Monday, November 19, 2007

Gathering Lagi Nich

Mood : lagi hepi
Cuaca: berawan dan hangat
Snack : minum Nutrisari Orange dingin
Song : Sharazan dari Al Bano dan Romina Power
Genre : easy listening
Tanggal : 18 November 2007

Dedikasi : Inneke, Fitria, Citra dan Enjelin


Ceritanya nih tadi aku ke Plasa Tunjungan lagi. Biasanya hari minggu ketiga sih aku ke sana, untuk acara jumpa Papa Bear, hehehe, Papa Bear nya sih aku, hahaha... iya temanku si Fitri ngajak aku ketemuan di sana, dia mau ajak teman lamanya Inneke dan juga dia mau jumpa ama kenalan barunya di sana. Aku sendiri sih ada janji ama teman-teman SMA ku Enjelin dan Citra. Maklum kami sudah lama tidak bersua, karena kesibukan masing-masing...

Tepat jam satu siang aku dan nyampe disana dan ternyata Citra sudah sejak jam dua belas ada di sana untuk makan dan sementara itu lagi ngawasi anak-anaknya maen-maen. Tidak lama kemudian aku bertemu dengan Fitri dan Inneke untuk makan di sana. Fitri itu vegetarian, jadi makannya rada susah. Hanya ada dua tempat di Plasa Tunjungan dimana dia bisa mendapatkan sayurannya, di restoran Eaton atau di Pizza Hut. Karena Inneke minta makan di Eaton, maka kamipun bersantap siang di sana.

Sambil makan, banyak juga sih yang diobrolin. Namanya juga lama tidak bersua. Ohya, si Inneke ini ternyata dulunya teman SMP dan SMA dari adekku, Sius, yang punya anak kembar itu lho. Dulunya dia yang mempunyai tinggi badan hanya seratus lima puluh dua centimenter ini ternyata pernah berbobot tujuh puluh delapan kilogram. Wow. Namun beratnya sekarang sudah turun hingga lima puluh dua kilogram. Hebat bukan? Hehehe...diet nya niat sih. Banyak orang pasti akan geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, hehehe...

Setelah selesai makan, kami sempat putar-putar Sogo dulu, karena mereka mau mencari baju-baju kaos yang lagi di sale. Biasalah, orang beli pakean khan hanya pada waktu ada sale aja, hehehe...kemudian datanglah Enjelin dan suaminya yang tercinta untuk kemudian kumpul-kumpul dengan kami dan Citra dan familinya.

Tidak spektakuler sih, tapi kadang acara gethering seperti itu bisa membuat kami jadi tidak pangling suatu hari nanti. Maklum jugalah, cari teman-teman SMA ku itu khan susahnya setengah mati, nah setelah ketemu, ya kami tidak ingin lepas dari pandangan lagi, hehehe. Walaupun ketemunya hanya tiap bulan atau bahkan tiap tiga bulan sekali, namun kami berusaha untuk selalu saling menelefon dan memberi kabar. Hehehe..

Inneke dan Fitri pun ternyata cocok dengan kedua ibu-ibu tersebut, maklumlah teman ku si ibu-ibu itu khan tergolong ramah, tidak sombong dan murah senyum. Juga ditambah dengan kehadiran suami Enjelin yang tergolong sopan dan banyak ketawa itu, membuat suasana jadi meriah dan hidup. Memang sih, biasanya hanya para ibu-ibu yang suka sekali ketemuan untuk ngerumpiin ini dan itu, tapi kadang ikut juga dalam komunitas seperti itu, akan memperluas wacana dan pandangan kita. Kaum cowo biasanya hanya melihat dunianya sendiri, dan jarang banget berfikir dari sisi yang satunya. Tapi aku sih tidak mau begitu. Aku juga ingin mendengarkan pendapat dan mengetaui sudut pandang seorang ibu. Bole dibilang, aku banyak belajar dari pengalaman mereka sehari-hari. Bagaimana mereka mengatasi problem yang ada di rumah tangga, misalnya. Atau bagaimana cara mereka mendidik anak-anak mereka, hehehe...

Memang itu merupakan kesempatan yang langka, darimana aku sendiri bisa belajar untuk kehidupanku sendiri. Banyak hal-hal yang terjadi di rumah tangga orang laen, yang mungkin tidak atau belon terjadi di rumah tangga kita sendiri, dari acara gathering dengan ibu-ibu ini, akupun banyak mengambil manfaatnya. Benernya masi ada satu lagi sih, teman kami waktu SMA dulu yang mau nimbrung, si dokter Lily, yang dengan senang hati menyebut dirinya Daughter Bear alias anak perempuan Bear, hehehe. Jadi anakku donk, hehehe...tapi sayangnya si ibu dokter ini lagi berhalangan, jadi tidak bisa muncul untuk berbagi cerita dengan kami tadi siang.

Enjelin yang baru membeli hape Nokia tergres yang berteknologi triji, akhirnya bisa mencoba apa yang disebut dengan layanan video call, hehehe. Lucu juga sih, Inneke belon pernah melihatnya, sementara Fitri sudah pernah, karena adeknya David dulu pernah mencobanya dengan ku, hehehe, aku pernah menulis cerita tentang hal tersebut dahulu kala.

Rupanya demam triji perlahan namun pasti akan melanda familinya, hehehe. Aku sendiri teringat setelah aku membeli hape triji itu di awal taon ini, dan kemudian ada paket promo dari Indosat untuk bisa bervideo-call-ria secara gratisan, wah langsung aja kami manfaatkan dengan baek, hehehe. Aku dan adek-adekku langsung dengan segala senang hati bervideo-call-ria, hehehe. Bahkan sampai promo tersebut habis, kamipun terkadang masih menggunakan fasilitas triji. Apalagi disaat, dimana jaringan CDMA pada trouble semua. Tentu saja kami menggunakan GSM untuk berkomunikasi. Dan karena biaya penggunaan video call dan voice call sama, tentu saja kami memilih memakai jalur triji tersebut. Hehehe. Jadi suara plus liat gambar.

Bahkan kedua ponakan kembar kamipun suka bergaya di depan kamera dari hape adekku, hehehe. Oya, ponakanku sudah besar-besar lho sekarang. Mereka sudah kenal panas segala. Jadi kalo mereka duduk dimobil kemudian kena panas, pasti mereka protes, karena kena panas, hahaha...

Temanku Citra, jadi mengendut secara dramatis dalam tiga bulan belakangan ini. Aku sendiri sudah tidak melihatnya sejak pertengahan bulan Agustus silam dan hanya menjalin kontak via telefon dan SMS. Mungkin juga pembengkakan di sekujur tubuhnya itu (hehehe...) dikarenakan dia sakit kapan hari itu sampai pernah tiga kali masuk UGD unit gawat darurat, kadang heran juga aku, dia khan udah tua dan sudah beranak dua, tapi napa kok tidak mau memperhatikan kesehatan dirinya sendiri? Tapi ya itu khan urusannya dia sendiri, aku sih sudah berusaha untuk menasehatinya dari teman ke teman, semoga aja dia mulai memperhatikan tubuhnya sendiri. Kalo dia masi single sih, aku tidak urusan, tapi dia khan udah punya tanggungan dua anaknya yang masi kecil-kecil...makanya aku rada heran juga..

Enjelin dan suaminya rupanya kena alergi baru-baru ini. Karena kuliat kulit mereka tuh jadi kemerah-merahan. Mungkin dari makanan. Namun pemicu alergi itu biasanya stress dan kurang tidur. Jadi bila kita banyak kerjaan atau urusan, maka daya tahan tubuh kita biasanya melemah, sehingga imun sistem kita bisa menurun banyak dan itu akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit, virus-virus dan bakteri-bakteri ke dalam tubuh kita. Paling mudah ya serangan seperti pilek dan kawan-kawannya. Kalo dari makanan itu biasanya makanan yang diproses secara salah atau belon matang benar.

Aku sendiri sih punya pengalaman kurang baek, bila makan seafood, alias ikan dan udang. Ga tau tuh, jadi dari dulu selalu sedia Incical untuk mengatasi alergi tersebut. Namun, banyak makan Incidal juga tidak bagus. Lucunya ada lagi obat alergi berdosis rendah yang biasa disalah gunakan orang untuk obat tidur, seperti CTM, namun bagiku CTM ini tidak mempan, baek sebagai obat anti alergi maupun sebagai obat tidur. Hehehe. Mungkin juga karena badanku besar begini, jadi dosisnya terlalu rendah, hahaha...

Namun setelah aku cobain untuk makan ikan dan udang terus, lama-lama imun sistemku terbentuk dan aku tidak pernah mendapat masalah serius lagi sejak setaon ini, hehehe. Untunglah. Yah begitulah, dari temu kangen ama anak-anak itu, paling tidak aku bisa melihat seperti apa jadinya mereka-mereka setelah sekian lama tidak bersua. Kalo hubungan per telefon dan SMS sih masi sering. Tapi aku bisa bayangkan, bila Enjelin nantinya akan bisa lebih sering kuliat mukanya lewat video call. Khan dia sudah punya hape triji, hehehe...

Lagu yang kudengarkan itu lagu berbahasa Italia dari kedua penyanyi kondang dimasa delapan puluhan sampai sembilan puluhan. Pasangan ideal ini akhirnya memutuskan untuk bercerai setelah anak cewe semata wayangnya menghilang di Amerika Serikat dan sampai sekarang tidak pernah diketemukan lagi. Tiada orang yang tau kemana gerangan anak mereka tersebut. Tapi paling tidak Al Bano masih meneruskan karirnya sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Memang selama ini Al Bano lah yang menulis lagu tersebut untuk dinyanyikan berdua dengan istrinya yang mempunyai ibu artis di Amerika.

Di Jerman sendiri, kedua penyanyi ini masi kuliat manggung berdua di awal taon sembilan puluhan dan kemudian hanya Al Bano yang masi datang guna membawakan lagu-lagu nostalgianya. Tragis sih nasib mereka, namun nasib orang siapa ya yang tau, padahal mereka berdua dulu dikenal orang sebagai pasangan duet penyanyi Italia yang paling rukun dan akrab selama ini dan tanpa sekandal sedikitpun.

Tadinya sih lirik lagunya tidak ingin aku muat kali ini, karena pasti tidak semua orang mengerti bahasa Italia, tapi lagu Sharazan ini merupakan salah satu lagu favoritku semasa aku kelas tiga SMP puluhan taon silam. Melodinya terkesan megah dan riang gembira, seperti semua warna lagu ciptaan dari Al Bano, Romina Power dan kawan-kawannya. Lagu Sharazan ini diciptakan oleh Dammicco, Romina dan Carrisi yang dinyanyikan Al Bano bersama mantan istrinya tersebut. Di bawah ini aku sertakan lirik dan terjemahanku dalam bahasa Indonesia ...

Al Bano:
Da bambino io sognai (sebagai anak kecil aku memimpikan tentang)
divi, eroi e marinai (bintang, pahlawan dan pelaut)
Nella mente avevo già (dalam pikiranku aku sudah punya)
la mia idea di libertà. (gagasan tentang kebebasan)

Romina:
La bambina che era in me (gadis kecil dulu itu adalah aku)
ora è donna insieme a te, (sekarang adalah seorang wanita bersamamu)
stretta tra le braccia tue (erat dalam pelukanmu)
la mia idea di libertà. (ideku tentang kebebeban)

Al Bano + Romina:
Sharazan, Sharazan (Sharazan, Sharazan)
è la voglia di volare, (adalah tujuan terbangku)
di sognare insieme a te (untuk bermimpi bersamamu)
il modo giusto per amare. (jalan yang benar untuk mencintai)

Romina:
Sharazan, Sharazan, (Sharazan, Sharazan)
paradiso che ti dà (surga yang memberimu)
sempre la felicità. (kebahagiaan kekal)

Al Bano + Romina:
Sharazan, Sharazan, (Sharazan, Sharazan)
ali azzurre per volare, (sayap biru untuk terbang)
per scoprire che c'è ancora (untuk menemukan kalo selalu ada)
un posto giusto per amare. (tempat yang tepat untuk bercinta)

Sharazan, Sharazan, (Sharazan, Sharazan)
tempo di felicità, (waktu bahagia)
sempre estate ci sarà (hanya akan ada musim panas)
per noi insieme a Sharazan. (untuk kita berdua di Sharazan)

Romina:
Nei giardino dei miei anni (dalam kebun tahun-tahunku)
ho cercato un po' di sole. (aku selalu mencari secercah matahari)
Ho sognato tanto amore (aku telah memimpikan begitu banyak cinta)
e l'ho trovato qui con te. (sekarang aku telah menemukannya di sini bersamamu )

Al Bano:
Questo sole, amore mio, (inilah matahari, cintaku)
che non ho inventato io (yang telah kutemukan)
me lo dai soltanto tu (kamu sendiri memberiku)
quando ti stringi un po' di più. (ketika kamu merangkulku sedikit)

Al Bano + Romina:
Sharazan Sharazan (Sharazan, Sharazan)
è la voglia di volare, (adalah tujuan terbangku)
di sognare insieme a te (untuk bermimpi bersamamu)
il modo giusto per amare. (jalan yang benar untuk mencintai)

Al Bano:
Sharazan, Sharazan, (Sharazan, Sharazan)
paradiso che ti dà (surga yang memberimu)
sempre la felicità, (kebahagiaan kekal)
la troverai a Sharazan. (akan kau temukan di Sharazan)

Al Bano + Romina:
Sharazan, Sharazan, (Sharazan, Sharazan)
ali azzurre per volare, (sayap biru untuk terbang)
per volare verso te (untuk terbang kepadamu)
in due credendo nell'amore. (dua yang mempercayai cinta)

Sharazan, Sharazan, (Sharazan, Sharazan)
tempo di felicità, (waktu bahagia)
sempre estate ci sarà (hanya akan ada musim panas)
per noi insieme a Sharazan. (untuk kita berdua di Sharazan)