Monday, February 22, 2010

Kampung yang Rawan – Satpam yang Malas

Woah! Kenapa ya akhir-akhir ini di kampung ku kok banyak copet nya?

Jadi teringat lagi nih sama kasus burung nya si pak RW dan kejadian seputar terjadi nya ‘pencurian’ yang aneh itu. Nah gimana tidak aneh bin ajaib, masa siang hari ada burung dibawa kabur dari gedung yang pagarnya lebih dari dua meter dan tertutup rapat, juga dan masa burung yang dibawa pergi bukannya uang atau perhiasan dll yang de facto lebih umum untuk dicuri. Burung itu semahal apapun, pasti super sulit untuk dijual kembali.

Pak Win, polisi kamtibmas ku pun tertawa ketika mendapat laporan itu. Ya siapa yang tidak ketawa, karena sangat lucu dan tidak masuk di akal sehat. Bahkan orang idiot sekalipun tau kalo itu tidak mungkin.

Aku hanya prihatin terutama pada para satpam yang dibayar dengan gaji relatif minim namun selalu disalahkan bila ada maling, copet, jambret dan rekan-rekan nya beraksi di wilayah yang berada dalam pengawasannya itu.

Memang harus aku akui, kalo tidak semua satpam itu menjalankan tugasnya dengan baek. Di RT ku saja, ada tiga satpam yang digaji setiap bulannya, lebih dari standard gaji satpam sebenarnya, namun dari tiga itu yang benar-benar bekerja menunaikan tugasnya dengan baek hanya satu, wow!

Lantas kemana yang dua lagi? Yah, itulah, yang satu orang nya rada tidak ramah, bila ketemu warga malahan buang muka pura-pura tidak melihat. Rupanya lupa dia, dia itu digaji dari mana.

Lalu yang satunya lagi, tidak tertib kata rekan-rekan nya dari RT sebelah. Kalo pas jam jaga pasti dia absen dengan segala alasan. Udah gitu bisanya cuman ngata-ngatain warga pelit kalo tak mau kasi dia sesuatu. Wah wah wah, budaya yang sudah turun temurun rupanya.

Udah gitu satpam yang ini tubuhnya tergolong montok dan dengan berat tubuh yang cukup memprihatinkan ini, juga ternyata udah berusia diatas kepala empat dan pastinya akan sangat sulit mengejar maling. Terlebih bila si maling ramping, langsing dan ringan. Kujamin pasti bila si satpam endut ini berusaha mengejarnya, akan ngos-ngos-an dan bisa-bisa pingsan di tengah jalan.

Tapi rupanya si endut ini relatif pandai, dia tau kalo dia tak akan menang lawan si maling, makanya dari dulu selalu tak pernah ada di tempat terjadinya perkara. Ada satu kejadian dimana mobil tetangga yang diparkir di depan rumah, dicongkel pintunya yang menyebabkan alarm nya berbunyi. Kontan saja sang pemilik teriak ‘maling’ namun sang satpam menolak untuk mengejarnya dengan alasan, dia sibuk menjaga rumah yang laen, padahal kenyataannya hanya duduk-duduk di pos nya.

Aku dengar cerita ini dari dia sendiri yang dengan bangga (?) menceritakannya serta menambah keterangan bahwa tetangga ku yang punya depot itu pelit orangnya, karena dia sudah sejak 10 taon jadi satpam belon pernah dikasi coba masakannya. Nah iyalah, kan orang yang punya resto atau depot itu haram hukumnya bila memberikan makanan dagangnya secara gratis.

Budaya mengatai orang laen ‘pelit’ ini adalah budaya indo yang super duper jelek dan sangat aku tentang. Apa jadinya negara ini bila mereka tidak mau belajar menerima keadaan dan tidak memulai dengan menganggap orang laen musuh bila dirinya tidak diuntungkan? Ini lah sumber dari budaya korupsi. Budaya korupsi? Nah iyalah, kan korupsi sudah membudaya, biasa dilakukan dengan kedok silahturahmi guna meningkatkan keakraban.

Yang aku heran saja, kenapa kok satpam kelas pak Ogah nya si Unyil itu tidak dipecat saja, sama si koordinator keamanan. Korman ku itu pensiunan perwira polisi dan berpangkat AKBP sebelon pensiun. Hmm..