Tuesday, September 21, 2010

Movie dan Biscuit

Tentu kedua hal ini ada hubungannya, karena paling asik kita nonton movie sementara mulut kita berkomat kamit, bukan untuk baca mantera doa, melainkan untuk menikmati makanan ringan.

Misalkan aku selama ini paling doyan ngemil keripik kentang, kadang aku makan begitu saja, kadang dengan sedikit sambal. Biar sedap. Namun tak bisa kupungkiri, kalo sejak sepuluh hari terakhir ini, rencana diet ku gagal total.

Maklum juga, aku menikmati movie misteri itu dengan ngemil, dan bahkan tanpa aku sadari aku telah melahap habis satu kaleng biskuit dengan berat bersih 1700 gram. Bayangkan betapa tambunnya diriku selama ini. Biskuit paling enak menurutku, adalah biskuit asal Denmark.

Semua tentunya tau apa nama biskuit tersebut. Biskuit itu dibuat sedemikian rupa, sehingga dia akan hancur bila kita masukkan mulut, sehingga mudah dicerna. Rada manis dan tentunya berbahaya bagi penderita penyakit diabetes melitus. Namun biskuit ini juga salah satu biskuit kegemaranku sewaktu masi tinggal di Eropa.

Ya tentu, rasanya mirip, walau tentunya ada perbedaan dikit, namun kalo resep nya sama, ya tentunya dari rasa mirip juga. Bahaya makan biskuit jenis ini itu, adalah bila kita tidak tau membatasi diri, pasti kita bisa melahap habis berkilo-kilo gram darinya karena ini beneran makanan ringan.

Namun aku coba tetap menahan diri dengan menyiasatinya dengan cara makan makanan yang mengandung banyak serat, seperti makan agar-agar dan juga makan kacang. Dimana aku tau, kalo makanan yang mengandung banyak serat itu akan membuatku kenyang dan semuanya setelah delapan jam akan dibuang oleh tubuh sewaktu kita buang air besar.

Wah aku jadi teringat Hercule Poirot di dalam movie ‘Evil under the Sun’ yang diperankan oleh David Suchet. Yang aku maksud bukan movie yang setara yang diperankan oleh Sir Peter Ustinov lho, karena dramatisasi dari movie yang diperankan oleh Sir Peter itu kurang bagus dibandingkan oleh yang diperankan David Suchet.

Di movie tersebut digambarkan kalo awalnya Poirot yang diundang Captain Hastings untuk makan malam bersama Chief Inspector Japp merasa jaket nya terlalu kecil. Miss Lemon sekretaris pribadi Poirot berpendapat kalo Poirot mungkin menjadi gendutan yang tentunya langsung mendapatkan kontra dari Poirot.

Nah pada jamuan makan malam itu, ternyata Poirot mendapatkan serangan jantung yang berbuntut pada perintah dokter pribadi Poirot untuk berlibur di sebuah pulau di selatan Inggris, untuk diet! Diet? Ya diet, sehingga hidangan makan Poirot di hotel itu semuanya di rasionalkan dan berukuran kecil.

Yang membuatkan tertawa itu, ketika Poirot bertanya pada pelayannya setelah mencicipi minumannya, ‘Waiter, please tell me what is in my glass?’. Sang pelayan menjawabnya dengan raut muka serius, ‘it’s natural water, Sir’. Yang tentunya ditanggapi dengan cemberut oleh Poirot yang terkenal selalu mengkonsumsi minuman beralkohol dan teh sehingga rasa air tawar itu asing baginya.

Ada lagi scene yang membuatku terpingkal-pingkal ketika Poirot menjawab tawaran minum dari Hastings, ‘ah here you are, what can I get you?’ dan Poirot menjawab, ‘oh, Hastings, thank you, that is most kind of you’, dan kemudian memalingkan wajahnya ke bartender seraya berkata, ‘a little Crème de cassis’.

Crème de cassis adalah minuman likor yang berwarna merah darah, sangat manis dan beraromakan cassis (black currant). Crème de cassis sendiri diciptakan pertama kalinya di abad ke 16 oleh para biarawan Perancis diantaranya untuk obat penyembuh sengatan ular.

Sang bartender mengulangi permintaan Poirot untuk memastikan dan membuka buku catatannya dan kemudian menjawab, ‘very sorry, Sir, not for you.’. Poirot yang terperanjat bertanya dalam bahasa Perancis, ‘comment?’ (bacanya mirip : commong, artinya 'apa?'). Dan dijelaskan oleh bartendernya, ‘no alcohol, Sir, Mrs Castle orders.’.