…und raus bist du..
Begitulah anak-anak kecil di Jerman menciptakan ‘random generator’ yang mungkin di negara ini dikenal dengan sebutan ‘bang bang tot, jendela wawa, siapa suka kentot ditembak raja tua’.
Demikian juga sebenarnya yang telah aku lakukan dengan beberapa nomer telefonku selama ini. Bila service dari salah satu operator itu tidak lagi memuaskan, maka aku termasuk golongan orang yang dengan senang hati membuang nomer tersebut. Bila ada nomer telefon bila dipake untuk telefon tarifnya mahal sekali dibandingkan dengan tarif yang laen, maka aku juga tidak sungkan untuk membuangnya.
Maklum juga, harga kartu perdana kan sekarang relatif murah, walau tidak semurah dulu, dimana harga kartu perdana sama dengan banyaknya pulsa yang diasosiasikan di dalam nomer tersebut. Tapi biar bagaimanapun juga, ada banyak keuntungan yang hanya dapat dinikmati oleh penguna kartu perdana, paling tidak untuk beberapa bulan ke depannya.
Maka dari itu, aku sendiri tidak habis pikir tentang orang yang sangat suka mengkoleksi nomer yang katanya ‘cantik’ dan bahkan ada yang rela membayar hingga ratusan juta rupiah untuknya. Rada sinting juga sih, apalagi bila itu nomer prabayar. Karena bila terlambat mengisi ulang bisa hilang itu nomer, tanpa menyebut bila handphone yang berisikan nomer ‘cantik’ itu hilang.
Tentu kehilangan nomer ‘cantik’ bisa dilaporkan ke operatornya, dan terkadang kita harus membayar sedikit untuk penggantian kartunya, tapi itu juga merepotkan. Kalo pasca bayar aku bisa lebih mengerti, karena dengan kartu pasca bayar biasa nya pergantian kartu lebih mudah. Tapi mereka semua lupa, menurut undang-undang yang berlaku, nomer itu bukan milih pengguna, melaenkan milik operator dan dapat kita gunakan selama kita mematuhi aturan undang-undang yang berlaku.
Kelebihan kartu prabayar sebaliknya, adalah kemudahan bagi kita untuk ‘membuang’ kartu tersebut. Tentunya dengan ‘membuang’ aku maksudkan sebagai ‘tidak menggunakan lagi kartu itu dan tidak mengisi ulang sampai batas terakhirnya’. Karena dengan model pasca bayar, kita harus datang ke kantor operator nya dan mengurus segala administrasinya baru kita terlepas dari nomer itu.
Nah singkatnya, aku selalu memperhatikan, bila aku ada kartu telefon yang dalam 2 bulan terakhir sangat jarang digunakan, maka aku biasanya akan memutuskan untuk membuang kartu tersebut. Karena memelihara dengan bantuan memanfaatkan masa tenggangpun aku tidak mau. Untuk apa kita buang-buang duit dan menukarnya menjadi pulsa bila kita tidak bisa menggunakannya?
Bila dulu aku mengadapatasi keinginan teman-temanku untuk mendapatkan layanan telefon murah dengan memelihara beberapa nomer dari beberapa operator. Namun sekarang dengan memperhatikan perkembangan tarif dari beberapa operator, aku sudah menemukan operator yang terbaek. Oleh karena itu, aku dengan segala senang hati membuang kartu-kartuku yang tidak aku gunakan lagi, karena tarif mahal, tidak terpakai atau ada suplemen laennya.
Nah untuk kali ini, aku rencana membuang salah satu kartu yang sudah ikut denganku selama lebih dari empat taon. Tentu saja hal itu lama, mengingat aku sendiri berada kembali di negeri ini belon ada lima taon terhitung dari kepulanganku di taon 2005 lalu.
Tentunya ada dampaknya bagiku, karena jumlah handphone ku itu sama dengan jumlah nomer ku, maka bila aku membuang salah satu nomerku, pasti akan ada handphone yang jadi nganggur. Tapi tak apalah, lebih baek nganggur dan irit di ongkos daripada aku harus memelihara banyak nomer yang sangat jarang aku gunakan.
Penilaianku tentang perkembangan tarif telefon di negara ini, sangat keliatan bila ke depannya lebih menguntungkan untuk menggunakan telefon berbasis CDMA terutama untuk yang gemar berbicara lewat telefon, ketimbang menggunakan telefon berbasis GSM. Jadi memang rencanaku untuk mengurangi nomer itu jato pada salah satu operator GSM yang tarif ngobrolnya sekarang sudah selangit.
Walau aku mulai memperhatikan bahwa akhir-akhir ini lama bicara diperpanjang sedikit oleh pihak operator sebelon diputus paksa, namun minat ku sudah sirna. Paling lambat akhir taon ini aku sudah buang itu nomerku dan aku sudah memberikan pemberitauan kepada teman-temanku akan hal ini. Protest hanya kudapat dari satu temanku, yang kalo menelefon aku paling hanya sekali dalam tiga bulan, jadi ya tak ada alasan bagiku untuk memelihara nomer itu dengan tujuan tidak jelas.
Ya udah, itu langkah awal, satu GSM sudah kubidik dan satu lagi nomer CDMA sedang dalam proses pengurangan jumlah nomerku yang saat ini terdiri atas delapan jenis kartu itu. Semoga semua berjalan lancar sehingga di kuartal pertama taon 2011 nanti jumlah nomerku akan tersisa enam saja. Sambil menunggu proses penyatuan dua operator yang kartunya kumiliki juga, siapa tau nanti bisa jadi lima saja.
Yup kita liat saja, siapa yang menawarkan tarif mahal, itu yang kita buang. Hari gini telefon harus bayar mahal, apa kata dunia?