Saturday, February 20, 2010

Burung Pak RW

Sejak awal taon 2006 aku tinggal di kampung ku ini, dan sejak taon itu, aku tak pernah dengar ada berita kriminal di sini. Dengar nya hanya dua kali kejadian jambret dalam, 10 terakhir, namun akhir-akhir ini udah ada setidaknya lima kejadian kriminal di jalan depan rumahku ini. Napa ya?

Yang ku tau itu, sekitar sebulan yang lalu, aku kebetulan keluar rumah pukul dua pagi dan kemudian berjalan dengan santai ke pos satpam RT ku yang terletak di sebelah kanan rumahku. Dari kejauhan kuliat sesosok lelaki rada endut di kegelapaan yang kukenali bukan sebagai salah satu dari tiga satpam RT ku. Maklum dia kan berdiri di bawah lampu jalan yang nyalanya semaunya, alias kadang nyala kadang mati dan pada saat itu lampunya sedang ogah bekerja sama.

Setelah rada dekat, kusapa dia dengan ucapan selamat malam. Dan kemudian kukenali dia sebagai pak RW ku. Kami lama ngobrol dengannya, aku tanya kemana satpam yang jaga di pos ku itu, dia bilang, sedang diperintahkan untuk keliling.

Untuk diketaui saja, aku berada di RT 3 dan di kiri ku itu RT 4 dan sebelah di kanan adalah RT 2. sedangkan deret rumah di belakang rumahku udah termasuk kelurahan sebelah. Nah pak RW endut itu berasal dari RT 2. Nah iya, dia kan dulunya mantan lurah dan pernah menjabat camat juga, gimana mau tidak besar perutnya.

Pembicaraan kami kemudian terpotong dengan kemunculan satpam ku yang datang dengan bersepeda setelah melakukan kegiatan patroli rutin nya, ya disamping cari belut di selokan seperti biasa.

Bertiga kami membicarakan soal keamanan di wilayah RW ku itu. Dengan nada dibuat seakan berwibawa dia mengatakan bahwa dia menyatakan jalan depan rumahku itu rawan. Rawan? Rawan dari Hongkong? Begitu tanyaku, nah iyalah, kan sejak bertaon-taon tak ada kejadian yang berarti di jalan itu, darimana pula dia berani bilang jalan itu rawan.

Melihat pernyataannya kutanggapi dengan nada dingin dan dengan nada tak percaya, keliatan dia mulai naik pitam. Dan dia kemudian tanya apa aku tau kalo tetangga ku kehilangan burung nya barusan ini, maksudku tentunya burung hias yang ditaruh dalam sangkar, bukan yang laen, hahaha…

Sekali lagi dengan muka menyeringai aku ketawain dia, mana ada maling mau curi burung? Begitu sanggahku dan satpamku pun tersenyum. Nah makin emosilah si pak RW rupanya, dia lalu menjelaskan dengan nada menyalahkan aku karena aku tak percaya kalo ada maling yang curi burung berharga. Dan juga dia mulai menyalahkan satpam-satpam ku dan satpam RT sebelah karena tidak awas.

Tentunya aku tidak terima bila satpam ku disalahkan dan tentunya logika ku terasa di remehkan. Aku pun lalu adu argumentasi dengan nya: “bila aku seorang maling, tentunya aku tidak cukup idiot untuk mencuri burung, (karena aku tentunya tak tau burung mahal itu ditinjau dari mananya), tapi dalam pandanganku, seorang maling yang belon sinting, pasti akan masuk ke dalam rumah dan mencari uang tunai atau barang-barang kecil seperti hape, perhiasan dll dan tentunya bukan sesuatu yang hidup apalagi yang bisa bersuara.”.

Jengkel deh jadinya si pak RW sementara satpam ku nyengir kuda sambil memamerkan sederet gigi nya yang sepertinya rada menguning karena kebanyakan menyedot rokok merek ‘tingwe’ alias kelinting dewe (gulung sendiri). Lalu dia bilang, dia sedang menunggu kedatangan polisi setiap menit nya. Aku pun dengan tenang tetap berdiri di sana, dan melempar senyum dan mengangkat alis mataku pada satpam ku.

Polisi? Dia bilang? Ah paling juga pak Win, polisi kamtibmas di tempatku, aku kenal dia baek, hahaha. Mau apa dia dengan pak pol? Lagian pak pol nya juga udah tau pasti cerita tentang burung yang hilang itu. Dan kurasa dia tak percaya dan lagian pak pol tidak muncul tiap malam. Begitu pikirku. Tak lama menunggu akhirnya dia rupanya jadi tak enak sendiri dan pamitan jalan ke pos RT 2, karena aku dan satpam ku akhirnya ngobrol sendiri.

Begitulah malam itu berakhir, dan beberapa hari kemudian sepulang nya aku belanja di sebuah super market di dekat rumahku, aku sempat disapa oleh pak Ri satpam dari RT 4. Dan sebagai orang yang super ramah dan membumi, aku pun menyempatkan ngobrol dengannya. RT 4 itu adalah wilayah dimana terletak rumah yang katanya kemalingan burung itu. Ketika kutanya masalah burung itu, pak Ri pun menjelaskan duduk perkaranya padaku dan mengadu bahwa, pak RW juga menyalahkan semua satpam dari RT 4 itu, karena burung itu hilang.

Setelah dijelaskan duduk persoalannya dengan lebih jelas, ternyata si empunya rumah yang katanya kemalingan itu ternyata adalah adek dari pak RW, pantas saja dibelain mati-matian, dan semua satpam di RT 3 dan 4 tentunya sebel karena mereka dipersalahkan.

Rumah mewah itu mempunyai pagar yang tingginya sekitar dua meter dan selalu berada dalam keadaan tertutup menurut pantauan satpam RT 4, dan burung itu konon kabarnya tinggal dalam sangkarnya dan diletakkan di lantai dua. Menurut laporan yang ada, burung itu hilang pada siang hari.

Hmm.. semua kok sepertinya cerita mengada-ngada ya? Ya udahlah, biarlah si pak RW itu sendiri dengan pendapatnya, maklum orang kalo udah uzur biasanya otak nya juga udah tidak beres. Sambil berdendang riang, aku pun mengayunkan kaki kembali pulang ke rumah..

Burung si pak RW,
Tinggal dalam sarang
Suatu hari hilang
Semua pada ketawa

Tekdung tekdung tekdung ha ha ha
Tekdung tekdung tekdung ha ha ha
Tekdung tekdung tekdung ha ha ha