Malam tadi, dua temanku kebetolan mau mampir ke tempatku. Rencana nya mereka mau minta memindahkan files foto dan lagu dari sebuah DVD ke netbook mereka. Dan seperti yang kita tau, kan netbook itu tidak punya CD/DVD Drive, jadinya relatif susah kalo tak punya computer laen selaen netbook.
Aku sih dengan senang hati menawarkan mereka untuk membantu mengcopykannya ke flashdisk ku baru aku copykan balik ke netbook mereka. Menang seperti itu rada makan waktu, karena datanya mencapai kira-kira empat gigabytes, namun dimana ada kemauan disana tentunya ada jalan.
Ya itu rencananya. Kami pun bertemu di supermarket dekat rumahku, karena kedua temanku itu, pak Yu dan bu Ly belon makan dan kuundang makan malam sekalian disana. Lagian mereka bilang, kalo mereka belon pernah menginjakkan kaki mereka di supermarket itu sama sekali.
Oke setelah bersantap malam, aku mengajak mereka ke lantai atas. Sekedar meninjau lokasi dan juga memuaskan rasa ingin tau mereka. Mereka kagum ternyata, kalo di supermarket seperti itu bukan hanya ada foodcourt yang relatif lengkap, namun juga ada café yang dilengkapi dengan fasilitas WiFi dan juga bahkan ada tempat bermain untuk anak-anak dan remaja.
Namun kekaguman ibu Ly tentunya lebih kepada kenyataan kalo supermarket itu mempunyai toko emas di dalamnya. Kan tidak semua supermarket kecil itu ada toko emasnya. Nah ya, tanpa keinginan untuk mempromosikannya, tapi memang supermarket dekat rumahku itu tergolong ‘kecil-kecil cabe rawit’.
Bahkan ada gerai yang berjualan alat pertukangan sampai kepada mebel. Duh mengomongi mebel, aku jadi pingin beli meja tulis dan kursinya sekalian nih. Tapi nantilah diatur lagi, setelah lebaran aja. Lagian cari kursi untukku tidak mudah, harus yang kakinya kuat, karena bobotku sudah mengalahkan beras sekarong dan itu tentunya harus diperhatikan sebelon membeli.
Nah di lantai atas itu, kamu masuk ke toko bukunya. Aku sih paling senang ke toko buku, segala jenis. Tapi kali ini ada yang baru. Yaitu toko itu baru mulai menjual buku-buku agama. Sebelonnya kan hanya buku anak-anak, buku sekolah, buku kesehatan, buku teknik dan perlengkapan kantor saja. Lumayanlah ada kemajuan sedikit.
Nah, kan minggu lalu aku ada cerita kalo temanku pak Yu ini baru beli blekberi. Sejak saat itu dia gabung dengan grup nya teman-teman SMP ku yang terkenal lucu-lucu kalo berkomunikasi lewat jempolnya. Akibatnya pak Yu yang baru menikmati teknologi chatting dalam grup yang kedua kalinya itu (yang pertama lewat computer karena pernah aku ajak bergabung dulu), jadi tergila-gila membaca tulisan teman-temannya.
Sampai-sampai dia tertawa-tawa sendiri sambil mengetik-ketik dengan keypad yang jauh lebih kecil dari jempolnya. Dan ada kejadian kecil yang konyol yang terjadi. Selama aku dengan ibu Ly berkeliling dari satu rak ke rak buku yang laen, pak Yu tetap asik memperhatikan layar mini blekberinya. Dan boom, tanpa sengaja dia telah menjatokan sederetan buku dari salah satu rak di sana.
Semua pengunjung pun menoleh kearahnya. Namun pak Yu dengan sigapnya segera membungkuk dan memunguti buku-buku yang berserakan di lorong itu. Aku dan ibu Ly pun segera bergegas ke arahnya. Karena petugas dari toko buku itu kenal aku, dan mereka meliat aku sudah menuju TKP (tempat kejadian perkara) serta mereka tau kalo pak Yu itu temanku, maka mereka diam saja.
Untung tidak banyak buku yang dijatokan oleh pak Yu. Aku dan bu Ly mengira kalo pak Yu berjalan tanpa memperhatikan jalan, sehingga dia menubruk rak buku itu, tapi ternyata tidak demikian. Pak Yu dalam posisi berpegangan dengan tangan kirinya ke rak buku itu, sementara tangan kanan memegang blekberinya dan asik berchatting-ria. Tanpa sengaja tangan kirinya bergerak, dan jato lah semua buku yang sederet dengan buku pertama yang disenggolnya.
Kami pun tertawa lepas, menertawai ke-autis-an dari pak Yu. Dia pun rada malu, karena menjadi sumber perhatian banyak pengunjung disana. Hahaha. Lucu sekali. Aku pun sempat menyeletuk, ‘untung saja kita tidak sedang berada di toko porcelan’.