Monday, October 11, 2010

Flashdisk

Akhirnya setelah lama mempertimbangkan ini dan itu, aku hari ini mengorbankan salah satu flashdisk ku untuk diisi dengan salah satu distribusi nya linux. Iya, linux pulalah yang berhasil menyelamatkan data dari temanku hari sabtu lalu.

Untung aja waktu itu aku punya linux dalam bentuk ‘live cd’, sehingga dapat dijalankan tanpa perlu diinstall terlebih dahulu. Nah hari ini, setelah dengan mempertimbangkan masak-masak, aku merelakan flashdisk ku dan sekarang sudah terisi dengan sukses dengan sebuah system live dari linux yang sama yang berhasil menyelamatkan data temanku, walau sebenarnya versinya lebih baru.

Pengalaman dari hari sabtu lalu, ternyata kalo dijalankan dari cd itu lambannya luar biasa, nah untuk mengatasi hal itu, untuk persiapan di kemudian harinya, aku memuatnya ke dalam sebuah flashdisk dengan pertimbangan akses data yang cepat dan juga bila ‘live files’ nya terletak di dalam flashdisk, maka sistem operasi itu dapat memanfaatkan nya juga sebagai pengganti RAM (random access memory) dikala computer atau laptop yang digunakan ternyata hanya memiliki RAM yang kecil, seperti punya temanku itu.

So, jadi berikutnya aku harus membeli lagi flashdisk nih, sebagai pengganti flashdisk ku yang sekarang udah jadi ‘live disk buat linux’ itu. Lagian pengalaman hari sabtu lalu membuktikan kalo flashdisk ku yang satunya lagi dengan kapasitas 8 GB ternyata tidak mampu menampung data sekaligus yang dipunyai oleh temanku itu. Dan sepertinya untuk ke depannya kita memang butuh flashdisk dengan kapasitas yang lebih besar.

Tapi semuanya itu bukan hanya aku tujukan untuk keadaan darurat saja, tapi kan memang aku ada rencana untuk membeli netbook dan menggunakan salah satu distribusi linux sebagai sistem operasinya. Dan karena netbook tidak mempunyai optical disk drive, maka flashdisk adalah satu-satunya alternatif untuk menginstall software ke dalamnya, disamping sistem cloning seperti yang digunakan oleh para penjual netbook untuk menginstallkan sistem operasinya ke dalamnya.

Nah ya, itung-itung sekarang aku sudah siap untuk beli netbook dan menggunakannya sebagai salah satu perangkat berbasis linux yang murni gratisan semuanya dan tergolong aman walaupun bertipekan ‘open source software’.

Kelemahan dari linux untuk negara ini hanya kenyataan bahwa tidak banyak tersedia modem yang mendukung linux untuk berinternet-ria, sehingga banyak orang jadi ogah menggunakan sistem operasi yang luar biasa ‘powerful’ ini untuk menjadi bagian hidupnya.

Aku sendiri kenal linux dari jaman ku kuliah dulu, di taon 1992, masi dengan distribusi Slakware, namun dengan makin bertambahnya taon, distribusi awal ini rupanya sudah tergantikan kepopulerannya dengan distribusi yang menawarkan interface mirip windows seperti distribusi Linux yang berstandard-kan KDE (kommon desktop environment) yang diturunkan dari sistem CDE (common desktop environment) di UNIX. Walau sebenarnya windows yang mencontek CDE dan menjadikannya windows, namun di jaman sekarang, sudah tidak ada orang yang peduli dengan UNIX yang merupakan operating system tertua di bidang perkomputeran.