Ceritanya aku siang ini di telefon teman lama, sebut saja ibu Li. Nah ibu Li ini ingin bertanya tentang sebuah aplikasi game di internet yang sangat populer saat ini dan sudah digemari oleh seratus juta pengguna lebih hanya dalam waktu satu taon setelah diluncurkannya.
Plattform yang digunakan adalah aplikasi flash yang memang menyediakan fasilitas musik penggiring, banyak sound dan berbagai pergerakan di dalam story line nya. Dan ini rupanya yang membuat banyak orang jadi tertarik, karena mereka bukan hanya dihibur dengan musiknya, namun juga dengan berbagai suara pendamping di dalam nya.
Maka tak heran juga bila temanku ibu Li ini sampai tergila-gila dan terkadang dibuat stress oleh aplikasi ini bila ada kesulitan masuk ke dalamnya. Karena game ini banyak ditambah element nya, maka yang namanya gangguan selalu ada tiap hari. Jadi bisa dibilang entertainment yang tak hentinya berkembang seperti ini harus dibayar dengan kesabaran oleh penggunanya.
Namun tentunya ada banyak orang yang menjadi tak sabar, jadi karena mereka terlalu suka pada game yang satu ini, maka orang tersebut menjadi rela untuk membayar ke pembuatnya, hanya untuk menghilangkan rasa ketidaksabarannya dan memuaskan keinginan untuk segera menyelesaikan masalah.
Dan cilakanya hal ini terjadi pada ibu Li yang mengaku kadang membayar beberapa ratus ribu rupiah agar bisa mendapatkan segala kemudahan yang orang laen tidak dapat bila mereka tidak membayar.
Duh ternyata di dunia game pun demikian, bila kita ingin segalanya instan selesainya, maka kita harus membayar mahal. Kok jadi seperti di kehidupan nyata ya?
Tapi harus aku akui, godaan untuk membayar dan mendapatkan kemudahan itu selalu ada. Karena pada dasarnya semua manusia itu adalah makhluk yang tidak sabaran. Walau aku selalu berpendapat, apapun dalam kehidupan ini selalu dapat dilalui dengan cara bersabar. Karena hanya dengan bersabar kita malahan dapat menikmati kehidupan ini.
Bayangkan kita sedang berjalan kaki. Semua terasa lamban di sekitar kita, namun makin banyak pula yang kita nikmati dari sekeliling kita. Suara burung yang bernyanyi, suara gemerisik dedauan yang ditiup angin, suara orang yang sedang bercanda tawa (atau malahan bertengkar), dan berbagai bebauan, seperti bau dari bunga yang sedang mekar, bau harum dari masakan di atas tungku milik warga sekitar dan tentunya termasuk bebauan yang rada kurang sedap seperti bau dari tai hewan.
Bukan hanya hidung dan telinga saja yang ikut menikmati bila kita berjalan lamban. Namun mata juga dapat memandang keadaan sekitar kita, melihat burung jantan yang tadi bernyanyi untuk memikat burung betinanya, meliat daun tanaman yang bergoyang seirama dengan alunan musik alam karena mereka bergesekkan ditiup angin. Dan tentunya kulit kita, wajah kita dapat merasakan angin lembut yang menerpa wajah/tubuh kita dan juga kita dapat merasakan hangatnya (atau dinginnya) suhu di luar badan kita.
Hal ini tentunya sangat berbeda bila kita jalan cepat atau sedang berada dalam kendaraan. Ambil contoh kita sedang duduk di kereta express. Kita memandang keluar jendela yang terliat hanyalah bayangan dari pepohonan, bayangan dari bangunan dan segala macam bayangan laennya. Namun tak satupun dari alam sekitar kita yang dapat kita dengar, kita cium dan kita pandang dengan jelas. Semua serasa berlalu begitu cepat.
Nah pada akhirnya, tinggal tersisa pada kita sendiri, untuk menentukan apakah kita ingin segalanya cepat atau lamban saja sudah cukup. Bila kita berjalan kaki, kita tidak membayar sepeserpun (biasanya lho) dan bila kita naek kendaraan kita harus membayar mahal. Pilihan tentunya ada pada diri kita sendiri.