Akhirnya kuisi juga kartu CDMA ku yang rencana nya aku buang paling lambat awal taon depan bila tak ada tarif yang lebih menjanjikan lagi. Ya itu adalah salah satu dari kartu terlamaku yang ikut denganku. Sebenarnya udah mau kubuang sejak lama, namun karena nomer nya tergolong cantik, maka masi terasa sulit untuk dilepas begitu saja.
Bukan hanya itu, tapi kartu GSM ku yang satunya lagi juga akan aku buang. Nasib nya sama dengan kartu CDMA itu, itu adalah kartu terlama yang aku punya sejak pulang kembali ke republik ini.
Bukan hanya itu, kedua hape yang selama ini mereka tempati juga akan ikutan kupensiunkan, dan ku downgrade jadi hape cadangan. Masi berfungsi bagus sih, tapi ya udah kalo kartunya dipensiunkan ya artinya hape nya juga ikutan.
Udah pasti banyak konsekuensi yang akan kujalani dengan membuang kedua kartu terlama yang kupunya itu. Pertimbangan pertama tentunya teman lama yang dulunya kenal nomer itu pasti bingung bila berusaha menghubungi aku lagi di nomer itu. Tapi pertimbangan ini di tiadakan dengan pemikiran, kalo mereka ingin kontak aku lagi, ya musti nya dari jaman dulu berusaha untuk kontak lagi. Jadi bisa diabaikan.
Lalu pertimbangan kedua adalah pertimbangan akan turunnya tarif atau promo laennya. Tapi dari pengalaman selama menggunakan kedua kartu itu, sudah tidak ada lagi promo yang menarik hati. Malahan dari yang kartu GSM itu rupanya mereka sudah harus menyadari bahwa tindakan mereka mempermaenkan tarif seenak mereka sendiri seperti selama ini terjadi memang dibalas dengan menonaktifan 250 ribu kartu setiap bulan nya. Demikian dari statistik yang kubaca dan dipublikasikan oleh instansi yang berwenang.
Kalo dari kartu yang CDMA, sebagai perusahaan besar di belakang nya, mustinya perusahaan itu lebih mementingkan penyediaan customer service yang bagus. Tapi tidak demikian, dari apa yang kubaca di banyak surat pembaca, ternyata service yang disediakan untuk penggunanya makin menurun kualitasnya sehingga termasuk kartu yang tidak layak pakai lagi.
Dan hal itu sudah terbukti dari pangsa pasarnya yang hampir semua dilahap pihak konkuren nya, padahal dari tarif semestinya kartu yang di luncurkan taon 2006 itu sebenarnya kunilai berpotensi baek. Tapi ya salah urus mau apa lagi.
Oke, banyak cerita tak ada ujung pangkalnya, aku sebenarnya sedang mengadakan proyek perampingan kartu, dalam artian, kartu yang banyak dalam posisi standby akan ku buang dengan senang hati, kecuali kartu yang pemeliharaannya mudah seperti salah satu kartu GSM ku yang hanya perlu digunakan sebanyak sepuluh rupiah saja untuk dapat aktif dari bulan ke bulan.
Nah ya, jaman sekarang peliara kartu dengan kewajiban terus menerus mengisi pulsa tanpa pernah dipake, sudah menjadi hal yang tabu rupanya. Demikian juga dengan pengalamanku. Laen hal nya, bila kartunya sering kita pakai, sehingga kita harus isi pulsa karena kehabisan pulsa, nah itu baru tergolong oke. Tapi kalo hanya untuk standby aja dan kita harus isi pulsa hanya untuk mendapatkan masa aktif dan menghalangi masuknya kartu ke masa hangus, kukira sudah tidak jaman nya, apalagi untuk tipe kartu GSM.
Masa depan untuk republik ini kurasa berada di tangan operator CDMA, jadi ya tunggu saja nanti perkembangannya. Aku sendiri menunggu diluncurkannya ponsel CDMA dengan sistem operasi Android. Karena Android punya masa depan yang bagus.