Iseng-iseng aku jadi ingat kisah kuno dan ingin menulis nya di sini.
Masi teringat dalam benakku, ketika sore itu aku pulang ke rumah, dan di lantai dua gedung apartemen ku aku memergoki pintu apartemen temanku terbuka. Tak ayal aku pun mengetuk pintu dan dia mempersilakan aku masuk dan dengan antusias dia memberiku info yang sangat mengejutkan sambil menunjuk ke arah pesawat televisi nya.
Sejenak aku tertegun ketika kami berdua tiba-tiba melihat sesuatu benda terbang menubruk salah satu menara WTC. “Wow !” seru temanku si Fredy. Aku memandang nya dengan takjub dan sekaligus tidak percaya. “Spielberg ?”, tanyaku padanya sambil menunjukkan jari telunjuk kananku ke TV butut nya. Kupikir itu karya Steven Spielberg lagi, yang memang terkenal dengan movie spektakuler nya tentang akhir jaman. Dia berpaling padaku dan berseru sambil jari kirinya menunjuk ke sudut kiri atas layar tivi nya, “LIVE !”. Akupun melongo.
Wah tak taunya aku dan dia jadi saksi aksi kamikaze dari orang-orang sinting yang bosan hidup dan tak berani harakiri sendirian itu. Kejadian nya relatif spektakuler ketika tak lama kemudian gedung itu runtuh ke dalam. Ya kolaps ke dalam. Ke dalam? Nah di sinilah mulai pertanyaan nya.
Sebuah gedung yang dinyatakan konstruksi statik nya gagal kok kalo ambruk ke dalam ya? Kok bukan ke samping. Pikiran itu sempat mengusikku namun tak lama pikiran itu menetap di benakku dan sudah terlupakan, sampai di taon 2006/2007 muncul berita spektakuler di US sana, bahwa mungkin saja tindakan itu adalah suatu bentuk konspirasi.
Awalnya aku rasa bukan suatu kebetulan, bila tanggal yang di pilih ada 11 September. Karena kebiasaan orang sana menulis kan bulan dulu baru tanggal, jadi di tulis 9/11 biasanya, atau yang bagus lagi bila kita gabung jadi 911 dan seperti yang kita ketaui, 911 adalah nomer emergency nya disana. Koinsiden? Kukira tidak.
Prof. Dr. Steven Earl Jones, seorang profesor fisika dari Brigham Young University yang selama ini terkenal dengan karya nya di bidang muon-catalyzed fusion (fusi dengan katalisasi muon dalam bidang studi fisika partikel yang juga kupelajari jaman dulu) mengumumkan keraguannya bahwa ketiga gedung WTC yang ambruk itu murni karena gagalnya konstruksi statiknya.
Pemikiran Dr. Jones murni hanya tentang kecepatan dan simetri dari ambruk nya gedung WTC tersebut yang mirip dengan apa yang dinamakan ‘explosive demolition’, atau peledakan bangunan bertingkat dengan bantuan dinamit.
Dengan bukti dari hasil uji coba laboratorium dan juga keterangan dari para saksi mata, maka dia menyimpulkan keganjilan nya yang ditulisnya dalam paper dan juga banyak laporan nya di website nya.
Lebih spektakuler lagi, tak lama setelah kontrovesi itu dibeberkan dalam suatu seminar tanggal 22 September 2005, kemudian dia mengumumkan pensiun dini nya pada tanggal 20 Oktober 2006.
Dalam pembicaraanku dengan temanku Se Liep semalam, secara iseng aku bertanya padanya, berapa gedung WTC yang ambruk waktu kejadian di New York itu. Dia menjawab, “dua”.
Aku tertawa dan menukasnya, “ada tiga, WTC nomer 7 yang mungkin tidak diketaui orang dan story paling spektakuler, karena BBC di London sudah memberitakan keruntuhannya sebelon WTC 7 itu runtuh juga, padahal tidak ditubruk pesawat terbang”. Koinsiden? Kukira tidak. WTC nomer 7 itu terbakar kena cipratan api dari WTC nomer 1 selama 7 jam dan di sore hari nya ambruk juga. Jadi total 3 gedung.
Dari penelitian laboratorium yang langsung diambil dari puing-puing WTC itu ditemukan jejak-jejak bahan kimia bahan peledak. Ditambah dengan kenyataan dari keterangan petinggi pemadam kebakaran sana dan dikonfirmasi ulang oleh setiap orang yang ikutan membantu mengevakuasi dan membersihkan ground zero (tempat dimana ke 7 menara WTC itu berdiri), semua mengatakan bahwa pecahan itu semua berupa serbuk dan pecahan terbesar yang ditemukan hanya seukuran setengah dari keyboard normal dari computer.
Lho kok bisa semua runtuh jadi serbuk? Apakah ada bahan peledak yang dipasang disana? Apakah ada dinamit yang biasa dipasang untuk meruntuhkan gedung bertingkat waktu itu disulut?
Pertanyaan yang kemudian nongol, berapa lama tim profesional bekerja untuk memasang dinamit di semua sudut krusial dalam gedung seperti itu sehingga gedung nya dapat di runtuhkan secara aman? Jawabannya adalah tiga minggu. Nah kejadian di New York ini hanya memakan waktu beberapa jam saja, pagi di tubruk dan sore nya ambruk. Gimana bisa terjadi? Apakah di rencanakan?
Sementara itu aku udah rajin menelusuri beberapa website terkait dan juga mencari video di YouTube tentang ini, dan kesimpulanku, itu adalah konspirasi.
Aku jadi teringat pada pernyataan Hermann Göring (Menteri Propaganda dari Nazi semasa perang dunia kedua) di depan pengadilan militer di Nürnberg 1945 yang mengatakan: “suatu bangsa dapat dibujuk untuk mengikuti semua perintah pimpinannya bila dikatakan kalo bangsa mereka sedang diserang dan bersamaan dengan itu menyalahkan pengkritik nya, bahwa yang mengkritik tidak bersikap nasionalis dan tindakan mengkritik itu membahayakan keamanan bangsa mereka. Hal ini dapat diterapkan di semua bangsa”.
Hmm.. bukankah hal itu yang kita dengar berkali-kali setelah WTC ambruk? Negara itu menyatakan mereka sedang diserang dan untuk itu mereka harus melawan balik? Kok ada kesamaan dengan pernyataan si Tuan Göring ya?
Kesalahan kecil dalam kriminologi memang kadang-kadang menarik untuk kita kenal, lebih lanjut akan sangat menarik bukan hanya karena banyaknya korban yang jato di New York namun juga karena banyaknya korban yang jato setelah perang melawan teroris dikumandangkan.
Rupanya ada bau-bau konspirasi yang bersifat demikian dalam kasus di New York ini. Nah ada apa ya? Biarlah aku tak mau membahas lebih jauh biar Dr. Jones aja yang berbicara..