Saturday, July 10, 2010

Percaya

Sabtu malam minggu disaat banyak orang bepergian dan terjebak di kemacetan lalu lintas, aku menghabiskan waktuku untuk menonton acara Tafsir Al Mishbah di sebuah televisi swasta dan diasuh oleh Dr. Muhammad Quraish Shihab.

Siapa yang tidak kenal nama besar dari Doktor ahli tafsir Al Qur’an kelahiran Rapang, Sulawesi Selatan 66 taon yang lalu? Dr Muhammad Quraish Shihab mungkin bukan hanya dikenal sebagai seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu Al Qur'an namun dia juga mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998).

Doktor yang sangat pandai ini, menamatkan pendidikannya di Kairo untuk gelar Master dan Disertasinya. Ayahnya sendiri, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan.

Dengan latar belakang seperti itu, tentunya pandangan dari Dr Shihab patut untuk kita dengarkan. Dan maka dari itu, aku sangat senang mengikuti ceramahnya di siaran televisi, bila aku kebetulan meliatnya.

Nah untuk menyambut Isra dan Mi’raj, dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam waktu satu malam saja, yang jato pada hari sabtu ini, Dr Shihab membahas di salah satu temanya tentang kepercayaan .

Peristiwa Isra Mi'raj sendiri terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW ‘diberangkatkan’ oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa.

Dan dilanjut dengan Mi'raj dimana Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.

Bagi umat Islam, ini merupakan kejadian yang penting, karena waktu inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti itu. Memang kadang kala, banyak orang tidak tau kalo Isra dan Mi’raj adalah dua peristiwa yang berbeda.

Ada satu hal yang menarik yang diungkapkan oleh Dr Shihab dalam acara di televisi itu, dia bertanya, apakah pendengarnya ‘mempercayai’ adanya kota yang bernama Kairo?

Mudah kan, kita mudah percaya kalo ada kota itu. Pertanyaan berikutnya, darimana kita bisa percaya kalo ada kota yang bernama Kairo? Banyak tentunya yang mengatakan, mereka percaya tentang keberadaan kota Kairo dari cerita temannya yang sudah sampai disana.

Oke, bila ada yang pernah berkunjung kesana, bole lah, katakanlah satu atau dua hari untuk transit, jadi dia percaya dan tau ada kota yang bernama Kairo. Dan tentunya hal itu ditegaskan oleh Dr Shihab sendiri, karena dia studi disana bertaon-taon dan bahkan kenal lorong-lorongnya.

Namun apakah kita percaya kalo Surga itu ada?

Nah di sini mulai sukar? Bila tadi orang bisa percaya karena ada orang yang sudah pernah sampai di Kairo dan tau kalo Kairo itu ada, bagaimana dengan Surga?

Nah untuk yang memeluk agama Islam, tentunya hal ini mudah, karena dari cerita di Al Quran kan Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab selama Isra Mi'raj, sudah mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha dengan ditemani oleh Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap (dalam kitab An-Najm). Apa itu Sidratul Muntaha?

Menurut Kitab As-Suluk, Sidratul Muntaha atau lebih tepatnya lagi Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon bidara yang menandai akhir dari langit/Surga ke tujuh, sebuah batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya, menurut kepercayaan Islam. Dalam kepercayaan ajaran lain ada pula semacam kisah tentang Sidrat al-Muntahā, yang disebut sebagai "Pohon Kehidupan".

Nah bilamana orang percaya pada Nabi Muhammad SAW, maka dia juga percaya akan keberadaan Surga. Sangat simple.