Akhirnya aku tau kenapa kok listrik di rumahku/komplex ku sering padam akhir-akhir ini. Memang awalnya aku menduga kalo mungkin tindakan pemadaman itu hanya bertujuan untuk mendinginkan trafo, terutama untuk trafo yang kuno.
Tapi akhir-akhir ini terjadi pemadamannya bukan hanya menjelang turun hujan, namun bahkan di siang hari bolong seperti siang ini dimana listrik sempat padam sekitar setengah jam.
Nah pas malamnya aku berjalan-jalan di depan rumahku dan sekalian mampir ke supermarket untuk belanja sesuatu, aku bertemu dengan dua petugas perusahaan listrik yang sedang melakukan pengukuran di gardu listrik.
Kontan aku sapa petugas yang mencatat data ukuran rekannya itu, dan aku tanya kenapa kok listrik sering padam akhir-akhir ini. Dia sambil tersenyum menjelaskan bahwa ternyata trafo yang diletakkan sekitar 5 meter di atas jalan itu bocor, sehingga oli pendingin kumparannya mengalir keluar.
Jadi mereka mereparasi trafo itu serta memantau kestabilan dari tegangan RST yang keluar dari kabel listrik bertegangan tinggi itu. Bagi yang tidak tau, RST adalah penamaan kabel listrik yang mewakili tiga tegangan listrik yang dialirkan dengan tiga fase. Dan perbedaan fase dari R ke S adalah 120 derajat, demikian pula dengan S ke T yang berjumlah 120 derajat dan kembali T ke R yang juga 120 derajat sehingga total nya adalah 360 derajat atau satu putaran penuh.
Istilah tegangan RST digunakan disamping tegangan netral yang diberi nama dengan teganan Nol. Biasanya para konsumen akan mendapatkan aliran salah satu dari ketiga tegangan ini, dan untuk pelanggan yang daya listriknya besar, biasanya juga akan diberikan dua tegangan dengan dua fase yang berbeda untuk menyeimbangkan beban listrik bagi pengguna berdaya besar. Tindakan kompensasi macam ini mutlak diperlukan untuk mengkompensasi bebas konduktif maupun kapasitif yang timbul di pihak distributor listriknya.
Dia pun menjelaskan kalo pemadaman yang terjadi siang hari ini dikarenakan mereka harus menstabilkan tegangan yang ada.
Nah setelah mendapatkan penjelasan tentang bocornya trafo tersebut, aku sempat mengintip rekannya yang asik mengukur dan menyebutkan angka hasil pengukurannya itu. Aku meliat sekilas cara pengukurannya dan aku berpaling pada petugas yang pertama tadi.
‘wah sudah pake magnet nih ngukurnya canggih-canggih’, pujiku ketika aku meliat petugas yang mengukur mengurung kabel yang besar dengan alat ukur yang berbentuk penjepit. Alat seperti itu digunakan untuk banyak hal, misalkan untuk detektor di lapangan udara dan laen-laen.
Intinya, arus listrik yang mengalir di dalam lingkaran yang dibentuk oleh alat pengukur tersebut akan menyebabkan perubahan medan magnet yang ada di dalam lingkaran jepitan itu, dan perubahan medan magnet itu proporsional dengan besarnya arus yang mengalir. Sebuah teknik, sederhana yang banyak digunakan untuk teknik tegangan tinggi.
Sang petugas yang mencatatpun tersenyum, ‘iya benar’, ujarnya, namun dari raut wajahnya terliat kalo dia heran mendengar komentarku itu.
‘saya juga insinyur elektro, pak’, jelasku.
Baru terliat wajahnya yang memancarkan pengertiannya, dan kemudian dia menimpali,’juga akan diukur dengan infrared’.
‘aha, ukur temperaturnya juga ya’, timpalku. Untuk info saja, radiasi panas itu dapat diukur dalam frekuensi infra merah. Sehingga detektor panas itu sebenarnya adalah detektor gelombang infra merah.
Alat detektor yang paling sederhana dapat kita temui sebagai alat pengukur suhu tubuh, terutama yang banyak digunakan oleh para petugas medis di Eropa untuk mengukur suhu tubuh dari para penumpang dari sebuah pesawat yang diduga terjangkit penyakit tertentu. Detektor suhu tubuh itu biasanya berupa pistol yang menembakkan gelombang infra merah ke dalam lobang telinga orang yang dideteksi. Karena pengukuran suhu tubuh paling optimal adalah di dalam lobang telinga.
Maklum juga, di Eropa thermometer yang berisikan air raksa itu dianggap berbahaya karena air raksa dikategorikan sebagai racun. Walaupun air raksa atau Hg juga banyak digunakan sebagai penambal gigi oleh dokter gigi, namun saat ini sudah ada alternatif laennya. Dan thermometer yang diisikan dengan alkohol yang diwarnai merah juga dianggap berbahaya karena bisa saja pecah. Maka dari itu, thermometer infra merah adalah pilihan yang terbaek yang ada saat ini.
Menjawab pernyataanku tadi, si petugas yang sekarang berubah jadi ramah mengiyakan sambil asik mencatat angka yang diserukan temannya, ‘dijamin tidak ada pemadaman lagi setelah ini,’ begitu janjinya padaku.
Ya semogalah. Kemudian akupun pamit pada mereka dan berjalan pulang ke rumahku dengan riang.