Thursday, November 8, 2007

Si Kembar Berulang Taon Kedua Nich

Mood : lagi hepi nich
Cuaca: cerah dan hangat
Snack : minum susu coklat
Song : masi asik dengar lagu-lagunya Air Supply
Genre : Pop
Tanggal : 7 November 2007

Dedikasi : Annette dan Vivian, keponakan kembarku yang lagi ulang taon kedua


Hari ini dua taon silam tepatnya telah lahir kedua keponakan kembarku, si Lan alias Annette dan si Lian alias Vivian. Tak terasa ya waktu dua taon itu begitu cepat berlalu. Sungguh tak terasa. Tapi juga sangat menyenangkan bisa melihat pertumbuhan dari mereka sejak bayi, sampai sekarang dimana kita bisa mulai bercakap-cakap dengan mereka. Memang sih mereka belon seratus persen mengerti apa yang kita mau. Tetapi itu sebenarnya juga sudah cukup untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang telah dititipkan kepada keluarga adekku, Sius.

Mengingat mereka hari ini akan merayakan hari ulang taonnya, maka kemaren sore aku menyempatkan diri untuk pergi mengunjungi toko boneka yang terletak tidak jauh dari rumahku. Di sana aku kebingungan untuk memilih boneka apa ya yang kira-kira disukai mereka? Taon lalu sudah aku belikan sepasang boneka anjing, satu warnanya coklat dan satunya kuning susu. Boneka itu sangat disukai mereka karena empuk dan bulunya sangat halus dan lembut. Nah kali ini aku rada kesulitan mencarikan sepasang boneka yang mirip satu sama laen, bole aja beda warna, namun sedapat mungkin aku harus bertindak adil dan tidak beli yang tidak sepadan.

Harus kuakui cukup lama aku menilai dan memilah-milah boneka apa yang akan menjadi pilihan hatiku, ceile,,, seperti cari jodo aja ya, hehehe… setelah menghabiskan waktu cukup lama untuk berputar-putar di toko yang sempit itu, mataku akhirnya mulai menyeleksi boneka-boneka beruang. Malangnya disana ada banyak sekali boneka yang berbentuk beruang. Padahal beruang itu di alam bebas cukup besar dan lumayan menakutkan banyak orang dewasa, namun kenapa ya koq justru model beruang paling banyak kita temukan untuk bentuk boneka populer jaman sekarang? Mungkin karena bentuk bulunya yang halus atau karena moncongnya yang terlihat sangat ramah walau pancaran sinar matanya pasti sangat tajam. Paling tidak itulah kesan yang kudapat ketika aku dahulu kala mengunjungi kebon binatang guna memperhatikan isi suaka margasatwanya. Karena pandangan mataku terkesan memilih-milih beruang dan tanganku sibuk meraih boneka-boneka tersebut untuk menilai kehalusan bulunya, maka seorang petugas toko tersebut dengan tersenyum bertanya apakah aku lagi mencari boneka beruang. Aku hanya mengiyakan dan menjelaskan aku lagi mencari sepasang boneka beruang sebagai kado ulang taon keponakan kembarku yang akan berulang taon dan aku meminta waktu untuk melihat-lihat lebih teliti lagi. Sambil tersenyum diapun berlalu dari hadapanku dan membiarkan aku dengan hati tenang dan senang karena terbebas dari padangan mata rasa ingin taunya tadi guna menelitik lebih lanjut dan mempertimbangkan boneka yang mana yang pada akhirnya akan aku gotong ke kasir.

Setelah aku menghabiskan waktu ribuan detik akhirnya aku memutuskan untuk memilih boneka Winnie the Pooh untuk kado untuk si kembar. Pasalnya disana ada banyak boneka Winnie the Pooh. Ada yang memakai topi beraneka ragam warna, ada yang berpose sedang membawa gentong kecil berisi madu. Maklumlah Winnie the Pooh khan beruang madu, hehehe. Jujur aja aku sih belon pernah nonton film kartunnya, tapi mendengar dari teman-teman yang penggemar kisah petualangan si Winnie the Pooh tentang beruang apa itu. Juga ada banyak pose Winnie the Pooh yang laen dan juga ada banyak ukuran. Nah tentang ukuran inipun aku jadi bingung sendiri. Aku ingat keponakanku si Jiji dulunya sempat ketakutan ketika aku bawakan boneka monyet besar sekali dari Jerman sewaktu dia ulang taon ketiga dulu.

Belajar dari pengalaman dengan Jiji tersebut, maka aku pada akhirnya memutuskan untuk menggotong beruang Winnie the Pooh yang berukuran sedang, paling tingginya enam puluhan centimeter dan lagi berpose sedang membawa sebotol madu dan ada dua tawon, satu di kepala dan satunya lagi hinggap di botol madunya. Hehehe, maklumlah, kakeknya khan berjualan madu, jadi sudah sepantasnya mereka mendapatkan boneka beruang madu lengkap dengan botol madunya, hehehe. Akhirnya dengan langkah tenang namun pasti aku melangkah ke arah kasir untuk membayar boneka yang tidak murah tersebut, tapi tetap dengan senyum mengembang di bibirku karena aku sudah membayangkan pasti adekku Sius dan iparku Yenny tidak pernah membayangkan kalo aku mempunyai sesuatu untuk anak mereka si kembar tersebut.

Sesampainya di rumah kemaren malem, langsung aku telanjangi kedua boneka tersebut dari plastik pembungkusnya dan dengan hati riang gembira kumasukkan mereka berdua ke dalam mesin cuci untuk dicuci sebentar dengan program cuci mini yang hanya menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit itu. Setelah kedua boneka tersebut bersih dan berbau harum, maklum juga aku khan masukkan cairan pelembut ke dalam tempat sabut mesin tersebut, sehingga boneka itu bulunya menjadi lembut dan segar. Kemudian semalaman aku menjemur kedua boneka tersebut karena aku tidak tau apa si kembar akan datang mampir kemari pada hari ulang taonnya.

Ternyata tebakanku benar, si kembar mampir hari ini. Sewaktu mereka mengetok pintu kamarku, aku membukanya dan menyambut kedatangan mereka dengan kedua boneka ditanganku. Sayangnya hanya Lan yang tidak tidur dan mau menyambut pemberian boneka tersebut dengan suka cita seorang gadis cilik. Sedangkan Lian lagi asik bobo di gendongan pengasuhnya, sehingga boneka untuknya kuserahkan kepada adek iparku dulu, untuk nantinya diberikan kepada Lian setelah bangun dari alam mimpinya. Karena aku harus pergi sebentar mengambil laptop pesanan di sebuah ruko tak jauh dari tempat tinggalku, maka akupun meninggalkan mereka sebentar.

Ketika kembali kulihat kedua bocah cilik tersebut dengan segala senang hati bermaen dengan si beruang madu. Karena aku tidak mau mereka beriri hati, makanya kemaren itu aku belikan dua buah boneka beruang. Hehehe… tapi aku selalu membelikan dua biji boneka atau maenan untuk mereka. Takutnya nanti mereka saling iri hati dan bertengkar. Hatiku sungguh bahagia melihat mereka ternyata menyukainya. Padahal ukuran boneka tersebut hampir menyamai ukuran tubuh mereka dan kepala boneka tersebut jauh lebih besar dari kepala mereka sendir, hehehe. Tapi rupanya mereka tidak takut.

Dari ibunya aku mendapat keterangan kalo mereka cuman takut pada suara kucing. Tapi tidak terhadap anjing. Heran ya, napa banyak anak-anak kecil suka bermaen-maen dengan anjing tapi jarang ada yang suka bermaen dengan kucing ya? Apa karena anjing itu pada umumnya bersikap sangat ramah terhadap anak manusia? Ga tau jugalah. Yang penting, aku baru tau kalo kedua keponakanku tidak takut sama anjing. Hehehe…

Setelah itu tiba saatnya mereka harus pergi ke dokter anak untuk pemeriksaan rutin dan akhirnya setelah beberapa saat mereka datang kembali ke tempatku sambil membawa kue taart dengan tulisan happy birthday nya. Yah sepertinya sudah tradisi di familinya adekku ini, tiap taon mereka membeli kue taart dan tiap kali pula mengadakan sesi foto-foto di tempat ku, hehehe. Paling tidak khan ada aku yang memang hobi memfoto dari dulunya, hahaha, sayang aja sih latar belakang ruang tamuku hanya berdekorasi sederhana aja. Tapi rupanya sudah cukup untuk mengabadikan tingkah pola kedua gadis kecil itu yang sulit disuruh untuk duduk diam, mereka suka maen sendirian dengan boneka beruang yang kuberi itu. Hehehe, seneng juga sih melihat ternyata mereka sayang dengan maenan mereka yang baru. Bangga gitu lho si oom ini, hehehe. Tapi memang seperti kata temanku Marciana, anak seusia gitu lagi lucu-lucunya apalagi bila mendengarkan mereka mengoceh. Dan yang lebih mengasikkan lagi, mereka ini kembar, walau tidak satu telor tapi khan kembar.

Dah gitu mulai deh keliatan rasa egoisnya dari si Lian. Ceritanya itu waktu si Lian kugendong, si Lan juga ingin kugendong. Tetapi si Lian berusaha menghalanginya dengan memasang tampang cemberut dan menjulurkan kakinya sehingga tidak akan bisa aku menggendong sodaranya si Lan. Akhirnya akupun batal menggendong Lan. Untungnya si Lan mengerti dan tidak cemberut tapi mulai mengajak mamanya untuk bermaen dengannya. Yah si Lian ini sifatnya lebih egoistis sedangkan si Lan ini sifatnya lebih menerima dan mau berbagi dengan sodaranya. Memang dulu mereka sering kugendong keduanya sekaligus. Satu di kiri dan satu di tangan kananku. Tapi kini mereka mulai besar dan berat dan terlebih lagi, mereka ini mulai punya apa yang disebut dengan rasa egois. Tiap kali mereka melihat aku tidak gendong sapa-sapa, pastilah mereka memanggil-manggil sambil mengulurkan tangan minta digendong. Hehehe…

Mamanya juga cerita, sering kali si Lian berhasil memaksakan dirinya untuk di gendong oleh mamanya dan si Lan harus mengalah. Hehehe. Lucu juga ya, kecil-kecil sudah tau gimana cara bersaing dengan sodaranya sendiri, hehehe. Kadang ku tau kalo mamanya juga pusing, untungnya kata mamanya si Lan ini orangnya lebih pengertian. Lucunya si Lian ini suka didandani seperti gadis, misal dengan pita ataupun jepit rambut sedangkan si Lan selalu menolak untuk didandani seperti cewe dan sering mempunyai rasa ingin tau yang sangat besar. Walah jadi tomboi donk nantinya, hahaha.

Tetapi ternyata si Lan punya strategi sendiri untuk digendong. Tiap kali dia liat aku atau mamanya lagi free, pasti dia datang panggil-panggil minta digendong duluan, hehehe. Aku memang seneng sekali melihat kedua ponakanku ternyata suka ama aku, mungkin juga karena badanku yang endut ini lumayan empuk, jadi mereka suka sekali berada dalam gendongannku. Mereka bahkan juga menyodorkan pipinya untuk kucium atau juga memonyongkan bibirnya untuk mencium pipiku, hehehe, lucu abis deh pokoknya. Sulit untuk dilukiskan, namun mungkin seperti kata kedua temanku Citra Sari Dewi dan Elisa, punya anak sendiri mungkin bisa lebih senang. Tapi yach, aku khan udah tua, dan juga belon laku walau sudah diobral gila-gilaan begini, hehehe. Terus terang untuk saat ini aku sudah tidak mau mikir ke arah sana lagi. Biarlah waktu berlalu dan anjing menggonggong, namun aku tetap ingin menikmati hidupku sendiri. Hehehe…

Ada perjumpaan dan pasti ada perpisahan. Akhirnya malampun tiba, sesi foto selesai dan acara gendong-gendonganpun sudah berakhir dan mereka masi harus menempuh perjalanan jauh ke Mojokerto. Mereka memang mondok nya di Mojokerto, tepatnya di desa Perning, dusun dimana orang tua adek iparku berada. Setelah cipika cipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri), berakhirlah hari yang sangat berkesan denganku. Dengan iringan lambaian tangan kedua gadis kecil mungil itu akhirnya kami harus berpisah dan aku menyibukkan diri untuk mengetik cerita ini sebelon aku bobo malam ini.

Ga tau kenapa, aku merasa badanku penat sekali, mungkin karena kebanyakan gendong gadis-gadis kecil itu seharian, makanya sekarang ini sekitar jam setengah dua belas malam hari, bawaanku sudah mengantuk aja. Apalagi aku sudah meliat bantal dan ketiga gulingku yang tergolek lemas di atas spring bed ku, menunggu aku memeluk mereka sambil memimpikan hari esok yang cerah dan bagus. Herannya koq hujan sudah tidak turun lagi ya? Jangan-jangan mesti menunggu sampai bulan Januari dan Februari nich sampai curah hujan meninggi seperti kata BMG beberapa waktu lalu. Ah ga pedulilah, aku dah penat dan lelah, aku ingin bobo dan memimpikan bertemu dengan seseorang yang kusayang…hehehe…aku bobo dulu, lanjut laen hari ya…dada…