Mood : lagi mengenang
Cuaca: lagi ujan nih, deras sekali…
Snack : menikmati teh jasmin yang masi hangat
Song : lagi dengar lagunya Andra and the Backbone
Genre : slow
Tanggal : 3 November 2007
Dedikasi : Ellyawati di Kelantan
Seharian aku mengunjungi pameran computer Scomdex XVII yang diselenggarakan di Jatim Expo di jalan Ahmad Yani Surabaya. Kadang aku heran aja, ada apa sih dengan si Jendral Ahmad Yani itu? Napa di seluruh kota besar di Indonesia ini, salah satu jalan utamanya selalu diberi nama Ahmad Yani? Sampe-sampe ada orang tua yang mau memberi nama anaknya dengan nama Ahmad Dani yang pastinya diplesetkan dari nama sang jendral tersebut, hehehe… ya udahlah itu juga politik dari jama orba. Ngapain pusing, lagian kita khan tidak punya hak memberi nama jalan, paling juga punya hak untuk memberi nama pada anak kita sendiri, hehehe, dengan catatan kita mampu untuk mempunyai anak sendiri, hahaha…
Yah pameran hari ini memang tidak sebesar yang biasa digelar di hall nya punya AJBS. Tapi rupanya tendensi dari penjualan komputer bergeser dari tipe computer desktop alias computer rumah yang besar dan beratnya amit-amit tersebut ke arah portable computer (computer jinjing) yang imut-imut dan jelas lebih ringan. Perbandingan beratnya lumayan lho. Untuk desktop computer kira-kira beratnya sepuluh kilo (kalo tidak percaya bole ditimbang sendiri tuh rumah dan monitornya, juga keyboard dan tikusnya sekalian) sedangkan portable computer yang biasa disebut dengan istilah laptop (atau juga dikenal dengan istilah notebook untuk wilayah Eropa) hanya mempunyai berat sekitar dua sampai tiga kilo saja. Ada sih seperti Hewlett Packard Pavillion Series yang beratnya mencapai tujuh kilo dengan layar wide screen tujuh belas inci, tetapi tidak masuk ke pasar Indonesia.
Seperti juga ramai diberitakan di koran-koran lokal, tendensi pembelian perangkat computer sudah beralih ke computer berdimensi mini. Mulai dari hape berjenis communicator maupun PDA (personal digital assistant), sampai ke laptop dan mini Apple computer. Tetapi aku tidak meliat satu stand dari Apple computer, melainkan hanya stand-stand besar yang dimiliki oleh vendor-vendor lokal seperti A-Note, Zyrex dan Axioo, maupun vendor yang bersifat internasional seperti Fujitsu Siemens, Toshiba, Sony, Acer maupun Hewlett Packard. Demikian juga aku temukan banyak penjual aksesoris computer seperti monitor untuk computer baek yang berdimensi raksasa seperti jenis-jenis CRT (cathode ray tube) maupun yang berjenis flat alias TFT (thin film transistor). Di samping itu aku juga liat banyak vendor dari laser printer dan ink jet printer yang terwakili disana, walau sayangnya dot matrix printer sudah tidak kutemukan lagi disana, padahal printer jenis ini masi digunakan oleh kalangan tertentu untuk membuat tembusan dan juga di ruangan-ruangan bebas debu (clean room) untuk memproduksi tinta mapun perangkat-perangkat elektronik laennnya. Juga pernak pernik computer seperti USB hub, modem modules, memory modules seperti RAM, SD Card baek mini, mikro, MMC mapun yang sederhana, bahkan Compact Flash dan USB flashdisk juga ada. Kemudian kuliat keyboard, mouse, sampai ke perangkat isi ulang tinta printer dan berbagai jenis kertas untuk printer maupun untuk fax juga ditawarkan di sana. Pokoknya termasuk komplet tuh pameran, walau tidak sekomplet bila digelar di AJBS, mungkin juga karena kendala luasnya ruang pameran.
Singkatnya aku menghabiskan waktuku di sana untuk meninjau lokasi, maklum aku baru pertama kalinya kesana, dan juga untuk melihat-lihat dari dekat segala jenis barang-barang baru yang aku mungkin belon pernah lihat sebelonnya. Yah itu namanya menghargai inovasi, hehehe… dibandingkan dengan pameran biasa di AJBS, Scomdex ke tujuh belas ini tidak terlalu rame dikunjungin masyarakat, walau tiket masuknya hanya dua ribu perak saja. Tidak tau kenapa, mungkin juga lokasi Jatim Expo yang agak kurang strategis dan juga lapangan parkir yang tidak memadai untuk jenis pameran ini, sehingga banyak orang harus memarkir mobilnya di luar lokasi gedung. Ditambah pula dengan kenyataan cuaca yang mendung, sehingga membuat orang agak ogah mengunjungin Scomdex ini. Maklumlah, bila tiba-tiba turun hujan, sedangkan mobil diparkir di luar gedung, maka pasti repot pulalah untuk masuk ataupun keluar gedung. Kesanku dari segi kepanitiaan lumayan bagus dan terorganisir, bahkan lebih mudah dinalar dimana tempat apa dijual, bila dibandingkan dengan ruangan punya AJBS. Di AJBS bentuk ruangannya khan lebih mengarah ke bentuk segi empat sama sisi, sedangkan di Jatim Expo ini berbentuk persegi panjang. Juga karena faktor luas dari Jatim Expo yang lebih kecil ini, maka tidak banyak yang bisa dipamerkan disana.
Apakah arti dari sebuah pameran bila tidak dilengkapi dengan ratusan SPG (sales promotion girls)? Ya betol sekali. Aku melihat, para SPG yang dipilih untuk ikut meramaikan pameran Scomdex kali ini lumayan ramah-ramah dan bukan tipe orang-orang yang menjijikan seperti biasa kutemui di banyak pameran-pameran. Juga banyak dari store manager yang hadir sendiri di pameran kali ini dan juga banyak teknisi ahli yang bisa memuaskan rasa ingin tauku dengan knowhow mereka. Aku paling sebel bila aku datang ke suatu pameran atau juga ke salah satu toko elektronik dimana SO (sales officer) nya tidak tau apa-apa. Makanya aku lebih menyukai berkunjung ke pameran-pameran bila ingin membeli sesuatu. Bukan hanya harga barang di pameran itu biasanya harga diskon, namun di pameran itu kita bisa belajar sesuatu, tidak mesti sih, tapi kebanyakan. Pengalaman baek kudapat dari teknisi Axioo yang berhasil menjelaskan dan mendemonstrasikan kemampuannya tanpa ada rasa sombong sama sekali terhadapku. Tapi mungkin juga dia sadar kalo ilmu computer nya masi kalah jauh dariku, hahaha. Narsis sedikit juga boleh khan? Tidak ada yang melarang kok, hahaha. Dia bahkan sangat berterima kasih padaku untuk setiap kali aku betulkan dari kesalahan yang dibuatnya. Yah, kadang orang juga bisa belajar dari pengunjung pameran seperti aku, hahaha….
Yang menarik itu, ada inovasi baru yang diberi nama PC Station. Fungsinya untuk menduplikasi computer yang ada lengkap dengan software-software yang sudah terinstall. Jadi kita tidak perlu membeli computer kedua, namun cukup hanya dengna membeli modul yang ditawarkannya seharga sembilan ratus lima puluh ribu perak, plus monitor, keyboard, dan mouse saja. Maka kita sudah mempunyai dua computer yang identis. Hanya saja SPM (sales promotion man) nya tidak mengerti tentang dasar hukumnya. Maklum di dalam EULA (end user licence agreement) itu biasanya tertulis software itu hanya bole digunakan oleh satu orang saja pada saat bersamaan. Jadi ya belon jelas gimana regulasinya bila PC Station ini digunakan di perkantoran maupun di pabrik-pabrik. Waktu itu ada salah seorang wakil sebuah perkantoran yang ditugaskan atasannya untuk mencari solusi murah dalam hal penggunaan software di beberapa computer. Dia ikutan nimbrung dari diskusi yang kumulai dengan si SPM yang ngakunya dari Jakarta namun usut punya usut tidak sampai kusut, ternyata dari Pontianak. Jelas aja logat bicara orang Kalimantan khan khas sekali, mana mungkin bisa ditutupin, hehehe…PC Station ini harus kuakui merupakan salah satu solusi untuk bidang perkantoran. Maklum aja, di jaman modern gini computer tidak bisa dilenyapkan begitu mudah dari sebuah kantor, hehehe…sudah merupakan kebutuhan vital dari sebuah kantor. Untuk lisensi aku juga sudah memberikan nasehat pada sang bapak IT manager yang lagi berbingung ria itu, yaitu mereka hendaknya membeli yang namanya Site Licence dan bukan Single Licence. Karena pada dasarnya Site Licence itu jauh lebih murah dibandingkan dengan Single Licence. Sama seperti pernah kuanjurkan kepada Hartanto temanku sewaktu masi kuliah di STTS dulu dan yang sekarang sudah menjadi asisten manager IT di sebuah pabrik di Gresik. Dia juga kontak aku untuk mencari solusi software yang murah.
Memang sih lebih baek kita memakai software yang asli. Sehingga bagian humas kita tidak selalu menyediakan amplop untuk para polisi rese yang hobinya memeras rakyat kecil itu, hehehe…juga hati nurani kita jadi lebih plong bila kita menggunakan barang yang legal. Tapi itu ya terserah kebijakan bos-bos kantor-kantor dan perusahaan-perusahaan tersebut sendiri. Pembajakan software dengan alasan mahal sebenarnya tidak dapat kutoleransi karena ada juga software gratisan seperti sistem operasi Linux dan open office dari Sun Microsystem yang bisa kita download seenak kita, ataupun bisa kita beli dari vendor-vendor hardware. Maklumlah koneksi internet di Indonesia khan terkenal sangat lambat, malahan penyebarluasan gosip selebritis jauh lebih cepat, hehehe….
Sepulangnya dari pameran tersebut, tiba-tiba salah satu hapeku berbunyi menandakan masuknya sebuah pesan singkat dari temanku semasa SMA Elly. Setelah kubuka maka akupun terkejut. Kuliat di sana ada tertulis dia minta dihitungkan sebuah persoalan dengan limit. Ya itu lho limit yang ada di matematika jaman bahula itu lho. Ngapain coba si Elly ini tiba-tiba tidak ada angin dan tidak ada hujan, berhubungan dengan matematika? Lantas akupun telefon dia dan barulah setelah dijelaskan akupun mengerti. Dia hanya ingin menyakinkan dirinya sendiri, bila untuk menyelesaikan soal matematika kita harus belajar dulu. Laen halnya dengan membaca kitab suci. Hanya itu sih, hahaha. Lucu juga si Elly ini. Dia lagi hepi karena sekarang dia bole ikutan dalam kegiatan pelayanan yang berhubungan dengan mengasuh anak kecil. Ya si Elly ini memang sangat sayang anak kecil. Aku aja heran kenapa dia tidak mau menikah ya? Tapi seperti ada kutulis dalam karanganku yang lalu, menikah itu juga pilihan hati. Jadi ya itu juga murni urusan dia.
Sewaktu ngoceh-ngoceh sama dia dengan asiknya di telefon, terdengar suara gemuruh guntur di luar. Pertanda mau hujan, dan tak lama kemudian benarlah turun hujan di sekitarku. Karena aku tinggalnya di Surabaya Selatan dan Elly di Surabaya Utara, maka turun hujannya secara kebetulan tidak bersamaan. Hehehe… kalo mau bersamaan ya urusan langit donk, hahaha… Elly pun cepat-cepat pamit karena dia harus mandi dulu sebelon turun hujun. Nah lho, napa? Ternyata bila turun hujan rumahnya dia ikutan tenggelam alias banjir. Paling tidak air selokannya bisa naek dan itu akan menghindarkannya dari acara mandi. Hehehe. Kasian juga si Elly, ternyata rumahnya langganan banjir dan bila banjir, pasti deh masuk ke dalam rumahnya. Walah-walah, sadis amat. Untung aja dia ada tingkat kedua, jadi semua barang berharganya bisa diungsikan ke atas. Paling tidak itu yang kubayangkan, hehehe…
Ya tapi bole dikata enam puluh persen dari pemukiman penduduk di Surabaya ini banjir bila hujan turun dengan derasnya. Juga di daerahku. Untungnya sampe sekarang aku belon pernah merasakan air hujan masuk rumah sejak kami pindah dari Kapasari taon 1986 lalu. Parah memang bila banjir. Kecoa ngesot pada muncul semua, belon juga binatang kaki seribu dan juga puluhan binatang dan ulat air laennya. Kadang juga ada ular lho, sungguh menjijikan. Tapi ya itulah Indonesia, para pejabatnya rajin korupsi sementara rakyatnya tinggal di perumahan yang tergenang air. Bukan hanya di kota-kota kecil yang bisa banjir, bahkan di ibukotapun juga bisa kebanjiran. Sampai istana negara kapan hari khan juga ikutan tergenang air hujan. Dari BMG (badan meteorologi dan geofisika) dilaporkan kalo curah hujan tertinggi akan dicapai dibulan Januari dan Februari 2008. Alhasil banjir bandang pasti akan melanda ibukota lagi tuh, hehehe… kita-kita yang tidak tinggal di ibukota sih kagak peduli, itu juga urusan mereka, hehehe….
Ya itulah situasinya dibulan November ini, banjir sudah mengancam, also be aware!