berkebun secara virtuel di internet. Cerita singkat nya, aku kan kebetulan punya akun di sebuah jejaring sosial. Disana itu ada aplikasi permaenan untuk berkebun. Nah semalam itu aku sempat menimba ilmu pada salah satu pakarnya, ibu Mery yang tinggal nya di Tanggerang.

Aku banyak belajar darinya, maklum kan dia itu farmer (baca: petani) kawakan. Makanya kesempatan ngobrol dengannya aku manfaatin untuk berguru darinya, terutama tentang ilmu pembiakan sapi.

Aku baru tau semalam itu, kalo sapi jantan (bull) bisa dimasukkan ke kandang sapi dan dengan suka ria pasti dia akan membuahi sapi betina (cow) yang laen. Lucunya rupanya itu sapi jantan memang di konstruksi dari sononya sebagai sapi pejantan tangguh alias predator.

Lucunya lagi, ternyata pesan Mery benar, kalo hanya satu ekor sapi jantan saja yang dapat dimasukkan ke dalam satu kandang. Aku sudah coba ngotot untuk memasukkan dua ekor ke dalam satu kandang, tapi ditegur katanya maksimal satu predator aja. Ya udah lah, nurut saja daripada terjadi pertumpahan darah dalam kandangku, akibat 2 sapi jantan yang bercekcok ria.

Kagum juga, masa satu kandang kan muat 20 ekor sapi. Dan dari 20 ekor itu hanya bole ada satu ekor sapi jantan saja. Bayangkan kalo kita harus kasi nama si pejantan itu, aku pasti akan kasi nama James Bond. Karena kan James Bond itu terkenal punya banyak perempuan di sekitarnya. Tapi karena aku punya beberapa kandang, ya aku kasi nama James Bond Jr dan satunya lagi James Bond II.

Asik juga jadi sang sapi pejantan, dia bebas ‘membuahi’ 19 selir nya. Dah gitu, menurut story line nya, tiap hari kita bisa melihat apakah ada hasilnya dari pembuahan masal itu. Menurut Mery, bila dalam satu kandang sapi itu, ada beberapa sapi dengan warna kulit bermacam-macam, maka dari segi probabilitas nya anak sapi yang kita dapat juga dari jenis warna yang sama. Aha sangat logis, lucu juga sampe kepikir kesana.

Padahal selama ini aku adopsi sapi jantan yang galak-galak dan besar badannya itu, tanpa tau apa yang harus kulakukan dengannya, kecuali sebagai dekorasi di kebunku. Coba saja itu dalam kehidupan nyata, udah pasti aku jadikan cornet beef atau kujual ke orang Madura untuk dijadikan sapi aduan atau untuk balapan kerapan sapi di sana.

Mery ini bukan hanya farmer berpengalaman, entah berapa banyak medali telah dikumpulkannya dalam hubungannya dengan kegiatan kebun berkebun. Tapi ternyata Mery juga sangat handal dan artistik kalo disuruh atur kebun nya.

Tampak asri begitu kebunnya, lengkap dengan sungai dan air terjun buatan. Namun sayang nya Mery ini sudah pensiun. Padahal aku pribadi sudah tidak sabar ingin melihatnya mengatur kebunnya menjadi theme park suatu hari nanti.

Misalkan di satu sudut itu didedikasikan sebagai areal pendidikan, lengkap dengan sekolah dan perpustakaannya. Lalu di sudut laen dibuat sebuah areal wisata, tempat orang beli souvenir, kantor post dan juga dan juga cottages. Dan di sudut laen sebagai tempat penginapan modern yang terdiri atas Villa besar dan kecil. Ya semacam itulah. Aku cuma berharap saja, suatu hari kelak Mery akan kembali mengurusi kebunnya dan sesekali berkunjung ke kebunku, untuk sekedar mampir maka apel, minum teh hijau atau jus anggur hasil dari pertanianku, dan tentunya bermaen dengan anjing penjaga ku yang imut itu.